Sumber: Pexels/Cedric Fauntleroy |
Mudik bagi saya adalah perjalanan jalan kaki 1 menit ke rumah Simbah dari Ibu dan 4 menit naik motor ke rumah Simbah dari Bapak. Sejauh itulah perjalanan mudik saya, karena rumah orang tua ibu dan bapak dekat semua. Mudah ya? Nggak mengeluarkan biaya pula!
Dari segi finansial, posisi saya memang aman. Namun dari sisi mental, lebaran terkadang membawa rasa tidak nyaman. Selaku jomblo senior, tidak jarang saya menerima pertanyaan “Kapan kawin?”. Kalau hanya sampai disitu biasanya saya masih bisa tersenyum ceria. Namun, senyum langsung minggat begitu mendengar kalimat lanjutannya yang menyudutkan seperti “Nunggu apalagi? Keburu karatan”, “Lihat anakku aja udah besar-besar, kamu kapan?”, “Apa sih yang kamu cari? Udahlah yang ada aja!”, hingga “Kamu pilih-pilih sih? Makanya belum kawin juga!”.
Sekali dua kali tak apa, tetapi kalau dalam sehari menerima pertanyaan serupa dari banyak manusia jengah juga. Tak hanya jengah, tapi bikin emosi jiwa! Alhasil lebaran yang harusnya menyenangkan, berubah jadi menjengkelkan.
Namun itu dulu, sekarang sudah lebih santai menghadapi pertanyaan serupa. Kalau ditelaah ada beberapa faktor penyebabnya:
1. Tak ada bahan untuk ngobrol
Ngobrol itu memang butuh ketrampilan tersendiri. Tidak semua bisa menemukan topik obrolan dengan mudah. Akhirnya daripada nggak ada, muncullah pertanyaan basa-basi yang bikin emosi jiwa itu.
2. Menganggapnya sebagai bentuk perhatian
Pikirnya dengan cara itu lawan bicara akan termotivasi mengakhiri masa lajang. Oh, tidak Marimar! Bukannya termotivasi yang ada malah kesal.
3. Caranya eksis
Orang model begini, susah untuk mengerem mulutnya. Ada saja komentarnya. Mungkin kalau tidak berkomentar negatif bibirnya langsung gatal.
4. Menganggapnya sebagai hal biasa
Hal ini terjadi karena di lingkungan tempatnya tinggal, “ngecengin orang” sudah jadi makanan sehari-hari. Tidak aneh jika ia tak merasa bersalah melontarkannya pada orang lain. Percayalah! Kalau kita memprotesnya, yang ada kita yang dianggap lebay.
Lalu bagaimana harusnya menyikapi situasi semacam ini? Jangan khawatir, berikut ini 4 tips kocak mengatasi pertanyaan “Kapan kawin?” saat mudik lebaran:
1. Pura-pura Budi (budeg dikit),
Kalau ada tetangga atau teman yang masuk dalam spesies lambe turah mulai nyinyir karena kamu nggak kawin-kawin, langsung berlagak budi (budeg dikit) saja. Jangan ragu untuk berkata “Apa?”, “Hah?”, atau “Gimana?” padanya.
Kalau perlu bikin dia mengulangi pertanyaan sambil teriak-teriak kencang. Kalau napasnya sudah mulai Senin Kamis langsung tinggal saja!
2. Pasang headset dan putar lagu kesayangan
Sudah hapal kan siapa saja spesies lambe turah yang akan meruntuhkan keriaan Ramadhan? Nah, sebelum ketemu mereka, pasang headset di balik jilbabmu. Biarkan mereka nyinyir melambai soal status jomblomu, sementara kamu bersenang-senang mendengar lagu kesayangan.
3. Gas balik kanan
Setelah salam-salaman, biasanya si lambe turah mulai membuka mulut untuk meributkan kejombloanmu. Langsung gas balik kanan. Tak ada gunanya tinggal hanya untuk mendengar kalimat nyinyir yang bikin dongkol perasaan.
4. Ulti balik
Kalau sampai si nyinyir muncul dan berkata “Lho nggak kawin-kawin juga? Udah 35, ntar keburu lumutan?”, jangan diam. Langsung ulti saja dengan kalimat :
“Kenapa? Mau nyumbang?”
Kalau dia masih ngeyel teruskan dengan:
“Rumahmu masih sama kan? Nanti aku kasih proposalnya ke sana? Kamu bisa pilih nyumbang MUA, dekorasi, makanan, atau tenda.”
Bagaimana? Sudah siap mencoba 4 tips kocak mengatasi pertanyaan “Kapan kawin?” saat mudik lebaran nanti? Semoga berhasil ya …
Komentar
Posting Komentar