November datang dengan kelabu di langit kita
Tak apa, sebab dibalik itu ada keberkahan menetesi
tanah-tanah kita
Sekaligus dingin yang menghantar kita bergelung dibalik
selimut tebal
Dan aku sendiri
menemukan kehangatan dibalik pelukmu, setiap waktu
Menatap langit sore itu, keping-keping kejadian berputar
Tentang pertanyaan atau celetuk kecil yang sering kudengar
“Kenapa nggak makan?”
“Mbok kalau bicara
itu yang halus.”
“Sabar sedikit jadi orang.”
“Siapa yang bilang kamu jelek? Ndak kok.”
Dan aku tertawa sendiri mengingatnya.
Kau tahu, hidup takkan sama tanpamu,
Sebab denganmu kulampaui waktu
Dengan tawa, obrolan hangat, debat menyebalkan, saling
memendam kesal serta pelukan
Hidup takkan asyik tanpamu
Sebab denganmu aku belajar sesuatu
Sebelum guru lain datang dan mengajariku
Hidup takkan seru tanpamu
Sebab denganmu aku melaju
Dengan segenap perhatian, kecerewetan, dan cinta tanpa jeda
Sering aku tak sabar menghadapimu
Bahkan untuk hal-hal kecil yang harusnya tak perlu kulakukan
itu
Padahal kau tidak begitu
Seberapa badung, seberapa bengal, seberapa keras kepalanya
aku
Kau selalu disitu, disisiku
Kepadamu, sering kuceritakan hal yang biasanya kusimpan
dalam kotak pikiran
Membacanya dengan tepat bahkan ketika aku diam dan tak
hendak menceritakan
Tapi acap kau pura-pura tak tahu
Dan membiarkan aku mengatasi sendiri kesulitanku
Untuk jadi lebih kuat, untuk jadi lebih hebat
Maafkan aku mematikan impianmu tentang bagaimana harusnya
seorang perempuan
Aku tidak manis dan santun bersikap
Cenderung keras kepala dan seenaknya
Lebih suka bercelana ketimbang bergaun
Seringkali terlampau lugas dan terbuka jika bicara
Kurasa sikap terakhir itu yang bikin kita sering bergesekan
But above all
I wanna say “I LOVE U, BU”
So sorry for everything I do
Komentar
Posting Komentar