Zaskia Gotik
Zaskia
Gotik itu tak lebih dari lulusan SD, dia tak sepolos kelihatannya, kacang lupa
pada kulitnya, dan dia juga pernah
berfoto syur pada masa lampaunya.
Entah mengapa hal-hal
itu membuat saya justru terketuk untuk membandingkan Zaskia dengan diri saya.
Hasilnya luar biasa, hehehe...saya sadar betapa jauhnya kualitas saya dibanding
dia (terlepas kesalahan yang dilakukannya). Usia lebih muda dia, tetapi perjuangannya
untuk mencapai keberhasilan seperti sekarang jelas lebih rumit Zaskia. Sekolah ia tinggalkan bukan tanpa alasan.
Keadaan memaksa dan ia harus memilih mana yang paling penting—sekolah atau cari
makan. Dan ia memilih yang kedua. Sebuah pengorbanan besar bagi anak usia
belasan untuk keluarga.
Saya tak bisa
membayangkan andai saya dilahirkan menjadi dia. Apa iya saya akan kuat
menjalaninya? Pertanyaan itu membuat saya membayangkan saya menjadi Zaskia
kecil yang berdiri di tengah lautan manusia sebagai penyanyi dangdut kampung. Sebelum anda membayangkan lebih jauh, mari
saya ingatkan Mbak, Mas, Tante, dan Om dengan kisah Inul Daratista. Pernah ada
yang melihat CD-nya jaman dulu kala?
Nah, kira-kira kondisi
panggung-panggung dangdut dibawah sana ya seperti itu. Meski sebenarnya aset
seorang penyanyi itu ada pada suara, tetapi tak urung goyang juga bisa jadi
senjata. Yang lebih celaka kemudian
banyak yang lebih memilih mengedepankan goyangan seksi sebagai pemikat
penonton. Kenapa? Saya juga ndak tahu, apakah yang laku memang begitu atau
dipengaruhi oleh kerasnya persaingan antar penyanyi sehingga memunculkan ide “seru”
semacam itu. Who knows? Sampai-sampai saya pernah dengar, entah siapa
mengatakan, jika anda jadi penyanyi dangdut nggak mau “goyang” macam itu, ya
jangan ngarep laku. Sebagai penyanyi Zaskia kecil pasti bisa melihat jelas hal-hal
kondisi semacam ini.
Nah pertanyaannya
adalah : “Dalam usia belasan dan berasal dari keluarga miskin kira-kira apa
yang bakal saya lakukan? Ikut arus atau justru kekeuh menjadi penyanyi dangdut baik-baik saja, yang goyangan atau
pakaiannya tidak berpotensi merubuhkan panggung saking seksinya?”
Hm, saya tidak menjamin. Apalagi jika saya
kelaparan, butuh makan—secara insting saya akan melakukan apa yang penting
duluan. Saya akan ikut arus biar dapat uang, keluarga saya bisa makan,
adik-adik bisa sekolah dan perkara lainnya pikir saja belakangan.
Dari situ pertanyaan
kedua muncul ,”Apa yang bakal saya atau mereka lakukan saat melihat Zaskia di
masa silam? Saat ia memilih putus sekolah dan mencari uang? Melewatinya begitu
saja atau justru memberi bantuan agar ia
bisa mendapat pendidikan bagus hingga bisa bekerja di tempat yang layak. Jadi tak harus berfoto syur dan nyanyi dangdut
sambil goyang aneh-aneh demi uang.”
Jika jawaban anda
adalah gelengan kepala, merasa tak sanggup membantunya (seperti saya). Ada
baiknya mendiamkannya. Tak usah ikut meributkannya. Sebab semakin suka kita
melihatnya (entah sambil ngedumel atau sambil nguleg sambel), berita itu akan
semakin sering diulang, semakin ditambah, diberi bumbu dan sebagainya. Tahu
kan, kemana juntrungnya? Rating, kawan...rating! Kalau sudah ngomong begini
yang untung pihak teve juga. Kita? Nggak dapat apa-apa.
By
the way tapi Afin kasih saran supaya nggak nonton berita
gituan, tapi kok tahu perkembangan ceritanya? Jangan-jangan penggemar setia
tayangan gosip ya?
Gimana ya, lha seluruh channel di Indonesia membicarakannya.
Tiap pindah channel ada. Meski udah
jarang nonton teve begitu buka eh...berita itu lagi-itu layang yang muncul
disana, hahahaha....*oo, ngeles!
Eh, jadi Fin apa dong
hal baik yang bisa dilihat dari Si Miss Gotik ini? Kerja keras, rasa cinta dan
sayangnya pada keluarga terlepas bagaimana masa lampaunya. Itu buat saya, anda
bagaimana?
Nikita Mirzani
Ia membuat saya teringat salah satu jargon iklan
rokok “Nggak ada lo, nggak rame”.
Dengan segala “kepolosannya
berbicara” atau jujur kacang ijo dalam bahasa saya, sebenarnya ia menjadi
contoh nyata bagaimana kita bisa memanfaatkan situasi tak mengenakkan untuk
menaikkan pamor kita. Itu bagus banget untuk dicontoh kawan. Bikin sebuah
kejadian yang penuh sensasi, kutuk seseorang yang terkenal di negeri ini,
bongkar aibnya. Atau kalau mau yang lebih keren bisa kan kita meminta pihak
teve untuk menayangkan gulat gaya bebas yang baru kita pelajari (baca pukul-pukulan,
bertengkar, sampai keluar darah) dengan seseorang yang lagi naik daun (ulat
kali).
Dengan begitu kita jadi
terkenal, diwawancarai infotainment untuk klarifikasi. Setelah nama kita
melambung, kita keluarin dah satu-dua single
lagu atau malah ikut main sinetron di teve. Gimana? Keren kan?
Sayangnya kawan,
bayaran untuk hal-hal semacam itu mahal sekali. Reputasimu dipertaruhkan. Cap
jelek yang sudah mancep dijidat kita itu sulit dihilangkan. Hingga saat kita
tobat pun orang takkan percaya. Musuh jangan ditanya, sudah pasti banyak bila
kita melakukannya. Bahkan kemungkinan terburuk saat mati nggak ada yang mau
mengusung kita, saking jahatnya kita dimata mereka.
Gimana? Masih mau
mencoba? Silakan, nggak ada yang ngelarang. Asal tahu saja, resiko tanggung
penumpang, hehehehe...
Hug, hug!
Nikita Mirzani itu prestasinya apaan ya? kecuali jualan body haha
BalasHapushush, husyh...asal kita nggak ikutan.
BalasHapusYang begonoan dibuang, yang baiknya diambil aja *xixixi
ambil yang baik tinggalkan yang buruk.....
BalasHapusya bener banget Mas Nurhadi, ambil yang baik aja ya
HapusOooh jadi .... sebenarnya ... ehm ... Nikita Mirzani itu melakukan apa sih *sumpeh jeng, saya gak tau*
BalasHapusAaaah yang penting isi dari tulisan ini keren ... sudut pandang yang patut ditularkan kepada banyak orang
Hahahaha Mbak Niar, dah...
HapusTararenkyu, sebenarnya saya nulis macam ini karena saya lihat saya ini sebenarnya nggak lebih baik dari si Gotik atau siapapumn yang kerap diberitakan di infotainmen
kejarlah akhirat, maka dunia beserta seluruh keindahannya akan mengejarmu agar engkau terpikat padanya...
BalasHapusdan kejarlah dunia, maka tidak ada yang engkau peroleh selain haus, lelah, dan hampa.
Ha bener itu Mew Da Vinci, mengejar dunia kadang malah bikin kita capek luar biasa ya.
HapusSalaaaam kenal maak et punten comment :D...liat yang baik, buang yang buruk ya Mak, itu memang rahasianya...jadi kita bisa selalu belajar dari semua orang ya maaak...thumbs up buat prasangka baiknya..harus diakui bahwa tidak semudah itu untuk mengalahkan prasangka buruk dan kecenderungan untuk mencibir ya maak...
BalasHapusbener banget Mbak Indah, memang lebih gampang deh menghujat timbang mikir positif hihihi *lirik diri sendiri
HapusSaya pernah berpikir hal yang hampir sama tentang seleb sejenis zaskia dan inul, Mbak
BalasHapusKita gak tahu ya kehidupan sekeras apa yang mereka hadapi hingga pada tahap itu
Etapi, klo nikita...hmmm...no comment wkwk
Itu dia Mbak Esti, kadang saya ngeri kalo mikir jadi mereka. Cobaannya berat banget. Saya sih mikir saya lebih enak ketimbang mereka.
HapusEh, kalo Nikita saya "hmm juga" hahaha
Hmmmm....hmmmm...
BalasHapusapa ya...??? he2..
tapi tulisannya menginspirasi kok..., pinter mengambil hikmah dari suatu pristiwa..
salam ...
salam kenal juga Nova, makasih udah mampir kemari.
HapusBelum pinter mengambil hikmah, aslinya lebih gampang ngedumel kalo lihat berita gitu
hmm jd renunga jg ya mbak :)
BalasHapustp buat penyanyi dangdut dgn goyangan aneh2 gt.. kalau sdh ga kepepet ekonomi lg menurutku ya gimana gt ya.. efek dr adegan goyang gt tetap aja bnyk gak positifnya,.. wallahu a'lam.
nah setuju mbak binta, kalo udah enak baiknya goyangannya jangan gitu lagi kali ya. Gimana gitu lihatnya
HapusJadi, nikita mirzani penumpang mana, mak? Hihihi....
BalasHapushahah, mungkin penumpang bis jurusan Bogor Jakarta
Hapusambil hikmahnya jangan cuma nonton infotainment ya :)
BalasHapushehehe, iya Mbak Lidya, bener atuh
Hapusyang jelas kedua artis itu cuman mau nyari sensasi aja
BalasHapusNah kalau gitu selama mereka nyari sensasi kita nyari pahala aja hihi
BalasHapus