Anisa selalu gagal dengan
impian-impiannya selama ini. Pria-pria hebat yang dikencaninya tak lebih dari
seorang pecundang yang bersembunyi di ketiak ibunya. Alih-alih menuruti orang
tua, mereka selalu memutuskan untuk meninggalkan Anisa bila Anisa sudah
mendesak mereka untuk menikahinya. Masing-masing dengan alasannya, tapi
kebanyakan serupa. Anisa jelita, tapi tak cukup panas mendampingi mereka. Butuh
seorang perempuan canggih untuk berada di sisi mereka, eksekutif muda.
Anisa
acap terpuruk karenanya. Dan mulai menyalahkan Tuhan atas kemandegan kariernya,
jodohnya yang tak datang, dan segala hal buruk yan terjadi padanya.
Sampai
kemudian seseorang menasehatinya saat ia sedang sesengguhkan sendiri setelah
putus dengan pacar terakhirnya, seorang manager bank. Pria yang kata-katanya
lembut menenangkan. Yang mengatakan padanya, bahwa Tuhan sering kali
mengabulkan doa manusia serupa dokter mengabulkan doa orang yang sakit maag.
Ketika si pasien minta jeruk, meskipun enak dimulut, dokter akan melarang.
Sebab ia tahu si jeruk tidak akan bagus untuk perutnya. Begitulah.
Anisa
terperangah. Kalimat itu terngiang-ngiang di benaknya. Diam-diam ia berharap bias
kembali berjumpa dengannya. Tapi seberapa sering pun kembali ke taman itu, ia
tak pernah bertemunya. Hingga enam bulan kemudian, saat ajaran baru datang ia
bertubrukan dengan seorang pria yang tengah menggendong putrinya. Anisa ingat
pria itu, ialah pria yang member nasehat baik waktu itu.
Tak
dinyana si pria juga mengingatnya. Hubungan mereka jadi akrab setelahnya.
Berawal dari obrolan tentang putrinya, Harlan pun dekat dengan Anisa. Anisa
sendiri mendapati dirinya tertarik dengan Harlan. Pria itu memenuhi mimpinya.
Tampan, kaya, baik hati. Menikah dengannya pasti akan bahagia, pikirnya.
Tak dinyana gayung
bersambut. Harlan juga tertarik padanya. Berbeda dari pria-pria sebelumnya,
pria satu ini menunjukkan keseriusannya berhubungan dengan Anisa. Ia bahkan
berani mengenalkan Anisa pada keluarga besarnya di bulan ke-empat mereka
berhubungan.
Tersanjung
dengan segala hal yang dilakukannya, Anisa menerima lamarannya di bulan
ke-enam. Pikirannya dilambungkan ke angkasa. Ia yakin bersamanya ia bisa
bahagia selamanya.
Yang
terjadi justru sebaliknya. Segala kemewahan dinikmatinya. Tapi kesunyian
dihadapinya. Harlan lebih sibuk dengan bisnis dan rapat-rapatnya ketimbang
dengan dirinya. Setiap kali membutuhkannya Harlan jarang ada. Bila ada pun, ia
malah asyik sendiri dengan kegiatan otomotif kegemarannya. Saat ia tengah
menghadapi konflik dengan putri tirinya pun, Harlan justru tidak menjadi
penengah yang baik. Ia menyalahkan Anisa. Menurutnya ia harusnya bisa memahami
anaknya. Yang lebih menyakitkan Anisa, pria itu bisa berlaku manis pada
perempuan mana saja. Seolah ia tak ada.
Ketika
satu hari ia sampaikan kesulitan itu pada ibu mertuanya, berharap mendapat
nasehat, justru cemoohan yang didapatnya. Menurutnya, Anisa terlalu menuntut
macam-macam. Ia harusnya diam, menerima segala sesuatu yang dilakukan suaminya
dengan lapang. Asalkan ia pulang.
Anisa
frustasi. Dan mulai mempertanyakan impian-impiannya selama ini. Betapa dulu ia
bangga telah berhasil menikah dengan pangeran. Tapi apa artinya seorang
pangeran, jika hasilnya adalah sakit hati dan dicekam kesunyian.
ditulis dalam rangka GA dari Mbak Leyla, tokoh yang diambil adalah Anisa-si guru TK
Komentar
Posting Komentar