Perubahan iklim tidak hanya berdampak pada manusia, namun juga lingkungan (Pexels/Markus Spiske). |
Bumi kita sedang tidak baik-baik saja. Perubahan iklim yang terjadi sejak beberapa dekade belakangan telah mempengaruhi banyak hal. Tidak hanya berdampak pada manusia, namun juga lingkungan.
Berikut ini lima dampak perubahan iklim dalam keseharian:
1. Meningkatnya suhu
Dikutip dari laman Climate NASA pada hari Jumat (15 April 2022) , suhu permukaan rata-rata meningkat sekitar 2° Fahrenheit (1° Celcius) sejak akhir abad ke-19.
Aktivitas manusia serta meningkatnya emisi karbon dioksida merupakan pemicu terjadinya perubahan tersebut. Dampaknya
penggunaan AC meningkatdan biaya listrik pun kian membengkak.
Bengkaknya tagihan listrik ini sering jadi bahan obrolan kawan-kawan. Di musim kemarau saat cuaca demikian panas, biaya listrik yang dikeluarkan bisa jutaan akibat pemakaian AC yang intens.
Selain pembengkakan biaya, meningkatnya penggunaan listrik di musim kemarau juga berefek pada pemanasan global. Perlu diketahui bahwa pembangkit listrik di Indonesia saat ini masih banyak menggunakan batubara yang mengandung karbon, seperti dikutip dari laman CNBC Jumat, 15 April 2022.
Untuk memenuhi naiknya kebutuhan listrik, tentu akan dikuti oleh peningkatan jumlah batubara. Itu berarti produksi CO2 sebagai penyebab efek rumah kaca juga akan melonjak.
2. Mengancam keamanan pangan
Musim kemarau yang berkepanjangan akibat perubahan iklim menyulitkan petani untuk bercocok tanam. Akibatnya suplai makanan berkurang. Jika hal semacam ini berlanjut bisa menyebabkan bahaya kelaparan.
Jika keamanan pangan terganggu tentunya akan berpengaruh pada kesehatan. Sebab kurangnya asupan makanan menyebabkan turunnya imunitas serta fungi‐fungsi tubuh.
Pada anak-anak, kekurangan makanan tidak hanya menyebabkan kretinisme, tetapi juga menurunnya tingkat kecerdasan.
3. Mengganggu kesehatan
Kelembaban tinggi di musim kemarau yang berkepanjangan adalah kondisi ideal
bagi bakteri, virus, jamur, dan parasit untuk berkembang. Mereka akan tumbuh subur dan mampu bertahan lama. Tak urung makin banyak masyarakat terserang penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme-mikroorganisme tersebut.
Bukan itu saja, kemarau panjang juga menyebabkan kebakaran pada semak dan hutan. Asap yang dihasilkannya tak hanya mencemari udara, namun juga dapat memicu timbulnya penyakit infeksi pernapasan.
Sebaliknya, bahaya banjir mengintai di musim penghujan. Penyebabnya adalah tidak siapnya daratan menampung hujan yang turun terus-menerus. Akibatnya lingkungan pun kotor karena kebanjiran.
Kondisi semacam ini sangat baik bagi perkembangbiakan nyamuk serta serangga penyebar penyakit. Dampaknya penyakit malaria dan demam berdarah dengue (DBD) merajalela.
4. Mempengaruhi kondisi perikanan
Tinggal di Banyuwangi memberikan keuntungan sendiri bagi saya. Dengan garis pantai yang panjang, Banyuwangi menjadi penghasil ikan laut terbesar setelah Bagan Siapiapi, Sumatra Utara. Tak heran jika rakyat Banyuwangi seperti saya bisa dengan mudah menikmati sajian berbahan ikan.
Namun, meningkatnya suhu karena dampak perubahan iklim, akan berpengaruh besar pada kondisi perikanan di Banyuwangi. Terutama perikanan tangkap.
Tidak hanya mempengaruhi plankton sebagai sumber pakan ikan, namun suhu yang tinggi akan membuat ikan migrasi ke perairan yang lebih dalam.
Buntutnya, spesies tangkapan akan berkurang dan berdampak pada kelimpahan distribusi ikan. Situasi ini akan menyebabkan turunnya hasil tangkapan nelayan di Banyuwangi.
Selain itu kenaikan suhu lautan juga berdampak pada pemutihan karang, dikutip dari laman LIPI Jumat, 15 April 2022. Jika kondisi ini dibiarkan, karang akan mati dan mengancam seluruh ekosistem di lautan.
5. Menurunkan kualitas air
Cuaca yang lebih hangat mendorong penguapan air yang lebih besar. Hal ini berdampak pada tingginya curah hujan.
Jika tanah tak mampu menerima limpahan air hujan, maka bisa dipastikan banjir pun terjadi. Efeknya kualitas air menurun karena tercemar bakteri, parasit, dan berbagai kontaminan berbahaya lainnya. Dengan demikian risiko kesehatan mengalami peningkatan.
Enam Langkah Untuk Mengurangi Dampak Perubahan Iklim
Tak dipungkiri perubahan iklim memiliki dampak lebih besar daripada yang kita pikirkan. Diperlukan tindakan nyata demi menanggulanginya dalam skala global.
Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk melawan perubahan iklim?
Berikut ini enam langkah untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang saya lakukan:
1. Hemat energi
Prinsip hemat energi memang sudah diterapkan orang tua sejak saya dan adik-adik masih kecil. "Matikan lampu jika tak perlu" adalah kalimat yang otomatis kami lakukan dalam keseharian.
Selain mematikan lampu, mencabut perangkat yang sudah tidak digunakan serta mengganti bola lampu dengan lampu hemat energi juga kami lakukan untuk menghemat listrik.
2. Mengurangi limbah makanan
Untuk mengurangi limbah makanan ada beberapa hal yang saya lakukan, antara lain:
- Mengambil makanan secukupnya
Sebaiknya jangan mengambil makanan melebihi kemampuan makan, baik di rumah atau di pesta-pesta yang menyajikan suguhan secara prasmanan.
Usahakan jika sudah mengambil dihabiskan, agar makanan tidak terbuang sia-sia di tempat sampah.
- Masak sesuai kebutuhan, jangan berlebih-lebihan agar makanan tidak terbuang sia-sia
- Bila ada lauk atau nasi sisa, olah menjadi masakan yang baru agar tidak mubazir
- Bekukan makanan jika tidak segera digunakan, agar umur makanan lebih panjang
Keempat cara di atas nampaknya sepele, namun bisa membantu meminimalisir sampah makanan yang dalam proses pembusukannya mengeluarkan metana, gas rumah kaca yang dapat mengakibatkan perubahan iklim.
3. Membeli barang seperlunya
Beli barang seperlunya saja agar tidak menumpuk dan menjadi sampah. Jika masih bisa digunakan, tidak perlu membeli lagi.
Contohnya toples wadah kue. Lebih dari sepuluh hari raya Idul Fitri kami tidak membeli yang baru. Cukup menggunakan toples yang ada untuk wadah kue lebaran.
4. Bawa wadah makan dan minum sendiri saat bepergian
Tiga tahun belakangan saya membawa wadah makan dan minum sendiri saat bepergian. Selain lebih hemat, ini juga mencegah kita membeli makanan di luar yang umumnya dikemas menggunakan wadah sekali pakai. Dengan demikian kita bisa membantu mengurangi sampah yang justru memicu perubahan iklim.
Perlu diketahui sampah-sampah yang tidak terkelola dengan baik justru akan berpotensi menjadi sumber gas metana, yang dapat menyebabkan penipisan lapisan ozon pada atmosfer bumi.
Hal ini akan mengakibatkan perubahan iklim dan menimbulkan beragam pengaruh. Mulai dari kenaikan suhu bumi, terganggunya kesehatan, hingga kepunahan berbagai macam spesies.
5. Menggunakan air secara bijak
Dalam hal ini ada beberapa hal yang biasa dilakukan di rumah, yaitu:
- Matikan segera keran air, jika tak terpakai
- Gunakan air sesuai kebutuhan, jangan membiarkan air mengalir terus saat mencuci piring, membasuh tangan, atau saat menyikat gigi
- Menyingkat waktu mandi, karena tindakan kecil ini membantu menghemat penggunaan air
- Siram tanaman dengan air bekas cucian
6. Menanam pohon
Meski tak luas, kami memanfaatkan halaman belakang untuk ditanami belimbing dan jambu air. Sementara halaman samping yang sempit kami manfaatkan untuk menanam bunga dan sayuran seperti bunga kertas, kosmos, kenikir, serta kemangi.
Selain menyejukkan, menanam pohon juga bermanfaat untuk menyerap karbondioksia.Dengan demikian emisi gas rumah kaca dapat berkurang dan berdampak pada turunnya pemanasan global.
Itu tadi enam langkah kecil untuk mengurangi dampak perubahan iklim yang saya lakukan. Teman-teman juga bisa melakukan hal serupa sesuai kemampuan.
Mari kita lakukan berbagai upaya #UntukmuBumiku demi kelangsungan alam juga masa depan anak-anak kita. Jangan berhenti untuk melakukan #TeamUpforImpact, karena dengan bekerja sama usaha kita akan berdampak.
Tak perlu khawatir soal apa yang bisa kita kerjakan. Kita semua dapat berperan dalam upaya melawan perubahan iklim dengan melakukan hal-hal kecil yang dimulai dari rumah masing-masing. Percayalah jika semakin banyak yang melakukan, maka perubahan kecil tersebut akan berdampak besar.
Referensi
1. Climate Change: How Do We Know?
Diakses 15 April 2022 https://climate.nasa.gov/evidence.amp
2. Cantika Adinda Putri. 2021.
90% Konsumsi Energi Masih Dari Batu Bara Cs, Ganggu Transisi. Diakses 15 April 2022 dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20211216123633-4-299766/90-konsumsi-energi-masih-dari-batu-bara-cs-ganggu-transisi/amp
3. Allasay Kitsash, dkk. (2017). Analisis Kerentanan Perikanan Tangkap Akibat Perubahan
Iklim Pada Skala Provinsi. Marine Fisheries ISSN 2087-4235
Vol. 8, 223-233.
Diakses 15 April 2022.
4. LIPI. 2010. Efek Rumah Kaca Merusak Karang. Diakses 15 April 2022 dari http://lipi.go.id/berita/-efek-rumah-kaca-merusak-karang---/3160
Iya kak bener banget bukan cuma manusia juga yang dapat dampak buruknya bahkan lingkungan disekitar kita pun kena dampaknya.. Ditambah cuaca saat ini buruk banget ya😌
BalasHapusMusim kemarau jaman sekarang panasnya terasa kian ngengat.
HapusTerima kasih artikelnya. Banyak orang yang belum sadar bahwa bumi sudah tua, alam sudah rusak. Akibatnya berpengaruh ke iklim .Tidak usah jauh-jauh, cuaca ekstrem akhir-akhir ini siang panas terik malam berubah hujan badai dengan petir yang mengerikan itu juga pertanda alam sudah rusak. Mungkin sulit untuk memulihkannya, tapi tetap ada upaya untuk mencegah dari keadaan yang lebih buruk
BalasHapusMengurangi yang kita bisa, dengan cara sederhana yang bisa kita mulai dari rumah.
HapusBener banget bumi kita sedang tidak baik-baik saja, aku juga berasa sumuk beberapa hari ini. Alhamdulillah beberapa point
BalasHapusuntuk mengurangi dampak perubahan iklim sudah ku lakukan. Yuk kita lestarikan bumi tercinta ini, kalo bukan kita siapa lagi.
Betul Mbak, mengurangi dampak perubahan iklim juga untuk masa depan anak dan cucu kita
HapusBicara tentang perubahan iklim dan dampaknya sangat ngeri ya. Hemat listrik, hemat air, kurangi sampah sampai menanam pohon jika dilakukan bersama pasti dampaknya akan terasa.
BalasHapusApalagi jika kita melakukannya bersama-sama, dampaknya akan terasa.
HapusKampanye lingkungan memang harus dilakukan secara jor-joran dari hulu ke hilir.
BalasHapusYang terkandung bikin miris itu sumbatan komunikasi maupun peraturan yang seolah membuat macet vakuu yang ingin disampaikan ke masyarakat.
Yang penting memang memulai dari diri dan keluarga agar bisa menjadi role model ke masyarakat
Terkadang ada anggapan hal-hal kecil itu tidak akan ada dampaknya. Padahal kalau dilakukan secara terus menerus pastinya akan menjadi pengaruh positif untuk orang sekitar dan tidak menutup kemungkinan semakin banyak orang yang melakukannya.
BalasHapusBetul sangat terasa perubahan iklim ini. Dulu, kalau di Bandung terasa dingin sejuk. Sekarang sudah mulai terasa panas. Dan kewajiban setiap individu untuk melakukan perubahan kecil ini agar bisa menjaga bumi kita
BalasHapusDan lucunya, saat kampanye penggunaan plastik harus dikurangi sudah mulai berdampak positif, tote bag malah dijadikan produk sekali pakai
BalasHapusKalau tidak mulai dari diri kita sendiri dan keluarga terdekat siapa lagii yaa? Mari kita jaga bumi
BalasHapusGa kebayang misal bumi sudah sangat panas ya mbak. Memang hemat energi merupakan salah satu langkah yg harusnya kita lakukan sejak sini
BalasHapus