Langsung ke konten utama
Sendirian, ia membelah jalanan yang mulai dihujani lampu-lampu gemerlapan. Berpikir dalam diam pada setiap tatapan lurus ke depan.
“ Kota ini telah berubah, jauh lebih bersolek dibanding yang ku ingat,” batinnya sembari menyapu pandang ke arah jajaran pertokoan.
“ Bensin, Pak, sepuluh,” katanya pada petugas pom bensin di depannya.
“ Sepuluh liter?”
“ Ah Si Bapak, glodaag…”
“ Ya, sepuluh liter ya?” goda si petugas pom.
Ia tertawa campur pahit. Lalu bergegas terbang keluar dari pom bensin begitu uang sepuluh ribuan sudah berpindah tangan pada kasir berumur lima puluhan.
“ Pecek lele, Mbak. Satu, dibungkus,” katanya lirih, setengah malas ketika ia sampai di warung Bu Ndiyah
“ Dibungkus?”
Ia mengangguk pelan pada perempuan yang kemudian segera memenuhi pesanannya dengan cekatan. Buru-buru ia melesat setelah uang enam ribuan ia angsurkan pada perempuan manis penjaga warung itu.
“ Mencintai itu tidak egois, Kak. Tidak memaksakan kehendak atau pendapat meski kebenaran-lah yang kau ungkap,” teringat kembali di kepalanya ucapan Sang Ibu ketika ia tengah diamuk badai kemarahan beberapa hari lalu.
“ Mencintai itu ikhlas, Kak. Ikhlas membiarkan orang yang kita sayangi menentukan jalan hidupnya sendiri, mengarungi lautan luas kehidupannya tanpa kita mencampurinya.”
Ia diam saja dalam kemarahan.
“ Kita memang tak bisa menduga apa yang terjadi ketika cinta itu tiba, Kak. Cinta yang indah itu seringkali membuat manusia lupa pada segala-galanya bahkan pada sesuatu yang sebelumnya sangat penting dalam hidupnya. Ikhlaskan saja, Kak, karena kita belum tentu lurus bertindak saat kita sendiri yang mengalaminya,” kata Sang Ibu sembari memeluknya kuat-kuat. Seolah ingin memindahkan kesedihan yang terbuka dimata bulat putrinya.
“ Apakah begini keadaanku ketika aku jatuh cinta, Bu? Gila segila-gilanya meski menyadari kesulitan di depan kita?” tanya hatinya sembari menenangkan hati.
Cinta memang fitrah manusia, kata hati putihnya. Allah bahkan telah berfirman dalam QS. Ali Imran : 14 ;
“ Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik.”
Tapi begitupun cinta, ia bisa membawa petaka ketika salah menempatkannya, sambung hati putihnya kembali. Maka benarlah ketika Jalal Al-Din Rumi, sufi agung itu berkata lewat syairnya bahwa cinta bisa mengubah segala sesuatu secara radikal.
“Karena cinta, yang pahit menjadi manis; karena cinta, biji tembaga menjadi emas
Karena cinta, noda menghilang; karena cinta, rasa pahit menjadi manis,
Karena cinta yang mati dibuat hidup; karena cinta, sang raja menjadi hamba.”
Sunyi meliputi, kejengkelan membludag dan membuat hujan kecil mendadak membadai di kamarnya yang berwarna hijau pucat.
“ Ikhlaslah, Kak. Doakan saja ia, karena cinta juga berarti doa, Kak. Doa yang kau kirimkan ketika kau mengawasinya dari kejauhan sembari berjaga-jaga jika ia membutuhkan bantuan,” ucap ibunya bijak.
Udara malam kian dingin membelai dirinya, meniup jilbabnya hingga berkibar-kibar, merasuki dirinya yang gulana. Jauh dalam hatinya ia berdoa semoga saudara dan sahabat tercintanya bahagia…
Done, June 8th, 2008
picture taken from http://www.firstloveky.us/
Thanks to Jhon Grisham, Suzanne Brockmann, Donna William and another books for accompany me along those blue days.
Thanks to Ibu, for mother and daughter’s conversation a few days ago. Thanks for hugging me, hearing me eventhought I did something terrible…
Dan karena cinta jua, qt seringkali dibuatnya tak berdaya.
BalasHapusbtw, kok linknya belum di ganti yack?
SING SUITTTTTTT...
BalasHapuspin,yo opo kabarmu rek..???
Karena cinta itu ikhlas,
BalasHapusakan terasa getir saat kita menyadari
bahwa cinta itu tidak harus memiliki...
Nice Post, Tetep berjuang yah :)