Seperti biasa alarm tubuh saya berdentang jam 2 malam. Bergegas saya ke belakang, mengambil wudhu lalu pergi ke pesholatan, satu ruang kecil di sebelah ruang teve yang kami gunakan untuk sembahyang. Dari jendela ruang itu saya melihat keluar. Suasana terasa lengang. Tak terdengar apapun kecuali sayup suara orang nderes Al Qur’an dari arah selatan. Entah darimana tepatnya, bisa jadi dari masjid atau suaru dekat situ.
Sedang apa ya orang-orang jam segini? Apa mereka juga gentayangan seperti saya atau justru sedang asyik terlelap di buai mimpi?
Saya berhenti menatap keluar. Saya kenakan mukena lalu sholat isya’ yang tak sempat saya lakukan sebelumnya karena terlampau kelelahan.
Usai itu saya segera ke belakang. Menyeduh teh hangat tanpa gula dan menggodok telur untuk sahur malam ini.
Senyampang menunggu telur matang, saya kembali menghadap komputer yang telah saya nyalakan. Menekuri dunia kata yang akhir-akhir ini jadi kegemaran. Baru setengahnya saya diingatkan tentang telur yang saya masak beberapa menit lalu. Saya bangkit menuju dapur, membuka tutup panci kecil itu dan melihat air mengepul-ngepul. Mana si telur? Kok tidak kelihatan? Saya melongok lebih dalam, oalah itu dia!
Sembari meraih lap saya mengangkat panci. Rasa panas menyengat ibu jari. Oh, sial! Rupanya tangan saya menyentuh telinga panci yang tidak tertutup gulungan lap saya.
Saya meringis dan berhenti sejenak lalu kembali mengangka panci beberapa saat kemudian.Sekarang gantian rawon buatan Bapak yang naik ke atas kompor.
Sejurus kemudian kembali saya menghadap Tuhan lagi untuk sholat sunat dua rakaat. Heheh saya lupa tadi. Usai sholat doa saya singkat. Saya tidak minta banyak. Saya cuma berterima kasih pada Tuhan atas banyak nikmat yang Ia berikan. Memangnya apa sih? Udah jadi orang terkenal ya?
Hahaha, enggak juga. Tapi kesehatan, rizki, dan banyak kebaikan kecil yang sebelumnya saya bilang cuma, yang jarang saya ucapkan terima kasih kecuali jika hal-hal besar mampir pada saya. Misal dapat uang, hadiah, atau apalah yang umum dirayakan orang. Tapi tidak untuk hal-hal itu. Sok banget ya saya. Emang saya siapa?
Anyway thanks ya, Tuhan. Untuk setiap kesempatan dan pembelajaran harian. Terima kasih karena Engkau memberiku kecantikan luar biasa. Biar saja mereka bilang saya biasa saja jika dibandingkan Olla Ramlan atau Luna Maya. Toh ini sudah pas untuk saya (pede abis deh saya!).
Terima kasih karena hal-hal hebat yang terjadi dalam hidup saya. Terima kasih untuk hal-hal kurang mengenakkan (wow dahsyat deh pelajaran di dalamnya!).
Terima kasih karena Engkau saya seperti sekarang. Triiiiiing!
Komentar
Posting Komentar