EMPAT TIPS NULIS DUET UNTUK PEMULA




GLAMO GIRLS contoh naskah yang ditulis oleh tiga orang 

Beberapa waktu lalu saya menulis tentang Lima Hal Yang Harus Ada Pada Penulis Pemula. Sekarang kita beranjak ke topik berikutnya, yaitu Empat Tips Nulis Duet Untuk Pemula.

Sebagai penulis bernapas pendek yang kemampuan menulisnya terbatas antara 6-8 halaman saja, memang tidak mudah novel sepanjang 150-200 halaman.  Tapi bukan berarti kita tak bisa melakukannya. Jika menulis sendiri dirasa berat, kenapa tidak mencari teman duet atau triplet? Berduet (atau bahkan triplet) itu memberi sebuah keuntungan lho. Kita bisa berbagi beban dengan teman nulis kita. Dia bisa menutupi kekurangan kita, dan begitupun sebaliknya. Itulah yang terjadi pada saya ketika menulis bareng Tya Marty Al Zahira dan Ragil Kuning. Menulis dengan orang-orang seperti mereka membuat saya terkatrol secara mental. Mereka bikin saya—si pemula ini yakin, yes kamu bisa! 

Berat? Susah? Jangan dibayangkan. Lakukan saja! Itu baru benar. Lagipula ketika dilakukan prosesnya tak sesulit yang kita bayangkan kok. Swear...

 Lantas gimana tuh  caranya? Berikut ini ada empat tips nulis duet untuk pemula :

1.       Mencari teman yang gaya nulisnya tak jauh beda
Lho emang gak boleh ya kalau gaya nulis beda? Oh, tentu boleh. Hanya saja kalau gaya nulis berlainan, yang satu komedi dan lainnya nyastra bisa-bisa kurang nyambung tik-tok-nya. Dan ini justru akan memperlambat perkembangan proses menulis.
Tetapi jika mampu menyambungkan gaya yang berbeda tersebut OK juga. Malahan bisa jadi kekuatan bagi novel bikinan kalian berdua.

2.       Bikin Outline
Pembuatan outline dimulai dengan ngobrolin ide. Bicarakan dengan teman enaknya mau bikin cerita apaan. Siakan ajukan ide masing-masing, nah yang terbaik barulah dibikin outline-nya.

Apa pentingnya outline?
Outline penting ialah panduan bagi kita untuk menulis cerita. Buat yang sudah profesional menulis  tanpa outline pun tidak apa-apa. Tapi buat pemula seperti saya outline sangat penting artinya, karena tanpa outline saya masih kesulitan untuk fokus. Alias ceritanya  jadi mbleber kemana-mana.

Terus apa sih isi Outline?
Umumnya dalam outline itu memuat judul, oleh siapa, temanya apa, target pembacanya siapa,  tokoh dalam ceritanya siapa saja (baik tokoh utama atau pembantu) plus penjabaran karakternya, dan gambaran cerita per-bab (diuraikan singkat saja, sebanyak  satu atau dua paragraf).
Bisa juga ditambahkan sinopsis cerita dan keunggulan naskah kalian dibanding naskah yang sudah ada. Biasanya kalau yang ini untuk diajukan ke penerbit.

Apa sih pentingnya  pencantuman sinopsis dan keunggulan naskah?
Penting, karena dua hal tersebut bisa jadi bahan pertimbangan pihak penerbit apakah naskah kalian layak untuk terbit atau tidak. Jadi bikinlah sinopsis sebagus-bagusnya. Karena sinopsis adalah langkah awal merayu  penerbit (uhuuui!), selain cerita yang oke tentu saja.

3.       Tenggat Waktu
Nah, ini penting banget nih. Sebab kalau tidak ada tenggat waktu kita ini biasanya suka ngaret. Akhirnya nggak kelar-kelar. Tentukan waktunya sampai kapan. Misal novel berjudul Sepotong Roti Untuk Sherry harus selesai dua bulan. Maka kerjakanlah selama itu.
Jangan khawatir, memang berat menuruti prosedur macam ini. Namun ketika terbiasa jadwal dan waktu yang ketat pasti akan mudah. Anggap saja kalian berlatih menjadi penulis profesional.
Berdasarkan pengalaman pribadi bila kita tidak punya tenggat waktu kita cenderung berpikir “Ah, masih banyak waktu”, dan akhirnya satu novel pun tak jadi.

4.       Pembagian Tugas
Yang tidak kalah penting dari ketiga tips diatas adalah pembagian tugas. Jadi jika salah satu bikin outline, maka yang lain menjadi editor dan penyelaras akhir. Mengapa harus ada editor dan penyelaras akhir? Sebab berdasarkan pengalaman nulis duet eh sori triplet bareng teman, meski masing-masing penulis sudah melakukan editing sendiri-sendiri ternyata masih terdapat kesalahan. Entah kurang huruf, ejaan salah, atau tanda baca yang kurang benar. Bahkan ada saja bagian yang tidak selaras. Nah, ketika ketemu hal ini kita harus diskusikan bagaimana baiknya dengan teman duet kalian. Biar hasil akhirnya oke punya.
Oh ya,  hampir lupa...saat mengejawantahkan outline itu menjadi sebuah cerita utuh ada dua cara  menulis  yang bisa dilakukan :
a.       Berantai
Dengan cara ini penulis pertama akan menyelesaikan bab 1 lebih dulu, lalu dilanjutkan penulis berikutnya. Begitu seterusnya sampai menjadi sebuah cerita utuh.
Keuntungannya penulis kedua bisa cepat melakukan penyesuaian untuk penulisan bab berikutnya. Sehingga koneksi antar bab terjaga. Efeknya proses penyelarasan akhir berjalan lebih mudah.
Tetapi kerugiannya  jadwal bisa molor karena harus menunggu. Ya namanya juga manusia terkadang ada saja kendala. Ya nggak?

b.       Langsung menulis sesuai bagiannya
Contoh kasus :
Tika dan Arin menulis novel berjudul Di Rumah Situ Ada Hantu. Dalam cerita tersebut ada 12 bab. Masing-masing orang langsung memilih bagian mana saja yang ingin dikerjakannya. Semisal Tika menulis bab 1, 4, 6, 8, 9, 12,  maka Arin menulis 6 bab sisanya.
Untuk menulis dengan cara ini, kedua penulis harus bener-bener taat outline. Jadi outline-nya harus matang. Kalau ada hal yang harus dibicarakan atau dirubah lakukan di awal, jadi tidak menyulitkan di kemudian hari. Keuntungannya, penulis tidak saling tunggu. Dia fokus pada babnya masing-masing. Bahkan bisa lebih cepat selesai. Biasanya nih, ketika ada satu penulis sudah menyelesaikan bagiannya, yang lain jadi terpacu untuk mengikuti.
Kesulitannya bisa terjadi saat harus menyelaraskan cerita. Kemungkinan ada bagian yang terasa jomplang sangat besar. Tapi justru dibagian inilah seninya. Kita jadi bisa belajar, ternyata menyelaraskan sebuah cerita itu RUAR BIASA!

Gimana?  Sudah mulai panaskah teman-teman semua? Hayuuuk, silakan cari teman nulis duet sekarang juga. Siapa tahu pengalaman nulis duet itu adalah pembuka jalan bagi kita untuk menelurkan karya-karya lainnya. 


Salam.


Komentar

  1. Keren tipsnya Mbak. Rasanya ini juga bisa diterapin ke naskah non fiksi ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa mbak Widya, beberapa teman udah melakukan malah. Mereka bikin buku motivasi gitu. Ayo cari temen, dan segera tulis

      Hapus
  2. Wow. Makin semangat buat nulis setelah baca tips ini. Tengkiu, tengkiuuuuu

    BalasHapus
  3. Halo mbak, tipsnya keren, thx for sharing ya! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Jini. TErima kasih juga udah mampir kemari

      Hapus
  4. Pertanyaaan selanjutnya ... siapa yg mo jd partnerku??? Hayoo.... :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. aih momtraveller mah pasti banyak yang mau, tanpa duet pun dengan begitu banyak pengalaman travelling udah bisa bikin buku

      Hapus
  5. Balasan
    1. sama-sama mbak Lidya makasih udah sering main kemari

      Hapus
  6. Tentang waktu, mang harus sedikit dipaksa ya, Mba. Kalau enggak kadang malah lebih menang malasnya e. :D

    Jadi pingin buat buku. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ha bener pake banget Mbak Idah, emang harus dipaksa hihi.

      Hapus
  7. tipsnya bermanfaat sekali mbak...
    outline itu sering saya abaikan, makanya itu kali ya yang bikin cerita saya meleber kemana-mana....

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama-sama Mbak Lulu, saya juga begitu kok. Heheh, baru belajar soal outline itu saya

      Hapus

Posting Komentar