THE CONFESSION OF TUKANG DENGERIN CURHAT




 


 sumber gambar www, imgarcade.com


Kalau dipikir-pikir saya dulu salah masuk jurusan. Seharusnya ketimbang masuk Fakultas Pertanian Jurusan Hama Penyakit Tanaman saya masuk Psikologi aja. Sebab dalam kehidupan saya selanjutnya saya nggak pernah berhubungan dengan jurusan itu, dan malah jadi (sempat) admin selain kadang-kadang nyambi jadi tempat curhat teman-teman saya.
Suwer, sering saya berpikir rasanya menggosok lantai atau mencangkul lebih bagus ketimbang duduk manis mendengar curhat panjang. Percayalah saya pernah mendengar orang curhat dari tengah malam sampai pagi menjelang, dengan masalah sama dan dikatakan berulang-ulang. Padahal waktu itu saya sudah bersiap melelehkan liur, sekedar membuat satu dua buah pulau bernama Sumatra dan Kalimantan di bantal. Kegiatan menggambar pulau itu batal digantikan dengan kegiatan yang Kak Rhoma Irama tidak sarankan—BEGADANG!

Well, bagaimanapun juga saya harus berterima kasih karena part of dicurhati itu seringkali penuh keajaiban *tebar konfeti. Kadang-kadang ada yang ngeselin tapi ada yang bikin saya terpingkal-pingkal. 

Kata Ibu Itu ,”Saya udah nggak enak...”
Satu pagi, bertahun-tahun lalu...
Saya baru aja bangun tidur dan bau naga waktu ada seorang ibu datang dan curhat masalah rumah tangganya lengkap dengan air mata dan dan hidung merah ala badut di depan saya. Bayangin aja sendiri, betapa repotnya gue untuk tutup mulut karena nggak mau orang itu semaput. Bau naga booo!
Diantara kediaman saya itu jeng jeng...si ibu mendadak berkata ,”Katanya saya ini udah nggak enak Mbak, hiks hiks...”
Sambil mengerjap-ngerjap cantik saya mikir “Itu yang ndak enak apanya to? Kok jadi bingung saya? Masakannya? Ha mbok ya tinggal dibanyakin bumbunya...”


Beberapa saat mendadak...Triing! Lampu bohlam di kepala saya menyala terang benderang. Saya mendadak paham yang dimaksud nggak enak itu apanya. Tapi saya bisa apa? Mau kasih masukan ya masukan apa? Secara saya still single fighter (berasa petinju saya). Urusan tujuh belas tahun keatas begituan mah bukan wilayah saya.
Antara risih dan nggak enak dengerin curhat yang sebenarnya masuk dalam buku Kamasutra, saya diem aja. Nungguin si ibu kelar bicara dan menuntaskan uneg-unegnya.
Dan besoknya saya mendapati suaminya bersama si WIL (mohon maaf, sekali lagi mohon maaf)  yang saya nggak tahu apa yang menarik darinya. Saya pikir selingkuhannya lebih aduhai secara fisik dan materi, but in fact she didn’t! Kalau saja dia sesemlohay artis sapa gitu mungkin saya akan memahami kenapanya.

Pertanyaan saya, yang nggak terjawab sampai kini : apakah kalimat yang menyatakan bahwa si istri sudah tak enak lagi itu benar-benar terjadi atau muncul baru-baru saja setelah ketemu yang kedua? Sebuah alasan yang dijadikan pembenaran untuk melegalkan tindakannya. Mengintimidasi si perempuan agar menyalahkan diri sendiri karena ketidakmampuannya menjaga keenakan diri untuk suami.
Kenapa saya nanya gitu, soalnya sebelum itu suaminya suka cerita istrinya itu wanita paling pengertian sedunia. Mau hidup susah dengannya, padahal perempuan lain mah lewat kalau ngalamin kondisi kayak dia.

Marahin Atasan
Mantan atasan saya, meski pria memang, agak susah menjaga hatinya. Dalam artian kalau dia lagi nemuin masalah dia langsung nyari tempat sampah buat numpahin uneg-unegnya yaitu saya atau teman saya. Kasusnya selalu sama. Jatuh cinta lagi sama seseorang yang entah siapa dia. Saking hapalnya bagaimana akhir cerita cintanya saya sampai berkata ,”Pak Bos, kan udin tahu ye kalo selingkuh itu bikin sengsara kenapa diulang lagi-ulang lagi. Kapan lulusnye niiih...”
Ah, dasar doi emang punya stok gudang cinta. Selesai ama yang ini pindah lagi yang ono lagi. Padahal dia sendiri nyadarin kalau sampai istri tahu dia juga bisa merana. Lha soalnya istrinya itu one of a kind. Wajah boleh deh biasa, tapi hati dong seluas samudra. Ngadepin orang sesotoy dan sengeselin dia, si istri tabah menerima. Padahal kalau orang lain mah pria kayak mantan bos aye itu udah dilelang di pegadaian atau dikirim ke Arab buat jadi TKP (tenaga kerja priaaah).

Karena aye kesel doi nggak nyadar-nyadar (kayaknya kudu ditubrukin dulu sama moncong truk pindang baru deh sadar), saya jadi esmosi.  Saking esmosi saya marahi dia abis-abisan. Saya suruh dia inget-inget gimana dia tiap kali kena masalah sama Wil-nya. Saya suruh inget, betapa hebat istrinya. Saya juga (sok banget) bilang, cari perempuan buat senang-senang gampang tapi yang perempuan yang bisa tahan bantingan ngadepin dia sampai tua itu langka.
Temen saya cengo lihat saya kalap. Pikirnya, gila banget ya saya marah-marahi atasan. Hihihi, saya jadi geli kalau ingat betapa esmosi bikin saya lupa yang bos itu siapa. Saya atau dia? Tapi nggak apa-apalah kalau nggak gitu kapan kesempatan saya marahi dia? Masa saya terus? Wahahahahah....

Waduh, Lha Kok Lebih Cakep Kalo Pake Helm?
Jatuh cinta memang luar biasa. Mampu membuat orang menutup mata pada segala kejelekan hanya karena cinta. Teman saya begitu juga. Sudah ditolak berkali-kali ia pantang menyerah. Dikacangin, dicuekin, dianggurin...you name it-lah, semua pernah dialaminya. Tetap saja ia sekukuh baja. Tidak bengkok meski si cowok dingin-dingin macam cold storage.  Fyuuh, saya sampai meringis, mengacungi ketegarannya *penasaran dulu itu dia minum jamu kuat mereka apa ya? 

Ingin tahu seperti apa dia—cowok yang telah membuatnya termehe-mehe, saya dan teman-teman saya melakukan pengamatan diam-diam. Dari jauh, wah boleh juga. Gagah perkasa, ala tentara. Pantas kalau teman saya menggilainya. Wajahnya? Belum kelihatan. Pikir kami meski tak mendekati kegantengan Engkong Pierce Brosnan, seenggaknya Bang Tigor Suami-Suami Takut Istri-lah. Lalu helm-nya perlahan dibuka. Mak, saya  dan teman-teman saya terpana. Kami saling diam, tak berani omong apa-apa. Sampai kemudian seorang diantara kami nyeletuk asal ,”Waduh, lha kok lebih cakep kalo pake helm ya?”
Jangan tanya macam apa perilaku manusia yang mendengarnya. Rata-rata semua njungkel-njungkel sambil ketawa.

Sekarang, teman saya dan pujaannya telah menikah. Saya tak tahu apa yang terjadi dengan mereka, yang saya dengar ia ingin meretur suaminya. Ah, padahal sudah tertera di aturan pakai, segala resiko ditanggung penumpang. Pihak yang berwenang (a.k.a orang tua mempelai pria) tidak bertanggung jawab bila terjadi hal-hal yang diluar dugaan. Bila kelak terjadi implikasi tidak menyenangkan, dilarang mengembalikan mempelai pria dalam keadaan apapun juga.
Nah, kan kalau begini repot juga...

Finally, saya punya pesan buat teman-teman semua. Kalau punya masalah jangan diceritain ke sembarang orang. Apalagi yang dodol kayak saya. Orang kayak saya nggak mampu memberi feed back baik bagi anda. Kemungkinan salah mengambil keputusan karena masukan dari orang yang salah bisa bikin anda merana.


So think twice when you eager 
to tell your problems 
to the other.



 Lho Fin, kamu gimana? Sutris dong saya kalo enggak diceritain?

Lho, lebih sutris lagi kalau rahasia anda tersebar. Iya kalau rahasia baik macam sepuluh rahasia menguruskan badan, bisa bikin anda jadi jutawan. Kalau rahasia bahwa anda punya panu, kadas, dan kurap karena jarang mandi kan ngurangin kredibilitas toh?
Itu baru yang ringan, kalau yang maha berat. Seperti ngutil di butik Hermes atau mana gitu, yang mahil...apa nggak mumet anda kalau itu sampai di tangan para gossipers?
Lebih baik curhat sama Allah saja ya? Allah Maha Segala. Dijamin, Dia lebih tahu cara menanggulangi tiap permasalahan anda dan dijamin si curhat nggak bakalan bocor kemana-mana.
Jangan ke saya. Suwer, hooh, beneran...jangan ke saya/. Kalau ngeyel ntar saya tulis lho anda di THE CONFESSION OF TUKANG DENGERIN CURHAT  jilid 2

Komentar

  1. hahaha.. lucu pisan versi curhatannya temen-temen mbaak Afin :D
    tapi ada sedihnya juga..
    t-t

    BalasHapus
    Balasan
    1. aslinya sih sedih tapi karena sengaja dibikin gokil, biar yang baca nggak pada mewek. Ha mosok mewek berjamaah ya jangan to

      Hapus
  2. aku ngakak beneran. aku padamu deh. btw, klo dah nikah jgn sampe ky ibu yg pertama yah :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihi, saya kalo ingat ibu itu suka sedih tapi yo geli-geli gimana gitu? Ha curhatnya 17 tahun ke atas booo

      Hapus
  3. jadi tau suka duka orang lain ya karena biasa di curhati :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget Mbak Lidya, secara nggak sadar kita ini sedang belajar banyak hal

      Hapus
  4. Hihihi, ya gapapa toh mbak kalo cerita itu. Asal tahu siapa orang yang diceritain itu macam gimana, mungkin dengan niatan berbagi dan mengambil hikmah, gitu aja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yoi, tapi emang musti hati-hati milih orangnya. Teman karib sekalipun belum tentu bisa jaga rahasia *ngeeek

      Hapus
  5. Curhat sudah ada sejak dulu kala walau sebutannya berbeda. Mungkin merasa plong jika dia mengeluarkan uneg-unegnya, syokur jika dapat solusi.
    Namun demikian tidak semua masalah perlu dicurhatkan kepada orang lain apalagi dibuka blak-blakan sampai urusan tepat tidur segala.

    Yang mendengarkan curhat seyogyanya juga membatasi diri karena lama-lama bisa ikut sewot.
    Salam hangat dari Surabaya

    BalasHapus
    Balasan
    1. haahah Pakde tahu aja, iya lho Pakde, saya suka sewot kalo dengerin curhat. Kadang pengen garuk tembook aja

      Hapus
  6. Bang Tigor nampamg di Blog. Wkwkwk
    Ampuh bener bisa melukis peta kalimantan. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi, itulah dia...heboh ya sampai bisa bikin peta kalimantan. Kebayang kan gimana model tidurnya

      Hapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  8. keren gan article nya..kunjungi juga blog saya ya gan http://chaniaj.blogspot.com/

    BalasHapus

Posting Komentar