Saya memang tidak punya banyak harta, tapi saya
bersyukur kadang-kadang bisa berbagi
rezeki saya yang tak seberapa. Tapi justru itu, kerap sedekah itu bikin malu saya.
SEKRESEK KRUPUK SINGKONG
Saya datang dengan amplop
yang isinya tak seberapa. Beli beras dua kilo aja nggak bisa. Tapi sambutannya
luar biasa. Saya disilakan duduk, dijamu dengan teh dan krupuk singkong yang ia
punya. Saya tak tega memakannya, bukan karena jijik atau apa tapi karena
keberadaan si krupuk di toples itu yang bikin saya garuk kepala. Bagaimana
tidak? Dalam toples plastik besar itu si krupuk hanya ada di dasar. Terpaksa
untuk menghormati empunya rumah, saya ambil satu. Setelah itu saya habiskan
minum dan pamit pulang. Tujuannya biar saya nggak disuruh makan kerupuk yang
tinggil seuprit itu. Saya nggak enak hati memikirkan kalau si krupuk sebenarnya
lauk mereka makan.
Begitu saya pamitan, si
ibu mencegah saya dan menyuruh putrinya untuk mencari kresek. Katanya buat
wadah krupuk itu dan diberikan pada saya. Saya menolaknya, tapi melihat si ibu kekeuh, terpaksa saya terima.
Dalam perjalanan pulang
saya jadi kepikiran ,”Rasanya saya malah ngerepotin
orang.”
DOA SEORANG NENEK
Hari itu saya datang ke
rumah seorang nenek. Saya tak tahu berapa tepatnya usia nenek itu, mungkin
delapan puluh atau lebih. Tapi yang jelas ia sebatang kara di rumah gedheg-nya.
Ia tak punya anak dan suaminya telah berpulang beberapa tahun silam.
Selesai mengucap salam,
saya segera mengulurkan amplop kecil yang isinya juga duit kecil. Rasa terima
kasih ia ucapkan. Dilamuri doa-doa yang bikin saya nyengir-nyengir dalam
perjalanan pulang. Apa pasal? Doanya bagus banget—supaya saya sehat, sejahtera,
diberkahi Allah senantiasa dan sebagainya.
Justru itu saya jadi
mikir ,”Apa pantas saya menerimanya? Uang dalam amplop itu pun tak lebih dari
harga empat buah mie instan. Tapi justru doa seindah itu yang ia lantunkan
sebagai kembalian.”
MIE DAN NASI GORENG DARI
TEMAN
Hidup kawan saya memang
berat. Ia menjadi tulang punggung keluarganya dengan menjadi penjual makanan
keliling. Biasanya ia beroperasi di SD atau TK dekat rumahnya. Hasilnya tak
seberapa, paling hanya dua puluh ribu sehari. Hari itu saya bertemunya di
jalan. Setelah ngobrol ini-itu, saya selipkan amplop kecil yang isinya bernilai
kecil juga. Saya tersenyum ketika dia mengucapkan terima kasih. Tepat saat saya
menstarter motor, tiba-tiba dia menyorongkan mie dan nasi goreng jualannya.
“Buatmu,” katanya.
Tentu saja saya
menolaknya. Sebungkus atau dua bungkus dagangannya itu berharga. Rasanya lebih
baik kalau dijual saja, ketimbang diberikan saya. Tapi dia memaksa, ia kukuh
memberikan mie dan nasgor itu untuk saya. Saya jadi trenyuh waktu
memakannya. Itu mie dan nasgor paling mahal, karena diberikan orang sesungguhnya
jauh lebih susah dari saya.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapuskalo didoakan balik itu bikin speechless ya, mba. pernah ngrasain gt jg :')
BalasHapusbener la, merasa gimana gitu. Merasa nggak pantas aja
Hapus:) *yayaya mbak , kadang pernah mengalami juga*
BalasHapusha itu, kadang kita jadi nyengir sendiri. Dan mikir mosok pantes segitunya dikasih terima kasih ya?
Hapuspernah ngalamin juga, memberi tp ternyata yg diberi 'ngasih kembalian' yg rasanya berlebih :) terus semangt dlm bersedekah mak.. :)
BalasHapusMakasih mbak Rita, itu kadang yang bikin saya ngerasa, duh ya ampuun apa yang saya beri itu dikit banget
Hapuskeajaiban berbagi Mak :)
BalasHapusbener banget mbak wening, bener banget
HapusYa Allah mbak.. iya bener... padahal kadang-kadang nilai yang kita berikan itu gak seberapa yak. tapi didoakan itu oleh orang lain rasanya luar biasa...
BalasHapus>.<
iyap, bener banget. sampai pengen nangis rasanya
Hapuskecil menurut kita tapi menurut orang lain besar sekali ya sampai di doakan macam2
BalasHapusyaitu mbak Lidya, kadang saya sampai nggak enak sendiri. Seneng tapi kok rasanya gimana gitu
HapusSemoga bisa lebih sering bersedekah :D
BalasHapusterima kasih doanya mbak Melodia, sama-sama. Supaya banyak orang kecipratan rizki yang dilewatkan Allah pada kita
Hapusgw pernah dengar kisah tukang becak yang tidak mau dibayar setiap hari jumat, dengan alasan dia mau bersedekah, tapi tidak berupa uang melainkan sedekah tenaganya
BalasHapussubhanallah, keren banget. Tukang becak aja bersedekah. Aduh kemana aja kita, saya ding
Hapus