Upaya Warga Koelon Tangsi Cegah Penyebaran Covid-19: Dari Menutup Pasar Kuliner Hingga Terapkan Physical Distancing
Nama
Banyuwangi tengah berkibar akhir-akhir ini. Banyak destinasi wisata yang
digandrungi para pelancong baik lokal maupun manca. Mulai dari gunung, pantai, hingga budaya. Sungguh, tidak
cukup seminggu untuk mengeksplorasi keindahan yang terbentang di Kabupaten
berjuluk sunrise of java ini.
Belakangan
tidak hanya itu saja atraksi yang membuat wisatawan datang ke Banyuwangi. Hadirnya
pasar wisata kuliner di wilayah yang terletak di ujung timur Pulau Jawa ini
juga menjadi daya tarik tersendiri. Salah satunya adalah pasar kuliner tematik
yang didirikan oleh warga jalan Raung, Dusun Kopen, Desa Genteng Kulon, Kecamatan
Genteng, Banyuwangi, yang acap disebut
sebagai warga kulon tangsi. Kulon artinya barat, sedangkan tangsi berarti asrama atau barak
tentara/polisi.
Merujuk
dari penyebutan inilah pasar jajanan di wilayah tersebut dinamai Pasar Koelon
Tangsi. Adapun penulisannya menggunakan ejaan lama, sesuai dengan konsepnya
yang bertema “Djadoel”.
Tak
kurang dari 50 stan meramaikan pasar yang suasananya dirancang bak jaman kolonial.
Para pedagang tidak mengenakan pakaian biasa, tetapi mengenakan kebaya tradisional
dan sewek bagi perempuan. Sementara
prianya mengenakan pakaian petani jaman lampau beserta penutup kepala seperti
peci atau songkok. Beberapa lainnya mengenakan pakaian ala Belanda tempo dulu,
untuk mendukung suasana kolonial itu.
Pecel dan uba rampe-nya di Pasar Koelon Tangsi |
Di
tempat ini pengunjung bisa menikmati berbagai jajanan jadul seperti ongol-ongol,
sawut, gethuk, cenil, lanun, latuk, klepon, hingga samiler. Bagi mereka yang
ingin menikmati makanan berat tersedia, nasi kucing, gudeg, kupat kare, sega
pecel, rawon, hingga pelasan. Selain itu, pengunjung juga bisa menikmati pertunjukan
kesenian seperti tarian, nyanyian, tabuhan gamelan Banyuwangi, serta layar
tancap yang menampilkan film-film perjuangan. Soal harga tak perlu khawatir. Harga
makanan di tempat ini tidak mahal, berkisar Rp.1000,00 hingga Rp20.000,00.
Pasar
Koelon Tangsi Didirikan Untuk Tingkatkan Kesejahteraan Rakyat
Proses
pendirian Pasar Koelon Tangsi tergolong singkat. Berlangsung dari awal Januari
hingga pertengahan Februari, sebelum akhirnya dibuka pada Sabtu, 22 Februari
2020. Pasar yang didirikan untuk memberdayakan berbagai potensi sumber daya
lokal ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Utamanya warga
kulon tangsi.
Sonny Tri Danaparamita tengah meresmikan Pasar Koelon Tangsi |
Dikutip
dari laman Detik (23/2/2020) Sonny Tri Danaparamita, anggota Komisi IV DPR RI
yang hadir dan meresmikan pasar ini, mengaku setuju dengan banyaknya pasar
wisata kuliner tematik yang terus berkembang di Banyuwangi. Lebih lanjut ia
berujar jika perekonomian dan kesejahteraan masyarakat meningkat dengan adanya
pasar kuliner tematik ini.
Kedepannya
kegiatan ini diharapkan bisa menjadi embrio pengembangan proyek lainnya, khususnya
yang berhubungan dengan potensi wisata. Sebab sektor ini memiliki daya dukung
kuat dalam mendatangkan manfaat ekonomi.
Hentikan
Operasi Pasar Koelon Tangsi Demi Cegah Covid-19
Sementara
perekonomian warga Koelon Tangsi mulai menggeliat, sebaran virus Corona juga
kian meningkat. Perlahan-lahan virus yang awalnya merebak di Wuhan, China, ini
merambah ke seluruh dunia. Tak terkecuali Indonesia.
Ketika
kasus pertama Covid-19 diumumkan oleh Presiden tanggal 2 Maret 2020 (Kompas,
3/3/2020), Pasar Koelon Tangsi masih berjalan seperti biasa, meskipun semua
mulai waspada terhadap ancaman virus Corona. Antusiasme pedagang Pasar Koelon Tangsi
juga masih tinggi. Mereka nampak bersemangat menyiapkan segala sesuatunya. Mulai
dari memasak hingga menyajikan makanan di stan masing-masing yang terbentang sejauh
300 meter di jalanan kampung.
Namun
kondisi setelahnya berubah dengan cepat. Dikutip dari Tribunnews (7/4/2020) penderita Covid-19 yang semula hanya
berjumlah 2 orang naik menjadi 117 pada tanggal 15 Maret 2020. Sehari
kemudian, 16 Maret 2020, jumlahnya mencapai 134 orang atau mengalami
peningkatan sebanyak 17 kasus.
Tak
urung hal ini menimbulkan kekhawatiran. Seruan social distancing untuk mencegah penyebaran Covid-19 pun digemakan.
Pemerintah Kabupaten Banyuwangi bertindak cepat dengan meliburkan sekolah dan
destinasi wisata tanggal 16-29 Maret
2020. Keputusan tersebut direspon positif oleh pengurus dan pedagang Pasar
Koelon Tangsi. Semua sepakat untuk mengikuti apa yang ditetapkan oleh Pemkab
Banyuwangi.
Sebelum masa penutupan destinasi wisata berakhir, tanggal 26 Maret 2020 muncul kembali surat edaran dari Bupati Banyuwangi yang ditujukan kepada para pemilik atau pengelola dan pimpinan usaha hiburan, Telkom Kabupaten Banyuwangi, usaha warnet, mal/pasar, bazar/pasar malam, restoran/café/angkringan, pusat kuliner/kawasan PKL, serta ketua RT se-Kabupaten Banyuwangi.
Seluruh stan di Pasar Koelon Tangsi tutup hingga batas yang tak ditentukan. |
Salah
satu isinya adalah pemberitahuan untuk masyarakat agar tidak mendatangi tempat-tempat keramaian
seperti mal, pasar, pusat kuliner/kawasan PKL,
kecuali untuk keperluan belanja
bahan makanan secukupnya atau obat-obatan. Bagi mereka yang melanggar
akan dikenakan sanksi administrasi dan atau sanksi pidana sesuai ketentuan yang
berlaku. Menindaklanjuti surat edaran ini, seluruh pengurus dan warga yang
tergabung dalam perkumpulan pedagang Pasar Koelon Tangsi, memutuskan untuk
menghentikan kegiatan pasar kuliner hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Terkait
hal ini Eko Suprayogi, selaku Ketua Pasar Koelon Tangsi, menjelaskan ,“Pada
saat Pemkab Banyuwangi menyerukan atau menghimbau untuk melalukan pembatasan aktivitas
di segala lini—dari mulai aktivitas sosial, bisnis, dan lain sebagainya bahkan hingga
pendidikan—maka kami berpikir jika pandemi tersebut adalah sesuatu yang memang sangat berbahaya
dan wajib diwaspadai. Maka dari itu kami
memilih untuk tidak mengambil risiko. Walaupun memang ada risiko dari sektor ekonomi.
Di mana kegiatan produktif warga masyarakat dalam upaya untuk memperoleh
pendapatan tambahan akan mandeg lagi. Tetapi, itu saya rasa tidak berarti
apa-apa dibandingkan dengan risiko keselamatan jiwa warga masyarakat itu
sendiri dan para pengunjung. Maka kami lebih memilih untuk menutup kegiatan Pasar
Koelon Tangsi.”
Terapkan
Physical Distancing Demi Kemaslahatan Bersama
Memahami
bahwa virus Corona menyebar melalui droplet yang keluar dari mulut atau hidung
kala batuk atau bersin, warga kulon
tangsi memilih menerapkan physical
distancing. Warga tidak keluar rumah jika memang tidak ada kepentingan,
seperti ke kantor, ke bank, atau lainnya.
Belanja pun tetap memakai masker. |
Jika
pun harus keluar, seperti berbelanja sayuran, masing-masing mengenakan masker
dan menjaga jarak sesuai anjuran. Tidak lupa cuci tangan dengan sabun usai
melakukannya. Kala berolahraga pun masker tetap digunakan. Tidak dilepaskan
meskipun suasaana di jalan lengang.
Tempat cuci tangan di pertigaan. |
Selain
itu, terdapat juga tempat cuci tangan dari tong lengkap dengan sabun cair yang
dipasang di dua pertigaan. Tujuannya agar orang-orang yang hendak masuk atau keluar
dari wilayah kulon tangsi mudah
membersihkan tangannya, sebagai bagian dari cara mencegah penularan virus
Corona. Bahkan ada pula pedagang kelontong
yang secara sadar memajang tempat cuci tangan dari stoples besar di
depan tokonya. Dengan demikian para pembeli atau sales bisa membasuh tangannya
di tempat itu.
Tempat cuci tangan di depan sebuah toko kelontong. |
Saat
hari raya pun para warga kulon tangsi memilih untuk tidak melakukan acara
salam-salaman seperti tahun-tahun sebelumnya. Di mana seluruh warga akan
bergantian berkunjung dari satu rumah ke rumah lain untuk silaturahmi dan
bermaaf-maafan. Tahun ini semua memilih tinggal di rumah dan bermaaf-maafan dengan
anggota keluarganya masing-masing. Jika berjumpa, cukup mengatupkan jari
sewaktu mengucap “Minal aidzin wal faizin, mohon maaf lahir dan batin”.
Ketika
ada warga yang meninggal pun, para pelayat juga menerapkan physical distancing. Masing-masing orang bertakziah, namun tetap
dalam jarak aman. Tidak berdekatan hingga menimbulkan kerumunan.
Tahlilan
pun hanya dilakukan oleh kerabat almarhum saja. Tidak dihadiri oleh seluruh
warga seperti pada umumnya. Kebijakan tersebut diambil karena kerabat almarhum
memahami betul kondisi sekarang. Mereka benar-benar mengikuti anjuran physical distancing demi mencegah
penyebaran Covid-19.
Warganya tertib ya, salut 😊
BalasHapusSemoga terus begitu. Biar nggak terus naik mbak coronanya.
HapusWah patut di contoh warga yang baik
BalasHapusHahaha, terima kasih lho Mbak.
HapusSemoga pandemi segera berlalu, agar kubisa ikut mencicip jajanan tradisional di Pasar Koelon Tangsi ini. aamiin
BalasHapusAmin Mbak Mechta, semoga next time bisa kemari.
Hapusternyata Banyuwangi ini banyak kulineran yang enak juga ya. Semoga lain waktu dan pandemi ini berlalu mau mampir ke Banyuwangi ahh.
BalasHapusBtw, warga disana harus banget dicontoh ya. Karena mereka sangat sadar untuk tidak berkerumunan dan mematuhi aturan yang berlaku.
Semoga pandemi ini cepat selesai dan bisa beraktivitas kembali ya ka. Amin
Amin, semoga tidak lama lagi pandemi berlalu. Dan bisa beraktivitas kembali.
HapusWarga di sana cukup patuh. Cuma memang kalau kegiatan seperti ini yang dikhawatirkan penularan dari uang receh dan kertas. Pembayaran harus diganti menjadi pembayaran menggunakan uang elektronik
BalasHapusItulah Mas, salah satu yang jadi problem. Sepertinya agak susah untuk menerapkan untuk uang elektroniknya dalam waktu dekat.
HapusSemoga pandemi ini cepat berakhir sehingga pasar bisa dibuka kembali. Makanannya enak dan ngangeni semua. Outfit penjual jga jadoel punya.
BalasHapusAdududuh... semoga bisa segera liburan lagi dan kita genjot pariwisata Banyuwangi dan Indonesia
Ahaha, iya Mbak. Di sini para pedagang sudah kangen semua untuk kembali on jualan.
HapusSedih sekali rasanya. Kehadiran Covid 19 banyak merugikan bagi kita. Memang ada juga sisi positifnya. Tapi negatifnya juga banyak. Penutupan pasar ini membuat hilangnya sumber penghasilan beberapa pedagang tentunya. Semoga segera berlalu dan kembali normal.
BalasHapusberharap banget kondisi ini bisa segera membaik dan bisa segera berlalu, pengen jalan jalan lagi, pengen ngpi lagi, pengen normal lagi pokoknya huhuhu
BalasHapusWah ini sebenarnya bisa menjadi salah satu tujuan wisata yang sangat menarik. Tetapi gara-gara corona terpaksa ditutup dulu. Semoga wabah corona segera pergi dan pasar koelon tangsi bisa dibuka kembali. .
BalasHapusKalau masyarakatnya disiplin pasti pandemi bisa cepat berakhir. Sedih memang tidak punya penghasilan. Semoga bisa kembali pulih semuanya.
BalasHapusSalut sama warga Koelon Tangsi. Di saat banyak berita soal orang-orang kumpul-kumpul nggak jelas di gunung, warga Koelon Tangsi disiplin mengupayaan pencegahan penularan corona.
BalasHapusbanyuwangi, salah satu destinasi kota yang ingin aku kunjungi. selain letaknya dekat dengan Bali juga kalau ga salah ada pantai juga yang bagus kalau kata bosku.
BalasHapusAku baru tahu tentang pasar ini menarik banget ya semoga suatu saat bisa kesini dan salut sama warganya yang sadar untuk melakukan pencegahan penyebaran Covid 19 ya
BalasHapusTurut prihatin atas ditutupnya pasar Koelon Tangsi ya Mbak, padahal pasar kuliner yang masih bernuansa tradisional ini dibutuhkan banget baik pagi para pedagangnya maupun para pembeli yg nyari jajanan tradisional
BalasHapusbagus ya konsep pembukaan pasaranya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baru dibuka Februari 2020 ya ternyata, pas masa pandemi belom begitu parah di negara kita. Sayangnya udah tutup lagi ya, tapi bagus sih demi kebaikan bersama, dan nati kalau sudah aman bisa buka lagi ya, good job pemerintahnya niy sigap untuk menyelamatakan masyarakatnya, ga cuman ngejairn uang, kalau udah aman bisanyobain mampir ke sini kalau ke Banyuwangi deh
BalasHapusjik amasarakatnya patuh sih bisa aman ya
BalasHapus