GANBATTE, MY MAN 2




“ Selamat anda adalah orang ke-empat belas yang menelfon saya,” katanya riang setelah ia menghilang dari peredaran. Tak kelihatan batang hidung dan umpatannya di dunia perfesbukan, sampai-sampai beberapa angota jamaah fesbukiyah yang dikenalnya rebut mencari. Kemana tuh orang? Jangan-jangan ditangkap Densus 88 karena sering berbuat onar di fb orang.

Saya lega ketika ia jawab ia hilang bukan karena Densus 88, tapi karena sedang rehat saja setelah mendonorkan darahnya dengan cuma-cuma, begitu istilahnya jika ia sedang mimisan.

Hahahahah, saya jadi tertawa. Gayanya bicara itu selalu bikin tertawa. Lha sakit aja tingkahnya seribet kuda gimana sehatnya coba?

Hahahahaha….

“ Aku kalau kumat itu sampai pucat kebiruan lo,” pamernya girang.

“ Wah keren dong say, persis Edward Cullen lagi kelaperan,” sahut saya asal. Dia tertawa. Mungkin setengah gatal ingin nimpuk mendengar komentar nggak genah saya.

“ Apalagi yah kalo Edward Cullen-nya pakai baju Batman. Itu yang CD-nya diluar,” sahut saya lagi. Dia ter-kwakakakaka saja.

Sialan loe! Begitu kali batinnya, saking saya nggak dengar saja.

“ Kalo malem sholat tahajud, say?” tanya saya.

“ Iyah, kenapa? Mau ikutan?”

“ Heheheh…ya sudah kalau rajin sholat. Siapa tahu Allah memberi mukjizat.”

“ Iya.”

“ Jangan pernah menyerah, ya. Kamu pasti bisa melampauinya. Tetap semangat. Setiap kali sakitmu kumat katakan pada dirimu kau sehat,” kata saya sok kasih nasehat. Padahal mah kalau ngalamin sakit sepertinya mana tahaaan. Lah wong kapan itu sehabis nyungsep diatas aspal ngeluhnya ampun-ampunan (untung looh aspalnya nggak kenapa-napa ketimpa saya).

Padahal akibatnya hanya bengkak di kaki dan tangan. Lha gimana coba kalau mengalami mendapat hadiah istimewa sepertinya, sakit yang namanya indah luar biasa, tapi bikin manusia seperti saya pengen nabrakin diri ke truk manggis nggak pake mikir lagi saking putus asanya.

“ Iya insyaallah aku kuat. Aku nggak menyerah dengan sakit di kepalaku ini, kok,” katanya biasa.

“ Iya dong, kamu harus semangat. Masa tega sih ninggalin daku, temenmu yang kece ini,” kata saya pede.

“ Hwahahahahahaha, iya Sweety,”

Saya nyengir-nyengir aja dipanggil sweety.

“ Kamu tahu nggak? Karena kalian-lah aku terus bersemangat. Aku tak mau kehilangan kalian. Kalian-lah bahan bakarku untuk terus melaju melawan sakit ini,” katanya. “ Dukungan kalian berarti bagiku.”

Uhuhuhuhuhu, jadi terharu biru.

Well, Ganbatte My Man!

Jangan pernah berhenti berusaha. Jangan lupa Cintamu (saya membahasakan kekasihnya dengan cintamu) menunggumu. Juga ksatria-ksatria kecilmu.

Aku juga. Begitu pun teman-teman lainnya. Kau tahu kenapa? Supaya kita tetap bisa berbuat onar di dunia per-fesbukan ini!

Ingat ya kalau kamu menyerah aku akan timpuk kamu dengan sepatuku seperti waktu SD dulu! Hyaaat…syuuuut… Poook! Langsung ke jidatmu, sob. Iyah, bener, aku sungguhan. Enggak bohongan. Peduli amat mamamu ngamuk berat, yang penting kamu bisa terus ingat dan bersemangat melawan penyakit eh hadiah dari Tuhan ding…hingga titik darah penghabisan (hosh, hosh…capek juga yah pidato mirip Jendral ngobarin perang?).


Maaf aku hanya bisa memberi dukungan via tulisan sebab berpelukan dengan yang bukan muhrim itu hukumnya haram. Tahu kan?

Heheheh…meski sebenarnya memanggilmu Say juga bukan sebuah kepantasan. Tapi kamu memang pantas disayangi semua orang, kami teman-temanmu ini, dengan gayamu yang asyik dan santai walau ada sikon runyam menyamperimu tiap hari.



Semangat!!!!!!



*while hearing Piso Surit (Vicky Sianipar), Home (Michael Buble), Forever Love (Gary Barlow), Return to Innocence (Enigma), Fly Me to The Moon, and Colbie’s songs



Komentar

Posting Komentar