LAUNDRY KI LOAN : SAAT CINCIN LAMARAN NYANGKUT DI JARI LING LING




             Omong-omong soal sitkom, setelah Bajaj Bajuri dan Preman Pensiun saya memang belum punya jagoan lagi. Bajaj Bajuri dengan Bajuri dan istrinya—Oneng yang fenomenal itu,  kerap membuat saya terpingkal-pingkal. Preman Pensiun, meski yang diangkat adalah kisah para preman tetapi jauh dari kesan menyeramkan, bahkan bisa dibilang kocak maksimal. Hadirnya Kang Mus, Kang Komar, dan kawan-kawan jelas membuat sore hari saya jadi menyenangkan



            Beberapa waktu lalu seorang teman kemudian merekomendasikan Laundry Ki Loan yang tayang di TransTV pukul 18.30. Katanya itu cukup lucu. Sayangnya jam segitu bukan jam nonton saya. Setelah jam lima Babe saya (baca : Bapak euy) adalah penguasa teve sampai pukul sembilan malam. Maka yang saya lakukan pada jam-jam itu adalah membaca, nongkrongkin laptop, atau nempelin kepala di bantal dan liuran. See...saya sibuk sekali bukan? *Melet.
            Namun  akhirnya saya bisa nonton juga berkat teman yang berbaik hati kasih link ke You Tube. Mula-mula sih malah pesimis. Ah, paling gitu aja  nih sitkom, pikir saya diawal Ling Ling muncul dan menyanyikan lagu soundtrack-nya serial F4 jaman baheula. Tetapi, dugaan saya meleset. Beberapa kali saya tertawa karena di serial baru TransTV ini.
            Penasaran seperti apa ringkasan kisah episode Cincin Lamaran dari serial Laundry Ki Loan? Nah, baca saja di bawah ini :




            Kisah diawali dengan Ling Ling yang menemukan cincin yang indah di saku celana seorang pelanggan. Penasaran, Ling Ling mencobanya. Sial baginya, begitu dicoba di jari tengah cincin susah di lepas. Tak bisa melakukannya sendiri, Ling Ling meminta bantuan Kang Asep, salah satu pegawai Laundry Ki Loan. Apes, bukannya membantu Kang Asep yang lugu itu malah bilang ,”Maaf ya Ling Ling kita kan bukan muhrim, saya nggak mau pegang tangan kamu.”




            Sampai disini saya ketawa sendiri. Pengen aja nabok Kang Asep yang gagal paham pada maksud Ling Ling. Tapi saya tak boleh menghabiskan tawa disini, soalnya masih ada lanjutan cerita yang menunggu untuk ditertawakan. Nah, sekarang sebaiknya kita harus kembali ke laptop eh Ling Ling.
            Manyun karena Kang Asep tak bisa diharapkan, Ling Ling pergi ke tempat Kang Jamal, tukang bakso dekat tempatnya bekerja. Melihat cewek yang ditaksirnya datang Kang Jamal langsung menyambut dengan riang. Dikiranya Ling Ling mau beli baksonya. Tetapi ia langsung ill feel begitu Ling Ling minta tolong mencopot cincin di tangannya. Rupanya  Bang Jamal malah mengira itu cincin tunangan si Ling Ling.
            “Tega bener kamu Ling Ling. Secepat itu kamu menerima lamaran orang lain...” ucapnya sambil mewek.



             Sementara itu di Laundry Ki Loan, Kang Asep kedatangan seorang cowok yang ujug-ujung nanya ,”Mas ada cincin nggak?”
            Kontan aja si Kang Asep yang lugu nyahut ,”Mas ini teh laundry, nggak jual cincin...”
            Jreeng, kebayang nggak sih gimana ngikiknya yang nonton pas bagian ini. Hadeuh, si Kang Asep ada-ada saja. Lugu sih lugu tapi nggak gitu juga kali...
            Nah, Kang Asep ini baru paham kenapa si cowok nyari cincin setelah dijelaskan panjang lebar kalau ia mencari cincin yang hendak digunakan untuk melamar pacarnya. Teringat peristiwa dengan Ling Ling sebelumnya, Kang Asep langsung menyeletuk ,”Jadi Mas teh mau ngelamar pakai cincin eta nyak?”
            Si cowok langsung mengiyakan. Sayangnya menurut Kang Asep cincinnya di pakai Ling Ling dan sekarang dia sedang keluar. Pfiiiuit! Cowok itu langsung ngeplas mencari Ling Ling. Nah, Ki Loan yang hanya mendengar sepotong-sepotong pembicaraan mereka mengira kalau cowok itu mau melamar Ling Ling. Alhasil dia ngomel-ngomel, tidak terima kalau cucunya yang masih kecil itu mau diajak kawin orang. Begitu Ki Loan ngengsot pergi, tinggallah Kang Asep garuk-garuk kepala kebingungan. Nggak ngerti kenapa bosnya ngira sejauh itu.
            Sepeninggal Ki Loan, Kang Asep masuk ke ruang setrika dimana banyak cucian bersih teronggok begitu saja. Saat itulah Kevin, rekan kerjanya, masuk dan menanyakan dimana Ling Ling. Kang Asep berkata cewek inceran Kevin itu tidak ada. Begitu juga saat Kevin bertanya dimana pemilik laundry alias Ki Loan berada. Pucuk dicinta ulam tiba. Mengetahui bosnya tidak ada Kevin justru ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk keluar dan mencari angin segar.
            “Terus siapa yang bantuin aku?” tanya Kang Asep.
            Enteng Kevin menyodorkan setrika dan meninggalkan Kang Asep yang melongo heran.
            “Kok setrikaan Kevin?”
            Kevin bablas keluar, tidak peduli pada ucapan rekan kerjanya itu. Sial baginya, sesampainya di luar ia bertemu Ki Loan. Ia tak bisa berkelit ketika Ki Loan menegurnya. Usai itu Ki Loan menugasinya mencari Ling Ling sampai ketemu. Diancam dikurangi gaji, Kevin melakukan apa perintah bosnya dengan berat hati. Menemukan  Ling Ling di tempat bang Jamal, Kevin langsung kesal. Ia tidak terima pria itu memegang-megang tangan cewek itu.
            “Lepas, lepas, lepas!” larangnya tanpa tahu kalau Bang Jamal bermaksud menolong Ling Ling.
            Akibatnya mereka berdua adu mulut. Melihat itu Ling Ling pergi dengan sebal.
            Di tempat lain, tepatnya di bawah sebuah pohon, cowok yang kehilangan cincinnya tadi menggerutu karena belum menemukan Ling Ling.  Beruntung,  disaat ia sedang bingung Ling Ling muncul. Melihat Ling Ling  yang sedang sibuk melepas cincinnya dia langsung bangkit dan berkata ,”Itu...itu cincin saya mbak?
            Mas ini tuh cicin pelanggan Ling Ling,” jawab Ling Ling.
            Sambil menjelaskan kalau ia-lah pelanggan yang dimaksud, cowok itu mengeluarkan nota laundry dari tempat Ling Ling bekerja. Sayangnya Ling Ling tidak langsung percaya, sampai akhirnya si cowok menjelaskan ,”Tadi pagi saya nge-laundry nah cincinnya ketinggalan dalam celana.
            Ling Ling yang polos dan agak oneng itu gagal paham. Katanya ,”Iih, Mas. Itu celana lagi dipake. Bohong deh...Niih!, sambil nyodorin nota.
            Tidak patah arang si cowok terus meyakinkan. Ling Ling yang pusing akan kebenarannya akhirnya justru meminta bantuan cowok itu untuk melepaskan si cincin. Yang tidak diduga, waktu si cowok berusaha keras melepas cincing dari jari Ling Ling, pacarnya melihat. Mengetahui kedekatan cowoknya dengan Ling Ling si cewek pun marah besar. Setelah menegur cowoknya, dia langsung balik kanan. Lantas berangkat ke laundry Ki Loan sambil nangis.
            Mengetahui ada pelanggan yang datang sambil mewek, Kang Asep jadi bingung. Ia cuma bisa bengong sambil memandang cewek tersebut. Waktu si cewek menyerahkan cuciannya untuk ditimbang Kang Asep mengingatkan agar diperiksa lebih dulu. Siapa tahu ada yang ketinggalan seperti cowok yang pagi tadi nge-laundry celananya di tempat itu. Nah, yang ketinggalan itu cincin untuk melamar ceweknya. Si cewek terdiam, teringat cowoknya yang ia semprot waktu berkutat dengan cincin di tangan seorang cewek di taman. Diam-diam ia mulai paham apa yang terjadi.
            Sementara itu Ling Ling dan cowok tadi masih berkutat dengan cincin yang rupanya tidak mau lepas juga. Ketika itulah Kevin muncul dan marah-marah. Tanpa banyak cingcong ia menghajar si cowok dan terpaksa menelan malu karena ternyata kalah ilmu. Kevin hanya sabuk kuning karate, sedang cowok tadi sabuk hitam. Ia cuma bisa garuk-garuk kepala waktu Ling Ling menjelaskan kalau si Mas itu hanya membantunya melepaskan cincin. Ndilalah, di waktu yang bersamaan ia memutar-mutar cincin itu dan lepas. Horeee, cincinnya lepas! Tapi, dasar Ling Ling konyol. Sudah tahu cincinnya lepas eh malah mau dimasukin lagi. Kontan saja Kevin dan cowok berseru ,”Eeeh!”



            Lantas ending-nya bagaimana? Seperti bisa anda tebak, ending ceritanya berakhir bahagia. Cowok dan ceweknya tadi berbaikan. Bahkan si cewek dengan senang hati menerima lamaran cowoknya. Tapi benarkah benar-benar bahagia? Jelang cerita kelar masalah malah datang. Cincin yang sudah dipakai di jari manis di cewek sulit dilepas. Kedua pasangan kekasih tadi kelabakan, ribut bagaimana mencopot si cincin. Mengetahui situasi itu, Kevin buru-buru membawa masuk Ling Ling dan menutup pintu Laundry. Ia tidak mau ikut pusing gara-gara cincin sial itu lagi.

            Gimana sudah dapat sedikit gambaran ceritanya ‘kan? Kalau pengen lebih seru mending nonton aja langsung.
            Oh, ya menurut saya episode yang saya tonton kali ini cukup menarik. Meski diangkat dari ide sederhana, tentang cincin lamaran yang terikut di laundry, penulis naskahnya (Tiah Marty) berhasil mengeksekusi sedemikan rupa sehingga penonton bisa merasakan kelucuan lewat celetukan-celetukan polos sekaligus konyol yang disebar sepanjang cerita. Yang jadi favorit saya ada dua, yaitu :
a.        Waktu Ling Ling minta tolong copotin cincin ke Kang Asep
            Maaf ya Ling Ling kita kan bukan muhrim, saya nggak mau pegang tangan kamu.”
b.       Saat cowok empunya cincin datang laundry dan nanya ke Kang Asep
            Mas ada cincin nggak?” tanyanya.
            Mas ini teh laundry, nggak jual cincin...” sahut Kang Asep.

            Tidak boleh dilupakan peran penting pemainnya. Saya suka cara Om Tio Pakusodewo berlaku menjadi pemilik laundry yang pelit dan ngeselin, Miqdad Ausy sebagai Kevin, juga Amank Linggos pemeran Bang Jamal—pria sotoy dengan dua istri yang naksir berat Ling Ling. Dan tentu saja dua pemeran yang paling saya suka—Gege Elisa sebagai Ling Ling yang kece tapi oon nggak ketulungan serta Qodrat P. Putra yang didapuk sebagai pria lugu namun rajin bekerja bernama Kang Asep. Dan tentu saja, Oding Siregar selaku sutradara.
            Mengambil slot pukul 18.30, tayangan sitkom ini bisa menjadi alternatif lain saat anda bosan dengan sinetron remaja yang bertebaran di jam-jam yang sama.

Salam.

Komentar

  1. ”Maaf ya Ling Ling kita kan bukan muhrim, saya nggak mau pegang tangan kamu.”
    haha. ini jleb banget, mba. wekeke :D jawabannya bikin keki.

    BalasHapus
  2. hahaha, iya aku sampai ngikik. Apalagi Kang asepnya wajahnya datar gitu, pengen jitak jadinya

    BalasHapus

Posting Komentar