Siang yang mendung, ketika mendadak Yusi
menyapa. Dia salah satu teman gokil saya di dunia maya selain Vita Sophia.
Bersama mereka kami kerap mengacaukan topik serius di grup kepenulisan rahasia
(ahahaha berasa ikut komunitas ninja aja ya) yang kami ikuti dengan komen asal
dan kadang OOT. Sebenarnya saya yang suka melakukannya, sementara Yusi dan PitShop
boleh dibilang masih dalam taraf rata-rata normal saja. Pembicaraan berlangsung
biasa pada mulanya, hanya tanya kerjaan saja. Tapi kemudian mengalir kepada
pria idaman beberapa saat kemudian.
Saya terkakak-kakak mendengar dia cerita
tentang pria yang menyukainya. Saya membayangkan betapa seru ceritanya, lengkap
dengan kalimat dan mimik gokil andai itu sebuah manga (komik Jepang). Hmm,
ya...digandrungi pria? Ada dua kemungkinan yang terjadi pada kita, bangga atau
justru bikin ilfil dan empet dibuatnya. Jadi Yusi mengalami yang mana? Yang
ke...ups! Sorry saya mengunci mulut untuk tidak menjawabnya.
Tetapi dari semua ceritanya dari jam sebelas
hingga menjelang istirahat siang itu, ada satu hal yang saya pikirkan. Apaan
tuh? Pernyataannya bahwa dia suka family man.
Family Man?
Apa sih yang dimaksud dengan Family Man?
Menurut sebuah situs (http://www.artikata.com) family man berarti
“A man whose family is of major importance in his life”. Atau bahasa
Indonesianya pria yang mengutamakan keluarganya. Dalam pemahaman saya, family
man adalah pria yang mencintai keluarganya. Ia menyadari bahwa sebagai pemimpin keluarga tugasnya tidak
hanya mencari uang dan menyerahkan urusan pengasuhan anak dan hal-hal lain
kepada istrinya, namun turut terlibat aktif di dalamnya. Ia juga seorang yang
hangat dan punya waktu untuk keluarga.
Terus darimana coba kita tahu cowok di depan
kita adalah family man? Gampang aja. Cek apakah dia senang berkumpul dengan
keluarga, bagaimana interaksi dengan anak-anak. Bisa juga dilihat seberapa
sering dia beraktivitas diluar yang berkaitan dengan hobinya. Jika lebih banyak
waktu dihabiskan untuk hobi dan kongkow bareng teman-temannya, jelas dia bukan
jenis family man.
Adakah pria semacam itu di dunia? Tentu saja
ada, tetapi berapa jumlah tepatnya saya belum pernah mengadakan investigasi
atau mengadakan sensus untuk mencari tahunya *deeuh sok banget aye ya? Hahahahaha.
Ngomongin family man secara otomatis mengingatkan
obrolan saya dengan Dee, sahabat saya. Satu hari kami membicarakan seorang
pria. Diantara percakapan kami yang
penuh tawa kami mengakui bahwa pria keren dengan bau tubuh wangi dan otak
cerdas itu menarik hati. Apalagi didukung dengan pekerjaan baik pula. Owh,
siapa yang tidak suka?
Tetapi ketika beranjak ke tahap berikutnya,
saat kami berbicara tentang pria yang asyik untuk jadi pendamping hidup kami
kelak ternyata pria semacam itu tersingkir dari daftar kami berdua. Family man
lebih kami sukai ketimbang pria keren yang kami sebut tadi. Apa gunanya pria
keren kalo nggak perhatian sama keluarga?
Saya sering mendengar dari teman betapa
mengesalkannya punya suami keren tapi lebih asyik diluaran ketimbang dengan ia
dan anak-anaknya. Asyik melakukan hobinya, pergi sendiri sepanjang akhir pekan
dengan kawan-kawan se-gengnya. Lupa di rumah ada orang-orang yang butuh
perhatiannya. Bila di rumah tak pernah terlibat dengan urusan apapun. Semua
istrinya. Bahkan melihat anak pipis pun ia memanggil istrinya. Uwaaah, tidaaak!
Pertimbangan semacam itu juga yang bikin kami
melet-melet saat membicarakan seorang pria. Dia tergolong cerdas dan asyik
diajak bicara apa saja. Dari mulai hal sepele sampai hal yang populer pun dia
bisa mengikutinya. Wah boleh juga ya?
Tetapi jempol kami turun begitu melihat caranya berinteraksi dengan orang
tuanya.
Buseeet,
Man! kayak or`ng yang saling asing saja. Bicara hanya seperlunya, tidak
lebih dan tidak kurang. Tanpa embel-embel apapun juga. Duoooh, ampun dije! Kalau
sama orang tuanya begini, bagaimana dengan mertua, anak, dan istrinya nanti.
Masa dikacangin sih?
Aih, kagak jadi milih dia jadi misua *lha
emang dia milih kita? Wahahahahahaha.
Ah, ya...finally, saya berkesimpulan :
Menyenangkan benar kalo punya gandengan keren.
Bagus banget buat ditayangkan, ditenteng saat kondangang, dipamerin ke tiap
orang. Namun untuk menjadi suami, family man lebih dicari!
Itu nurut saya sih. Kalo kamu gimana?
utk berkeluarga kyknya family man aja tp yg keren.. hehe..
BalasHapushahaha, mbak myra setuju juga. Wakaka. Thank you ya
BalasHapusluv family man....:) *salam kenal mbak Afin..senang bisa ketemu blog ini*
BalasHapus