Kepada Bapak Presiden yang terhormat,
Selamat malam, Pak, semoga Bapak selalu dalam lindungan Allah ta’ala. Kemarin saya sempat melihat Bapak berpidato di depan anggota MPR dan DPR lewat televisi tetangga, tetapi saya tak terlalu ambil peduli karena sibuk mencari utangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dasar sial, Pak, tak satu pun mau memberi saya utangan karena kami sama-sama dicekam kemiskinan.
“ Pak, Pak…Piye to kowe ki (kamu itu bagaimana.red)?!” sesal istri saya ketika tahu saya kembali dengan tangan hampa.
Di bawah temaramnya beranda, saya duduk dan berpikir dalam. Apa yang harus saya lakukan? Haruskah saya mengadu nasib ke Malaysia setelah pekerjaan sebagai nelayan kini sulit dijadikan sandaran? Jujur, Pak, sekarang banyak dari kami yang pergi kesana semenjak ikan semakin sulit dicari. Semua terjadi sejak munculnya kapal-kapal pukat dan bom ikan yang merusak terumbu-terumbu karang tempat ikan beranak-pinak di wilayah kami. Entah dari mana mereka datang, tapi yang jelas sejak itu kami harus melaut lebih jauh lagi untuk mencari ikan. Imbasnya biaya untuk membeli BBM pun membengkak. Baguslah jika kami bisa balik modal, tapi yang terjadi kan justru sebaliknya. Kami sering kali berangkat dengan harapan tapi pulang dengan tangan hampa dan masih harus menanggung beban hutang BBM di sejumlah tempat.
Dalam kondisi ini terbersit di hati saya untuk minta bantuan Bapak saja. Bicara langsung dan menceritakan semua kesulitan saya di hadapan Bapak. Tapi bagaimana caranya? Lha wong hendak menemui Bapak saja bukan main sulitnya. Harus melalui ini melalui itu, dicocokkan dengan jadwal Bapak, bisa atau tidak. Ugh, kalau melihat keadaan seperti ini rasanya keinginan saya hanyalah mimpi.
Tapi baiklah, Pak. Sebagai rakyat saya mengucapkan selamat atas terpilihnya Bapak jadi Presiden kembali. Selamat juga untuk Bapak Wapres. Saya mohon Pak, agar kelak Bapak bisa memilih pembantu-pembantu (baca : menteri-menteri) yang tak hanya pintar serta tangkas tapi juga punya mata, hati dan telinganya yang berfungsi baik agar bisa segera bertindak saat melihat, mendengar dan merasakan jeritan orang-orang kecil seperti saya. Tidak hanya duduk diam, menikmati kursi empuk sebuah jabatan. Harapan saya yang lain adalah Bapak benar-benar merakyat seperti yang digambarkan dalam iklan. Jika bisa melebihi sepak terjang Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran yang terkenal sangat merakyat dan sederhana seperti yang diceritakan seorang guru kepada saya. Tanpa berniat menggurui, semoga saja Bapak bisa berkaca darinya dan mengambil sisi-sisi positifnya. Menerapkannya sesuai dengan kondisi Bapak dan jadilah Bapak yang bijak bagi semua lapisan masyarakat.
Akhir kata, Pak, selamat bekerja. Saya doakan semoga Bapak sejahtera dan bisa membawa kami semua menuju kearah yang lebih baik, mensejahterakan kami hingga tak ada lagi penduduk negeri ini yang mengais hujan emas di negeri orang sebab di bawah tampuk kepemimpinan Bapak hujan batu di negeri ini telah digosok menjadi hujan intan dan berlian.
Hormat saya,
Sarmidi
ditulis dalam rangka lomba agustusan di blogfam
picture courtesy of bengsin (?)
beneran dikirim aja ke presiden, mbak..
BalasHapuslihat aja responnya gimana?
he..
semoga kelak indonesia bisa lebih maju...
BalasHapussemoga kelak indonesia bisa lebih maju...
BalasHapusSurat tapi curhat... :)
BalasHapusiya nih. bisa dikirim ke pak presiden langsung. :)
BalasHapusterima kasih sudah ikutan lomba.
salam
mbak sa