kalau tidak diberitahun Mbak Hairi Yanti, saya pasti kelewat berita ini. Terima kasih banyak Mbak... |
Menjadi salah satu dari tiga orang
pemenang Gramedia Blogger Competition periode 1 Mei-30 Juni lalu tak pernah
saya duga. Selain persiapannya mepet saya pun upload menjelang akhir lomba. Pikir saya, mari berpartisipasi saja.
Menang kalah usah dipikirkan. Syukur-syukur masuk dalam dalam 10 karya terbaik. Kalau tidak pun tidak apa.
Diluar dugaan saya justru masuk
tiga besar. Sungguh, saya tidak percaya. Saya berulang kali berpikir, mungkin
ada yang salah dengan pengumumunannya. Iya, begitu adanya. Saya ingat betul, saat
masih penjurian saya justru menjagokan penulis lainnya. Penulis cilik yang
keren menurut saya. Tapi, rupanya ketentuan Allah kerap tak terduga. Ternyata
malah saya dianugerahi hal luar biasa. Jelang ulang tahun yang kesekian, saya
mendapatkan hadiah berupa kesempatan untuk mengenal Belu lebih dekat sekaligus
hadir dalam Festival Membaca di sana.
Tetapi seperti halnya kegembiraan
lainnya, takkan lengkap bila tanpa drama. Iya drama!
Dimulai dari hilangnya ponsel
tanggal 19 sore, jelang keberangkatan saya menuju Surabaya. Jadi waktu itu saya
pergi ke warnet untuk cetak 3 tiket
pesawat dan satu guess check ini di
hotel Ibis. Lha dasar dodol, saya langsung ngeloyor pergi gitu aja begitu
selesai cetak. Lupa kalau ponsel ada di meja. Begitu saya kembali ke sana,
ponsel sudah tak ada. Saya tak bisa apa-apa. Mau menuduh, siapa pula yang
dituduh? Toh, saya juga yang salah. Dalam hati saya berdoa, semoga bermanfaat
bagi yang menemukannya.
Kemalangan tak berhenti sampai
disitu saja, saya teringat bahwa seluruh kontak penting ada disana. Bagaimana
saya menghubungi orang-orang terutama Mas Frandy dari Save The Children yang
mengurusi keberangkatan saya juga ada disana. Juga Mas Jeppery, tim Save The
Children Surabaya, yang akan berangkat bersama ke Jakarta. Lha terus piye iki?
Garuk-garuk kepala yang tak gatal saja yang bisa saya lakukan saat begini.
Berikutnya ada berita yang bikin
saya lebih down lagi, semua travel
yang hendak menuju Surabaya sudah penuh semua. Waduh, lha saya naik apa? Pesan
tiket kereta mendadak begitu mana bisa. Apalagi itu masih musim-musimnya arus
balik (tanggal 20 masih ramai diisi oleh orang yang mau balik). Fyuh, saya
mulai berkeringat dingin euy! Takut tidak bisa mengikuti acara festival baca di
Belu nanti.
Jika itu sudah bikin saya lesu,
maka mendengar ucapan Bapak berikutnya saya semakin lesu saja. Bapak bilang
saya yang dititipkan padanya berkurang. Padahal Bapak menyimpannya rapi-rapi
dalam dompet khusus. Agak aneh memang mengingat kejadian semacam itu tak pernah
kami alami. Saya sudah lama menitipkan uang ke Bapak tapi tak pernah raib tanpa
jejak macam ini. Selalu utuh. Masalahnya sekarang (hihihi) kalau uang itu
kurang berarti uang saku saya ke Atambua juga kurang. Ha, terus gimana?
“Apa ada tuyulnya ya mbak?” ucap
Bapak memecah kediaman.
Kemungkinan itu bisa saja terjadi. Mengingat
masih ada saja orang-orang rela melakukan apa saja demi menjadi kaya di jaman
modern seperti ini. Bahkan jika itu dilarang agama seperti memelihara tuyul.
Tapi, saya justru menjauhkan
pikiran itu dari kepala saya. Saya justru meringankannya. Ponsel dan uang (sangu
ke Atambua) yang hilang itu hanyalah titipan. Kalau Empunya barang ingin
mengambil kembali, tak sulit bagi-Nya melakukan itu. Kun fayakun, jadilah maka jadilah! Tak ada yang terlalu rumit
baginya. Maka itu saya tak berhak menolaknya. Marah apalagi. Terutama kepada
Bapak saya. Toh, uang yang hilang itu tak sebanding dengan apa yang sudah
dilakukannya untuk saya. Maka seperti kata adik-adik saya (Wendy, Wawan, dan
Rena) untuk mengikhlaskannya, itu pula yang saya pikirkan.
“Nggak apa sudah, Pak. Siapa tahu,
Pak, nanti dapat rejeki yang lebih besar,” kata saya kemudian.
Di saat segenting itu yang bisa
saya lakukan adalah pasrah dan mengembalikan
semuanya ke Allah. Yakin saja bahwa Allah memberikan hadiah manis
berturut-turut macam itu bukan sebuah kebetulan. Pasti ada yang ingin Ia
ajarkan. Pikir saya berbaik sangka.
Blam! Seperti menjawab saya, semua
permasalahan satu-satu terurai. Adik bungsu saya, Wawan, menawari untuk
meminjam dulu ponsel pintarnya. Adik ipar saya, Rena, justru memberikan
ponselnya untuk saya.
“Pakai saja, Mbak. Saya mau beli
yang baru kok,” katanya sambil menyerahkan ponsel merah miliknya.
Bersamaan dengan itu saya teringat
kalau saya sebelumnya sempat mencatat nomer Mas Frandy di kertas. Dari Mas
Frandy saya mendapatkan nomer Mas Jeppery. Aduh, lega. Berikutnya adik saya,
Wendy, kembali dengan berita gembira kalau ia berhasil mendapatkan travel yang
akan membawa saya ke Surabaya.
“Besok sampeyan dijemput pukul
sembilan. Seenggaknya sampai di Surabaya
pukul lima sore-an. Paling lambat pukul tujuh, mengingat kemacetan yang
ada,” jelasnya.
Saya berterima kasih padanya. Ia
mau bersusah payah mencarikan travel untuk saya. Kakaknya yang dodol ini.
Soal uang bagaimana? Aih, kalau rejeki
memang tidak kemana. Bapak merogoh koceknya untuk memberi uang saku pada saya.
Tidak terlampau besar. Tapi, cukup untuk beli-beli apalah nanti di jalan
hihihi...
Dan sepertinya semua beres ‘kan?
Oh, tunggu dulu. Belum kawan! Belum selesai ternyata dramanya (hahahah)
Sopir travel yang menjemput saya
telat datang, rupanya beliau itu tidak paham jalan-jalan di kota saya. Beliau
berasal dari Lumajang, baru satu bulan tinggal di Banyuwangi. Pantas saja
tampangnya seperti orang bingung. Itu yang memperlambat proses penjemputan
penumpang.
Baru jelang pukul 12 kami, seluruh
penumpang, dengan sopir selanjutnya yang bertugas membawa kami ke Surabaya
meninggalkan Banyuwangi. Karena lewat jalur pantura tentu saja jarak tempuh
jauh lebih lama. Pak Sopir berusaha keras mengejar agar tiba di Surabaya tepat
waktu. Tapi, sayang di Bangil kami kena macet. Pukul 6 kami masih disana.
Sempat saat itu saya kontak Mas Frandy, mengenai kesulitan yang saya alami.
Saya sempat berkata kalau kemungkinan besar saya akan telat check in. Waduh,
padahal katanya pesawat paling malam dari Surabaya ke Jakarta hanya pukul
20.00. Kalau saya telat, alamat saya tak bisa meluncur kesana.
Dziiing! Panik mulai menyerang. Lha piye iki?
Tapi lagi-lagi senjata saya cuma
pasrah srah! Saya tidak memiliki kekuatan apapun untuk menyulap ketidakmungkinan
menjadi mungkin. Cuma Allah yang sanggup. Sambil komat-kamit dzikir dalam hati
saya berkata ,”Jika ini rejeki saya, saya tetap akan berangkat ke Jakarta
apapun caranya.”
setelah delay beberapa lama, akhirnya naik pesawat juga diirngi gerimis |
Pukul tujuh malam, kami mulai lepas
dari kemacetan dan mulai melesat di jalan tol. Jelang pukul delapan, mungkin
kurang sepuluh menit, saya tiba di Bandara. Aih, tapi Pak Sopir justru
menghentikan saya di area keberangkatan pesawat Sriwijaya Air, Lion, dan
teman-temannya. Bukan di area keberangkatan Citilink. Waduh, terpaksa saya
lari-lari menujunya, takut terlambat check ini. Aneh, ternyata masih bisa meski
jamnya sudah mepet. Ternyata oh ternyata pesawat delay, kakak!
di kamar ini saya meletakkan badan setelah drama yang mendebarkan |
Alhamdulillah...setelah menunggu
cukup lama, akhirnya saya berangkat ke Jakarta bareng Mas Jeppery dari Save The
Children Surabaya. Tiba di Jakarta hampir tengah malam dan langsung menuju
hotel Ibis di dekat bandara. Langsung bongkar ransel, cari baju ganti,
bersih-bersih dan tidur.
Dibalik semua drama itu ada dua
pelajaran penting buat saya :
Pertama, bersikap tenang dan tetap
berbaik sangka pada Tuhan. Pasrah dan bersandar-lah hanya pada-Nya. Ia-lah
tempat bergantung paling Maha. Hanya Ia yang bisa menunjukkan jalan keluar
ketika kita jalan-jalan seolah tertutup di depan kita.
Kedua, belajar ikhlas. Segala
sesuatu yang ada di dunia ini hanya titipan. Jika Allah mengambil kembali
titipan itu, relakan saja. Sebab Allah lebih tahu apa yang terbaik buat kita.
Salam.
Selamat ya mba :)
BalasHapusAlhamdulillah ya bisa belajar dari drama yang terjadi :)
hihi, semua orang yang saya ceritain ketawa ngakah Mbak Alida
Hapusselamat untuk kemenangannya ya...dan memang dramanya seru bangeet itu :)
BalasHapushihi iya mbak Indah, banget
HapusSepertinya gampang ya mbak... tenang dan ikhlas.. tapi kalo pas kejadian, panik lah yang melanda... btw selamat ya mbak...
BalasHapushahaha, iya mbak Retno. Haduuh...
HapusKunci utamanya memang harus berprasangka baik pada Allah dan bersikap tenang ya mbak...btw selamat atas kemenangannya :)
BalasHapusTerima kasih, insyaAllah begitu kuncinya Mbak Tuty
HapusSelamat atas kemenangannya. Menunggu bukunya terbit.
BalasHapusbtw, kisah drama luar biasa, yang sarat pelajaran. Terima kasih sudah berbagi, mbak.
wakakakak, iya mbak. Haduh, deg-degan aja isinya. Sama-sama, terima kasih juga sudah mampir kemari
HapusWahhh... keren.. selamat ya mba.. lain kali jgn lupa sama hp yah. Hihihi
BalasHapusxixi, Mbak Ruli terima kasih udah diingetin. InsyaAllah kejadian itu ngajarin saya untuk cek en ricek :)
Hapusjadi ikut deg2an baca ceritanya
BalasHapushwahaha, mbak Tira..serasa jantungnya ikut copot juga?
HapusHiiiii mepet bener mba, flight jam 8. Sementara jam 6 masih di Bangil, pernah seperti itu. Saya doanya, supaya pesawat di delay hahaha curang yah saya :D
BalasHapusBtw salam kenal dan selamat ya mba. Jadi penasaran dengan tulisannyabyang memenangkan Blog Competition :(
Wakakaka, masa Mbak Nining? Waduh tos dulu! Samaan ini ceritanya
Hapuswawww... incredible mbak... congratulation ya mbak..
BalasHapusterima kasih mas Ali Shodiqin
HapusWaaaa selamat ya mbaaa sudah jadi pemenang kompetisi ini. Betuuulll, rejeki gak bakal kemana, dan Allah akan selalu membantu hambanya😊😁
BalasHapusHa betul Mbak Mia, cuma memang kita harus belajar tidak panik, super tenang, dan ikhlas dalam kondisi demikian.
HapusWaah bacanya aja ikut deg-degan..Untung semua bisa teratasi ya mbak dengan pasrah dan doa tentunya.Alhamdulilah....
BalasHapusalhamdulillah, iya mbak. Haduh saya udah pucet aja waktu itu.
HapusAlhamdulillah. Bantuan Allah selalu ada ya mba. Selamat yaa
BalasHapusiya mbak, alhamdulillah disaat genting dan bisanya cuma pasrah Allah kasih keberkahan
BalasHapusSelamat, mba Afin. Keren banget bisa terpilih jadi pemenang. ceritanya seru ya, mba.
BalasHapushwahaha iya non, banget. Sampai mules saya
HapusAaaaakkk, pasti seru banget deh, diawali dengan drama, diakhiri dengan bahagia nih kayaknya mbak :D
BalasHapusSalam,
Senya