Saya terdiam membaca tulisan seorang teman blogger, Mbak Esti, yang berjudul Pentingnya Sugesti Diri. Dalam artikel singkat itu Mbak Esti
mengungkapkan perjuangannya sebelum akhirnya hamil dan memiliki anak. Empat setengah
tahun bukan waktu yang singkat untuk terus bersabar dalam penantian. Aduh, saya
nggak bisa bayangkan kalau itu saya. Lha wong dicoba nggak punya duit saja saya
sudah merana, seolah matahari tak bersinar lagi, apalagi begitu rupa. Entah apa
yang akan saya katakan pada Tuhan. Bisa jadi saya akan menggerutui apa yang ia
gariskan. Tidak mau peduli bahwa Tuhan sudah memberi banyak pada saya, berupa kesehatan, udara gratisan,
pikiran yang jernih, dan keluarga serta teman yang menyenangkan.
Seperti yang dikatakan Mbak Esti
“...kami memang harus berusaha sekuat tenaga, akan tetapi hasil akhir adalah
hak sepenuhnya Allah Swt” itu ada benarnya. Seperti apapun manusia berusaha hak
prerogatif memang ada pada Tuhan. Jika memang cobaan yang dihadirkan lebih dulu
sebelum akhirnya doa kita dikabulkan, tujuannya bukan untuk melemahkan. Tetapi,
menguatkan dan membuat manusia lebih dekat pada-Nya. Sekaligus belajar sabar di
saat yang sama.
Eh, masa?
Lho iya, beneran ini. Coba
ingat-ingat, kalau kita sedang ditengah kesulitan bukankah kita jadi sering
“ngapelin Tuhan”? Duduk di dalam kesunyian, memohon dengan sungguh-sungguh agar
kita kuat menghadapi kesulitan sekaligus ditunjukkan jalan keluar.
Terus, bagaimana bila kemudian permohonan
itu tak datang-datang?
Kata Dr. Bilal Philips sederhana
saja :
“Delay is not denial, Allah knows
what’s betst for us and when it’s best for us to have it. Supplicate to Allah
with full trust.”
Artinya “Penundaan itu bukan penolakan,
Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita dan kapan waktu yan tepat untuk
kita. Memohonlah kepada Allah dengan seluruh keyakinan.”
teruslah bersabar dan jagalah nyala lilin harapan, yakin Tuhan akan mengabulkan |
Lagi-lagi seperti Mbak Esti bilang
“Semua berawal dari diri sendiri”. Keyakinan itu nggak bisa dipupuk oleh orang
lain, tetapi diri sendiri. Nah, disini nih pentingnya memberikan sugesti
positif pada diri sendiri, seperti yang mbak Esti lakukan dengan menulis kalimat
pengharapan berbunyi ‘a-mom-to-be’ baik di akun instagram, twitter, dan
facebook,. Mungkin terdengar aneh, mosok kalimat pengharapan kok sengaja
disiar-siarkan.
Aheii, justru itu! Bukankah ada Hadist
Rasul yang mengatakan setiap perkataan adalah doa? Ketika kita membiasakan diri
mengucapkannya (bahkan menuliskannya) bukan tidak mungkin suatu waktu doa itu
akan dikabulkan-Nya. Bukan tidak mungkin juga lho seseorang mengamini
pengharapan tersebut dan jadi perantara terkabulnya doa. Ya nggak?
Ah, saya harus berterima kasih hari ini
untuk artikel tersebut. Tulisan Mbak Esti mengingatkan kita untuk terus sabar,
berpikir positif bahkan kalau perlu mensugesti diri sendiri bahwa satu ketika
doa akan dikabulkan. Semoga saja, Mbak Esti sekeluarga beserta putrinya, selalu
dilimpahi keberkahan.
Dan semoga juga tulisan berjudul "Belajar Sabar dan Positif dari Mbak Esti Sulistyawan" ini bisa bermanfaat juga buat banyak teman.
Salam
source pic : pixabay
Terima kasih sudah mengambil sisi positif dari tulisan saya, Mbak. Semoga Mbak Afin sekeluarga juga selalu berbahagia :)
BalasHapusSama-sama mbak Esti, barakallah ya
HapusBersabar dan berserah itu kalau dibayangkan indah dan mudah, tapi prakteknya tetap aja merana hihiii.. TFS ya mak :)
BalasHapusBener, Mbak Yoanna...aduh, kerap kali kita gagal dalam prosesnya. Terima kasih untuk komennya
Hapussabar dan ikhlas itulah yang harus kita miliki, sudah sabar gak ikhlas, waduh...tapi itulah kita diuji atas kesabaran dan keihlasan kita yg setiap org berbeda2
BalasHapusha, iya bener Mbak Tira. Hihihi...*ngaku
HapusAku kenal Mbak Esti udah cukup lama, selain sabar, dewasa juga beliau. :)
BalasHapussaya bayangin jadi Mbak Esti, fyuuuh...elap keringet, Mbak. Semoga mbak Esti selalu diberkahi Allah
HapusSemua berawal dr diri sendiri, dengan keyakinan yang kuat, usaha dan doa....*Mbak Esti ajib bikin posingan motivasi*
BalasHapusOOT: Mbak Afin dr Banyuwangi ya? BWI mana Mbak? Aku pernah tinggal di sana loh
HapusLha aku dari genteng Mbak Ririe, walah baru tahu sekarang yo kalau sampean pernah disini...hihihi
Hapuskomen dulu ahh baru baca.. :3 hhehhe
BalasHapus