Kau mengira seluruh hidupmu selalu
secerah langit pagi ini. Selalu bahagia, takkan ada aral melintang. Tuhan Maha
Baik, Tuhan Maha Baik...Begitu kau selalu berkata.
Tapi dunia serasa runtuh ketika
persoalan datang padamu. Kau harus meniti titian setipis itu untuk sampai ke
seberang. Tak ada pilihan bagimu—terus maju atau kau
lantak ditempat. Kau pilih yang pertama. Tetapi ada yang tak tetap di hatimu.
Kau meragukan “Tuhan Maha Baik”-mu. Bisa ditebak apa yang terjadi kemudian. Kau
melangkah tanpa kepercayaan, tak kau serahkan nasib pada Tuhan. Kau hilang
keseimbangan. Kau jatuh dan duniamu gelap seketika.
And You’re drowning when the light is off!
Kau menggelepar dalam gelap,
seperti ikan tercerabut dari kolam. Pikirmu kau akan mati sejurus kemudian.
Ternyata tidak juga. Seseorang memberi cahaya. Teramat terang hingga kau
mengira itulah surga.
Kau berpesta pora sampai kemudian
cahaya itu meredup dan meninggalkanmu dalam gelap seperti sebelumnya. Kau
tergugu lantas menangis dan bertanya ,”Mengapa Tuhan meninggalkanku?”
Yang terjadi sesungguhnya tidak
begitu. Kaulah yang meninggalkannya sejak kau lupa berterima kasih waktu kau
masih jaya. Kaulah yang meninggalkannya ketika meniti titian tanpa kepercayaan.
Kaulah yang meninggalkannya ketika memilih sumber cahaya selain Dia.
Lalu tangismu mereda. Kau tahu
kau takkan beranjak jika tak berusaha. Kembali kau meraba dalam gelap
mencari-cari cahaya. Kau tertawa tatkala menemukan sumber cahaya kedua kalinya.
Kali inipun kau tak bertanya darimanakah asalnya. Yang kau tahu kau harus
meraihnya.
Sejurus lamanya kau merasa
bahagia. Hingga cahaya inipun meredup seperti cahaya sebelumnya. Kau kembali
meraba-raba dalam gulita. Mencari-cari dalam kemarahan sebuah cahaya. Hingga
seseorang menepuk dan mengingatkan bahwa selama ini kau telah menunduk pada
dzat yang fana. Sumber cahaya tak nyata.
“Kesana, kesana!” Ia berkata.
“Pergilah kesana!”
Atau dimana saja, tempat kau bisa
bersimpuh pada Empunya Semesta—Ya Rahman Ya Rahim.
ini perenungan di pagi hari ^^...good photography mbk,suka yg nomor 2..simple ^^
BalasHapusWalah dibilang good photography, malu rek. Tapi makasih nggih
Hapusbeberapa hari ini aku ngerasa disentil karena berharap sama manusia, setelah nyadar kalo Allah yang bukain jalan, baru jalan kebuka lebar T.T
BalasHapuswaduh ini tulisan aku banget la, ngingetin diri sendiri ceritanya
Hapusitu foto apa sih yang kembang api itu? emang kembang api ya?
BalasHapusiya mbak Ade itu kembang api
Hapusitu foto apa sih yang kembang api itu? emang kembang api ya?
BalasHapusSubhanallah, keren sekali pun.
BalasHapusRenunganmu inilah yang disebut dengan Dzikir yang mengantarkan kepadaNya.
Alladziina yadzkurullaha qiyaaman wa quudan..
Yang berdzikir kepada Allah dalam keadan berdiri dan terbaring. Keren sekali,.. pelajar berharga. Intinya, pertama carilah cahaya Allah yang merupakan cahaya sesungguhnya, permasalahan harus dicurhatkan kepada Allah. Dunia adalah penipu, perlu keseimbangan menjalni kehihidup yang tak tenang ini.
Subhanallah, mari budayakan silaturrahim antara blogger. www.makruf.com
hehe
makasih mas Agha, belum sekeren itu
BalasHapushanya ngingetin diri sendiri ini ceritanya
kata-katanyakeren mbak. menyentuh ;D
BalasHapusterima kasih Mbak Haura
Hapuskalau melihat langit takajub begitu kecilnya kita sebagai umat Allah ya
BalasHapusiya mbak Lidya, tapi setelah selesai melihat kita...saya ding sering lupa kalau kita ini nggak ada apa-apanya
Hapus