Semakin kita mengenal seseorang
Semakin kita mengetahui banyak kesalahan
Sesungguhnya itulah bentuk teguran
Betapa kesempurnaan hanya milik Tuhan
Manusia tak ubahnya seonggok debu di lautan
Semakin dalam kita memasuki hati seseorang
Semakin kita dikenalkan pada sisi-sisi kelam
Sesungguhnya pula itu pelajaran
Betapa manusia itu gudangnya kesalahan
Seorang guru pernah berkata padaku ,”Jangan terlalu jika kau
mencintai sesuatu, begitu pula bila kau membenci sesuatu. Siapa tahu yang kau
cinta itu satu ketika menyakitimu, sebaliknya yang kau benci justru membawa
manfaat bagimu.”
Dan aku belum mampu melakukan itu
Hati manusiaku memiliki kecenderungan “terlalu”
Maka ketika kisah demi kisah dihamparkan padaku
Aku termangu
‘Tak salah apa yang guru itu katakan padaku,” gumamku
Maka aku kembalikan semua kepadamu, Tuhanku
Bukankah setiap lekuk kisahmu itu serangkaian pelajaran?
Agar semakin bijak aku menyikapi kehidupan
Menyadari padaku tersimpul banyak kekurangan
Lalu pantaskah aku menepuk dada dan berkata—padaku tersemat seribu kebaikan?
141212
Kereeen deh ... mudah dimengerti oleh saya yang susah mengerti puisi ...
BalasHapusHeheheh, Bundanya Fiqthiya, saya malah bingung itu jenisnya apaan. Puisi apa curhatan ya?
BalasHapusSalam kenal nggih
hmm, pengingat diriku jg :')
BalasHapus