Saya tidak bilang hidup saya selalu senang. Kalau saya mau saya bisa
menulis berlembar-lembar kesusahan. Tapi menulis hal demikian tak kan mengubah
keadaan. Ibu selalu bilang ,”Simpan kesedihan untukmu sendiri. Jangan libatkan
orang lain disitu. Jangan susahkan mereka dengan kesedihanmu, mereka sudah
cukup punya masalah. Mengapa harus kau tambahi lagi dengan masalahmu? Tapi jika
itu soal kebaikan, tak apa kau sampaikan.”
Saya setuju dengan apa kata Ibu saya. Mengapa harus menyusahkan orang lain
dengan masalah saya? Semua orang mengalami masalah dalam hidupnya. Tak ingin
ada masalah, berarti sama dengan tidak menginginkan kehidupan.
Wah!
Hidup kita boleh susah, hidup kita boleh getir...Oh, tidak! Jangan bilang hidup itu susah atau getir, lebih
baik katakan saja hidup itu banyak
tantangan. Tetapi kita tak boleh lupa didalamnya banyak hal menyenangkan.
Ya, ya...dalam kesempitan selalu ada hal
menakjubkan.
KANTOR SAYA BEGITU LUAS
Mau jadi penulis tapi nggak gableg internet? Itu menyedihkan. Padahal
internet adalah sahabat karib penulis masa kini. Dengan internet kita dapat
berselancar mencari informasi yang kita perlukan, mengirim email ke majalah dan
koran, mengirim naskah novel, dan sebagainya.
Bisa saja saya memaksa orang tua saya untuk memasang wifi di rumah. Entah
bagaimana caranya, saya memanfaatkan kasih sayang mereka untuk menuruti
keinginan saya. Tapi saya teringat ketika saya terjun bebas ke dalam bidang
ini, sayalah yang memutuskan. Bukan orang lain, jadi kenapa saya harus
merepotkan? Jadi yang bisa saya lakukan adalah menggunakan sumber daya yang
ada. Wifi gratisan di taman, kawan!
Daripada mengatakan tak punya kantor, saya selalu mengatakan pada diri saya
betapa luas kantor saya. Di kantor itu saya bebas merdeka menghirup udara
bebas, melihat matahari, pohon, dan langit biru. Bertemu orang-orang dan banyak
lagi kejadian tak terduga. Saya bisa duduk di mana saja, tak terkungkung ruang
kubikel kecil seperti pekerja kantoran pada umumnya. Terpikir oleh saya,
bagaimana kelak jika saya mempunya kantor dengan desain semacam ini? Begitu
dekat dengan alam, seolah anda sedang berada di dalamnya meski sesungguhnya
berada di saatu ruang? Aih, mengesankan.
Jadi kenapa saya harus sengsara? Ini adalah anugerah yang pantas dikatakan
sambil tersenyum lebar, kawan.
MENYERAP BANYAK PELAJARAN
Siapa bilang dalam kesempitan anda tak bisa kuliah S2? Anda bisa. Secara gratisan!
Tuhan memberi materinya lewat alam sekitar. Tinggal unduh dan ambil saja jika
mau. Mungkin tak ada gelar untuk hal-hal semacam itu. Tapi percayalah, kau bisa
belajar banyak kebijakan dengan caramu.
a.
Setiap langkah
Awal Memang Penuh Tantangan
Saya sedang capek dengan kegagalan waktu melihat seorang ibu berjalan
tertatih dengan tangan dan kaki yang kaku di suatu siang. Tak tahu kenapa, tapi
saya menduga itu akibat stroke. Jalannya
pelan, menyusuri jalur untuk jalan yang tersedia di taman. Kentara sekali ia
berusaha.
Saya menolehi diri saya. Sering saya ingin menyerah dan berhenti berjuang.
Tapi wanita itu mengajari saya untuk berusaha. Mungkin penuh tantangan pada
awalnya. Namun jika kau tak mencoba, kau
takkan tahu langkahmu sampai sejauh apa.
b.
Jangan
menyalahkan keadaan
Saya melihat bocah kecil berjalan tertatih-tatih diikuti ibunya. Beberapa
kali jatuh, ia bangkit kembali. Hebat sekali. Ia seperti tidak takut jika nanti
jatuh lagi. Ia benar-benar pejuang!
Saya? Jika saya jatuh, apa yang saya lakukan selama ini? Saya tidak
menyukainya. Saya akan mengatakan andai saja keadaan begini, begitu, anu...Jika
saya diibaratkan seorang manajer perusahaan, saya adalah manajer yang kurang baik. Ketika prestasi
divisi saya turun atau bahkan gagal, saya cenderung menyalahkan keadaan. Bukannya
mempertanggungjawabkannya dan mencari cara untuk bertahan. Padahal kualitas
terpenting untuk mencapai sukses justru datang dari rasa tanggung jawab. Sebab rasa tanggung jawab akan memacu seseorang
berprestasi tanpa menghiraukan tekanan dari luar.
c.
Meningkatkan kemampuan secara otodidak
Ini sebuah cerita konyol bagaimana saya belajar menulis artikel kesehatan.
Saya belum pernah menulis artikel apapun ketika seorang teman bilang bahwa
situs online anu membutuhkan artikel kesehatan. Karena saya butuh uang kenapa
tidak saya lakukan? Saya tulis artikel tentang
manfaat buah sirsak. Setelah saya kirimkan tak ada balasan. Saya kecewa,
padahal saya menulisnya susah payah. Saya membaca banyak artikel dan jurnal
berbahasa Inggris yang saya unduh dari berbagai web untuk referensinya. Sampai
rasanya kepala mau pecah.
setelah translate dari bahasa indonesia, translate lagi ke bahasa jawa. Wahahaha |
Lama saya diamkan, kemudian terpikir oleh saya mengirim ke majalah Jaya
Baya. Majalah itu berbahasa Jawa. Tantangannya adalah translate artikel berbahasa
Indonesia itu menjadi bahasa Jawa. Tentu saja saya menemui banyak kendala.
Begitu banyak kata yang tidak pas, kata yang sulit dicari padan katanya di
dalam bahasa Jawa. Tapi dengan segala penyesuaian akhirnya artikel itu selesai
juga. Dan saya gembira ketika dimuat.
Saya ketagihan menulis artikel berikutnya. Tentu dengan segala
tantangannya. Membaca artikel dan jurnal berbahasa Inggris, translate ke bahasa
Indonesia, lalu mengolahnya menjadi artikel berbahasa Jawa pula. Sungguh proses yang panjang. Dan tak selalu dimuat juga. Tapi belakangan
saya sadar, dipaksa melampaui hal-hal
itu telah meningkatkan kemampuan saya berbahasa.
d.
Tak sedia payung sebelum hujan
Kerap saat saya
wifi-an di taman, hujan mendadak datang. Saya harus mencari tempat berteduh
jika tak ingin kehujanan. Saya berpikir andai saya menyimpan payung, pasti
tidak kerepotan. Ah, tapi percuma juga beranda-andai. Saya tidak bawa. Jadi
saya nikmati saja hujan turun beserta hawa dinginnya.
Saya jadi
berpikir sembari menatap hujan, dalam hari-hari
kita tak selamanya matahari bersinar terang. Ada saat mendung mengawang
atau malah hujan saban hari. Itu adalah siklus wajar. Tanpa mendung, mana
mungkin ada hujan. Hujan kelak akan turun, mengaliri bumi. Disaat itu
tunas-tunas baru akan tumbuh, merebak, dan kelak akan menjadi tumbuhan yang
memberi manfaat.
Saya menilik
hidup saya. Saya mengalami hari-hari mendung sekaligus hujan deras yang
menyebalkan. Atau bahasa mudahnya kesulitan kesulitan, K-E-S-U-L-I-T-A-N.
Tapi jika
kesulitan tidak ada, apakah saya tahu rasanya berjuang? Apakah saya tahu
rasanya menggapai ratusan anak tangga menuju impian? Kesulitan...eh tantangan,
adalah cara Tuhan mendidik seseorang untuk bersiap di masa depan.
Jadi hari itu,
ketiadaan payung justtru memberi keberkahan. Sebab saya bisa memandanginya
seraya berpikir hal-hal semacam itu. Hihi...
e.
Prestasi muncul karena proses
Kadang iri merasuki hati saya melihat orang-orang lain memamerkan
prestasinya di sosial media tatkala sedang wifi-an. Terutama di bidang nulis
Saya apa? Saya pun mulai mengecilkan diri saya. Saya inilah, itulah, saya tidak
berbakatlah...Karena itu saya nggak beranjak kemana-mana.
Saya terus memikirkannya sambil menggambar dengan software Coreldraw. Dulu
saya tidak tahu menahu soal Coreldraw. Butuh
6-7 tahun bagi saya untuk mempelajarinya sendiri. Sampai bisa menggambar
seperti di bawah ini.
butuh 6-7 tahun agar saya bisa menggambar seperti ini |
Anggaplah saya berbakat, tetapi jika saya enggan belajar apakah kemampuan
saya meningkat? Tidak. Bakat tanpa didukung usaha keras dan terus menerus
takkan memberikan hasil apapun. Menulis juga sama. Mereka, penulis yang sudah
sukses hari ini, pernah berada dalam posisi saya.
Jadi kenapa saya tidak berpikir “saya bersyukur berada di titik yang sama
dengan mereka dulu”. Jika saya mampu bertahan dan menjawab semua tantangan
bukan tidak mungkin kesuksesan menghampiri saya kan? Cheers!
f.
Belajar menepis iri dengan share karya orang lain
Apakah ini kedengaran konyol? Buat apa saya share novel milik penulis lain?
Belum tentu mereka melakukannya saat karya saya terbit? Kenapa tidak? Saya
justru melakukannya.
Apakah saya tidak iri?
Saya memang iri,
tapi saya ingin iri saya bernilai positif. Terutama agar diri saya
tertantang untuk lebih rajin menulis lagi. Tidak perlu mengatakan hal-hal buruk
seperti pasti bukunya bisa terbit karena kenal editor anu, CEO penerbit anu,
punya koneksi dengan orang dalam...tidak perlu. Hal-hal semacam itu akan
memperburuk hati kita.
pikiran positif seperti bibit bunga, bagaimana kau memeliharanya begitulah hasilnya |
Tak hanya itu, setiap kali share karya orang lain siapapun mereka, saya
membayangkan sedang share karya tulis saya. Jika karya yang saya share
kebetulan sudah dicetak ulang, saya berdoa semoga suatu hari kelak begitu juga
karya saya.
Apakah susah melakukannya? Aih, bukan susah. Hanya penuh tantangan. Saya
ini masih manusia, biasa. Nggak terbuat dari baja. Jadi kalau saya merasa hati
saya sedikit ngilu lihat keberhasilan orang itu biasa. Tapi saya perlu membiasakannya.
Sebab dengan begini saya belajar menekan
rasa iri dan mengubahnya jadi motivasi.
Nah begitulah mengapa kali ini saya bilang kesempitan justru memberikan keuntungan. Begitu banyak hal-hal mengesankan
yang kita dapatkan dari kesempitan. Jika ada yang bilang kesempitan akan
membuat kita megap-megap. Itu benar. Di saat seperti ini sulit menarik kebaikan
darinya. Tetapi saat kita mulai terbiasa, akan terlihat banyaknya hal bagus
yang berseliweran.
Salam.
Suka sekali dengan yang ini : saya bisa menulis berlembar lembar kesedihan. Tapi menulis hal demikian tidak akan mengubah keadaan.
BalasHapusSetuju mbak. Salam kenal :-)
salam kenal mbak lia nurmalasari,
Hapuswah seneng karena sampeyan mampir kemari
yesss.... mari jadikan iri spt yg positif,..jd motivasi bg diri kita tuk lbh baik dan bisa sama dgn org yg pernah kira irikan..
BalasHapusTFS mak :)
Sama-sama Mbak Anak. Saya juga terima kasih udah mampir kemari
Hapussemangat...itu buat pemicu kita *toss kantor kita sama2 luas ^^
BalasHapushai mbak riza, wahahaha...harus ada asosiasinya niih
HapusKeren, Mak, bisa telaten belajar corel draw sendiri sampai 7 tahun! Keren! Kalo saya mungkin sudah patah semangat, dan nggak sanggup kala harus lama begitu belajarnya, hehehe...
BalasHapusWah, halo Mbak Isnuaansa. Temgan blogger lama ini.
HapusWaduh makasih dibilangin telaten, aslinya mah kurang kerjaan ahahaha
jleb banget... keren!
BalasHapusmakasih udah berbagi :D
hwa apanya itu yang jleb, panah ya?
HapusMakasih mbak nathalia, saya juga makasih udah mau mapir kemari
wihhhh kantornya boleh juga XD
BalasHapusyang penting ada koneksi internetnya deh XD
xixixi, mbak Sari pasti kepengen ya?
Hapusiya yang penting emang ada internetnya
Menggugah semangat. Iri positif membuat kita mau berusaha menggali jati diri. Terima kasih ya.
BalasHapushttp://elly-hasilmasakanku.blogspot.com
iya mbak Elly, iri positif membuat kita pengen mengikuti yang baik-baik. hatur nuhun udah mampir kemari
HapusWoooow motivasi yang luar biasa, komplit dan bikin meleleh dan bikin semangat hidupku bangkit lagi setelah baru aja down karena sesuatu. Makasih ya Mak.
BalasHapusAih, meleleh...jadi gimana gitu bacanya.
HapusMakasih Mbak Virgorini, saya senang mbak udah mampir kemari
prestasi muncul karena proses karena gak ada yg instan di dunia ini ya mba.. dan jgn pernah mengeluh dengan keadaan karena saat itu pula kita menyerah..inspiring banget mba tulisannya :)
BalasHapussetuju mbak winda, dngan mengeluh sebenarnya masalah jadi nambah. hihi. TErima kasih telah datang dan membaca kemari
Hapussembunyikan kesedihan ya
BalasHapusah iya mbak Lidya. Tepatnya tidak mengasihani diri sendiri dengan membiarkan diri kita terlampau bersedih
Hapussaya juga tidak suka memamerkan kesedihan, walaupun sesekali rasanya sakit tapi dituangkan ke coretan kemudian... dibakar...
BalasHapussemangat!
sedih sebenarnya wajah ya mbak tanti, tetapi bila terlampau lama dibiarkan merajalela wah kitanya nggak move on jadinya
Hapusiri yang positif biasanya jadi bahan bakarku untuk lebih semangat mak :)
BalasHapusIya mbak, iri positif bikin kita bergerak mencari tahu gimana caranya bisa kayak mereka
HapusRuang kraetivitas itu ngga ada batasnya, yang ada batasnya adalah kita
BalasHapusBener banget mas Faris, apa kabar hari ini
Hapus