DANGDUT? SIAPA TAKUT?

"Lho Rocker kok ngedangdut? Nggak malu?” semua orang terheran-heran ketika tiba-tiba si Raka berubah aliran. Lagu-lagu wajib dengar seperti Dream Theatre tiba-tiba diselingi lagu-lagu dangdut masa kini. Ia yang biasanya akrab dengan Steve Vai, Joe Satriani atau Yngwie Malmsteen tiba-tiba saja ribut mengulik melody lagu-lagu dangdut. Lho, ada apa denganmu, Ka? Ketika saya tanya mengapa ia menjawab,” Pindah aliran ke keroncong susah, ke musik jazz lebih payah. Ya udah dangdut aja.”
Lho memangnya kenapa dengan keroncong atau jazz?
“Suka tapi nggak cinta, telinga sih bisa terima tapi kalau meresapinya kayaknya belum deh. Habis jiwanya dah kadung nge-rock. Coba aja denger Indra Lesmana atau Krakatau, ditelinga sih bikin manggut-manggut tapi di otak jadi mumet. Susah…”
Saya tertawa, wah apalagi saya. Saya tak tahu dimana asyiknya musik jazz yang pemainnya terlihat seolah bermain sendiri-sendiri itu. “ Lha apa kamu nggak malu dangdutan? Katamu teman-temanmu suka merasa nggak elit kalau ketahuan pindah aliran gitu.”

“Aku kan nyemplung karena ingin tahu, ingin belajar, bukan menjadikannya lahan hidup. Jadi ya enggak apa-apa, lagipula dapat tambahan uang saku siapa yang nggak mau? “
Wah kalau motifnya uang susah dilawan dong dik, gumam saya dalam hati.
“ Tahu nggak apa yang paling asyik kalo pas ada tanggapan?”
“ Apa?”
“ Pas lagi ribut main, eh ada tawuran. Bayarannya tetep, tapi mainnya singkat!”
Saya ngakak, saya jadi teringat saat dia pulang dari sebuah hajatan sambil tertawa-tawa geli. Ia bercerita waktu itu musik baru saja dimainkan dan lagu-lagu pun belum banyak didendangkan saat tawuran kecil antar penonton terjadi. Tanpa dikomando lagi ia langsung melirik efek dibawahnya, siap-siap meraih kalau tawuran mendadak dahsyat. Bener saja, nggak lama kemudian terdengarlah suara Prakk! Brruuk! Gedebug!! Glodaaag!! Dengan wajah pucat, semua yang ada di panggung semburat turun sambil mendekap alat-alat dengan erat. Bisa apes nih kalau peralatan mereka kena gebuk orang tawuran, bayaran enggak seberapa eh alat malah rusak. Minus dong kantong…..Tapi yang bikin saya tertawa gelak tuh saat dia cerita bagaimana gaya penyanyi dangdut saat di panggung. “ Byuuh… goyangnya tuh dari ujung rambut hingga ujung kaki sampai badan sampai getar semua lho!” ujarnya.
“Wii…Yessy Vibrator kalah dong.”
“Yang lain malah goyang muter-muter nggak jelas asal-usulnya sampai bikin celana jadi sobek segala. Ada lagi yang goyang model uleg-uleg, maju mundur nggak karuan, sampai tiduran segala. Coba? Seru kan?”
Saya ngikik sambil berkata,’ Bang Rhoma bisa semaput dong lihat penyanyi dangdut lokal goyang?”
“Bisa jadi…”
Tapi kemudian kegiatan bermusik mulai ditinggalkan saat ia menapaki bangku kuliah. Praktikum dan kuliah yang padat telah menyita waktunya.Kalau begitu mana sempat nge-rock, mana sempat nge-dangdut bila tidur dan makan saja sering dilewatkan? Hehehehehe………By the way happy b’day, sorry gak pake pesta hura-hura, yang ada cuma ucapan selamat serta cipika-cipiki, dengan tambahan semangkok bakso panas bikinan sendiri.

Komentar

  1. perasaan ga ada deh goyang ulek2...
    apin ada2 aja neh..!!!!
    atau,goyang ulek2 goyang apinn..!!!!

    BalasHapus
  2. Nice template!
    Salam kenal saja.

    BalasHapus
  3. memang penyanyi dangdut sekarang makin gak karuan goyangnya... obah kabeh, gak cuma uleg-uleg mbak fin. wajan, sendok dan semua alat dapur lainnya juga *halah*

    BalasHapus
  4. Tarekkk manggggggg ... goyang abizzzz hehehe ... bukankah dangdut is the music of my country?

    BalasHapus
  5. daripada dangdut, lebih enak campursari lagi....

    BalasHapus
  6. tareeeeeeeekkkkkkkk mangggggggggg..

    BalasHapus
  7. jadi, sudah hapal lagu dangdut apa ajah nih ? :P

    BalasHapus
  8. Ya ampun fin, mo ngucapin ultah aja pake "Mendadak Dangdut"

    BalasHapus
  9. Jujur, karena saya orang dari kampung walau bagaimanapun saya tetap suka ama dangdut. Tetapi kadang masih malu2 untuk dengernya, namun kalau udah malam terus di dalam kamar saya pasti nyari glombang radio yang muter lagu dangdut.

    Siiiiiiiiiiiip pokoke

    BalasHapus

Posting Komentar