Sudah lama tidak bertemu, apa yang
terjadi padamu?
Mengapa aku melihat banyak goresan
pahit diseluruhmu? Mengapa mendung kelam menghuni kepalamu? Kemana perginya
mata bintangmu? Yang berkilauan setiap kali kau ceritakan kemana kau hendak
berpetualang. Kau sudah letih dan kuyu. Seolah beban hidup itu telah menghabiskan
energimu
Kurasa aku telah kehilangan dirimu.
Semangatmu telah padam dan kau goyah diatas kakimu. Katakan padaku, apa terjadi
padamu?
Baiklah, baiklah…jika kau enggan
bercerita. Kurasa kita duduk-duduk saja. Mari bicara tentang kisah lampau kita.
Tentangmu, bocah kecil badung yang menyebalkanku. Kau dulu sering berbuat jahat
padaku. Melempariku dengan batu. Mendorong-dorong tubuh kurusku. Membiarkan
anjingmu menggigitku. Heuuuh, kalau ingat aku ingin menjitakmu!
Meski begitu aku yang kau datangi
dalam galaumu. Kau akan duduk duduk dibatu. Tidak berkata apa-apa selain
membisu. Kau suruh aku menerka dan membacamu. Ah, mana kutahu? Aku bukan dukun
atau cenayang tahu? Mampu menerjemahkan tiap isi kepalamu.
Tetapi begitulah persahabatan kita
dimulai. Kubiarkan kau duduk disebelahku tiap datang susah dan sedihmu.
Mendesah berat sementara aku menaungimu. Hanya kepadaku kau percayakan
rahasiamu. Sebaliknya, kau jadi begitu menjagaku. Kau akan sangat galak jika
ada orang berani mengusikku
Hanya waktu kemudian memisahkan kau
dan aku. Saat usiamu beranjak remaja, aku bukan lagi teman yang asyik bagimu.
Kau lebih sering pergi dengan kawan-kawanmu, merambah malam dengan tawa dan
keonaran.
Aku bukan lagi sahabat dalam susah
dan sedihmu. Berganti dengan buai daun surga dan air api memabukkan.
Kau semakin jauh berlalu.
Berpetualang kesana-kemari dan melupakan aku. Tak kau dengar lagi panggilanku.
Atau keberatanku atas aksi merusak dirimu.
Bertahun-tahun setelahnya aku
hilang kabarmu. Sampai kau tiba dan menemuiku dalam diam.
Kawan, apa kau benar-benar pulang
sekarang? Ke tempat dimana kau selau diterima dengan tangan lebar? Rumah dimana
bundamu menunggu dengan doa dan kesabaran? Kau tahu, kawan, sejauh mana kau
terbang rumah selalu menjadi tempat yang menyenangkan.
Sungguh, aku senang kau datang,
Pejalan Jauh. Melebihi senangnya hati karena kau tak pernah melupakan aku,
sahabatmu, sebatang pohon di belakang rumahmu.
Pic taken from www.gettyimages.com
good story,...
BalasHapusmbak,mau dong diajarin nulis sma mbak..
klo bsa ,mbak koment donk tulisan aku