Bahagianya Bunda ketika anaknya lahir ke dunia. |
Sebagai (orang yang paling) lajang
diantara teman-teman seangkatan, saya sering kali dapat warning ,”Jangan
sering-sering dengar cerita orang melahirkan. Kamu kan masih lajang, nanti
malah ogah kawin lho gara-gara dengar proses lahiran yang menyakitkan.”
Tidak salah juga sih kalau mereka
mengatakan demikian. Sebab proses persalinan yang saya dengar itu gak jauh beda
dengan adegan bersalin yang kerap dipertontonkan di sinetron. Dimana perempuan
terbaring di ruang bersalin dengan wajah penuh peluh dan kelelahan, berusaha
keras mengejan sambil jejeritan, sementara bibir meringis menahan kesakitan.
“Widih, aku hampir aja nggak kuat waktu
itu!” kisah seorang teman menanggapi pertanyaan gimana rasanya pas mau
melahirkan bayinya. “Udah ngejan bayinya nggak keluar-keluar...”
Yang lainnya berkata ,”Gara-gara
ngangkat pantat pas ngejan, aku dapet banyak jahitan. Lha piye robekan
perineum-nya lebar je...”
Gleg!
Kalau kisah semacam ini terus diulang
siapa juga yang tidak gentar? Alhasil demi menghindari persalinan yang
menyakitkan calon emak (seperti saya) terpicu untuk melahirkan lewat operasi Sectio
Caesaria (Caesar). Wis pokoknya weeer! Tahu-tahu bayi lahir gitu aja, tanpa
perlu menahan sakit atau repot mengejan sebelum melahirkan. Lupa bahwa tindakan
pun ada sebenarnya memiliki resiko tersendiri. Operasi caesar tidak hanya
berpengaruh pada ibu tetapi juga pada bayi yang dilahirkan. Resiko kematian, gangguan pernapasan, sampai
trauma pada bayi pun besar. Paska operasi caesar pun Emak tidak langsung pulih
dan bisa beraktifitas seperti semula layaknya wanita yang lahir normal. Rasa
nyeri akibat tindakan operasi membaut Emak tidak seenaknya saja saat duduk atau
berdiri. Tidak mustahil Emak juga mengalami infeksi pada jahitan operasi. Entah karena peralatan yang kurang steril
atau respon tubuh terhadap benang jahit seperti yang dialami sahabat saya Ce
Nur.
Ibu saya yang terpaksa harus caesar karena mengalami Placenta Previa
(plasenta menghalangi jalan lahir bayi) 28 tahun silam, bahkan mengatakan kalau
tidak perlu (dalam artian ada penyebab yang mengharuskan tindakan Sectio
Caesaria seperti pre-eklamsia, dst) lebih baik lahir normal. “Selain biayanya
cukup mahal, efek nyeri akibat operasi itu masih terus terasa sampai anak besar.
Kalau sudah muncul rasanya krenyeng-krenyeng gimana gitu, sampai sekarang,”
kata Ibu semasa beliau masih hidup.
Lha terus piye? Pengennya sih lahiran
normal, tapi yang nggak sakit gitu lho!
Iseng-iseng colek Mbah Google ternyata
saya menemukan metode bersalin yang dinamai Gentle Birth. Nah, nggak familier
ya dengan namanya. Sama. Saya juga.
Tapi baiklah, tidak usah berlama-lama
bingungnya. Menurut artikel yang dilansir oleh Ayah Bunda, Gentle birth adalah
metode persalinan yang tenang dan santun, dan memanfaatkan semua unsur alami. Tenang
dalam artian kondisi ibu dibuat serileks mungkin dan santun karena rasa
sakitnya diminimalkan, bahkan tanpa rasa sakit. Sehingga kehebohan yang kerap
kita dengar saat Ibu bersalin itu tak terjadi. Umumnya sih persiapan dilakukan
sejak masa kehamilan. Mulai dari latihan pernapasan, pijat (baik di daerah
perineal dan vaginal), olahraga teratur, makanan yang bergizi, serta persiapan
mental entah dengan cara meditasi atau memberikan afirmasi lewat kalimat
positif.
Kesasar
Masuk ke Blog Mbak Meriska PW
Karena masih penasaran soal Gentle
Birth, saya jadi penasaran gimana rasanya melahirkan dengan metode ini. Salah
satunya adalah blog Mbak Meriska. Lewat tulisannya “Melahirkan Alif dengan
gentle birth part 1 dan 2”, perempuan cantik satu ini menggambarkan bagaimana
proses melahirkan dengan cara tersebut.
Gayanya yang heboh, lucu, khas orang
muda bikin saya tertawa saat membacanya. Proses menjelang lahir sampai lahiran
dilukiskan dengan gaya ringan, nggak bikin stress yang baca duluan. Sumpah,
semua orang bakalan ngakak tau gimana Mbak Meriska di-php sama bayinya sampai
si bayi “oek, oek...”, menunjukkan eksistensinya di dunia.
Cerita dimulai saat Mbak Meriska membaca
soal kelahiran Gentle Birth di salah satu forum. Meski sebelumnya anti banget
membaca soal kelahiran emak-emak karena takut jiper sebelum perang, justru
inilah titik awal Mbak Meriska memutuskan untuk melahirkan lewat metode Gentle
Birth. Dipikirnya sih semula cuma lahiran normal saja. Ternyata tidak. Ada
banyak yang bisa dipelajari dari sana.
Dibanding cerita Mak-Mak lain yang
memutuskan untuk melahirkan lewat metode Gentle Birth di awal kehamilan, Mbak
Meriska justru baru pindah memutuskan untuk melahirkan lewat cara tersebut
di minggu 37. Meski tergolong telat, ternyata impian Mbak
Meriskan melahirkan dengan metode Gentle Birth bisa kesampaian. Tentu saja,
harus di dukung oleh tenaga medis yang memahami soal tersebut. Jadi tidak
sembarangan.
Dalam proses kelahiran Gentle Birth ala Mbak Meriska ada beberapa hal penting yang
menarik untuk dicatat :
1. Persalinan
Natural
Proses melahirkan Mbak
Meriska dilakukan secara alami tanpa intervensi medis contohnya operasi caesar.
Kecuali mendesak (atas dasar pertimbangan medis), operasi caesar baru
dilakukan.
2. Ibu
menjadi penentu
Dalam proses kelahiran
lewat metode Gentle Birth ibu, dalam hal ini Mbak Meriska yang memutuskan
pilhan dengan cara seperti apa, dimana, oleh tenaga medis yang mana, dan lain
sebagainya.
3. Keikutsertaan
Ayah dalam persalinan
Suami memberi dukungan
penuh dari masa hamil seperti menemani kontrol ke tenaga kesehatan sampai proses lahiran (suami Mbak Meriska ada di
ruang bersalin, tepat dibelakangnya, sementara Mbak Meriska bersandar di badan
suami selama proses mengejan).
4. Menunda
pemotongan tali pusat
Baru setelah dua jam tali
pusat si bayi kemudian.
5. Bayi
segera diberikan pada Ibu dan membiarkannya melakukan IMD
Segera setelah putra
Mbak Meriska lahir, si bayi langsung dibungkus handuk tanpa dibersihkan
terlebih dulu dan ditaruh di dada Ibu untuk IMD (Inisiasi Menyusui Dini).
6. Perlakuan
yang lembut
Bidan Rina tidak
menekan perut Mbak Meriska untuk mengeluarkan plasenta yang tertinggal di dalam.
“Plasentanya dikeluarin dengan pelan pelan
banget. Setelah itu dijahit deh robekannya. Gak sakit kok, suer. Secara dibius
lokal yee. Haha...,” begitu aku Mbak Meriska.
Membaca ini ditambah dua penuturan Mbak
Meriska jelang akhir tulisan yang berbunyi :
“Semua yang ditakutkan tentang
persalinan gak terjadi sama sekali. Yupz, persalinan gak semengerikan yang
dikira kok.”
“Salah satu keuntungan gentle birth adalah gak bikin
trauma buat ngelahirin lagi.”
Bikin
mak nyes, adem di hati. Saya yakin deh
Emak-emak di luar sana yang sedang persiapan buat lahiran nggak bakal takut
baca tulisan ini. Yang ada malah terhibur dan bikin hati yang menciut jadi semangat tingkat tinggi.
sumber gambar : https://pixabay.com/en/baby-newborn-cute-feet-human-501336/
gentle birth, wah ilmu baru nih. Buat saya hehe. Saya baru denger dan baca soalnya hihi, thanks mbak sharingnya
BalasHapusSaya juga baru baca mbak, hwahahah padahal pasangan aja belum punya.
Hapushuooo aku mau ngelahirin, lg nyiapin mental, mudah2an bisa minimal rada sakitnya..
BalasHapusInsyaallah mbak, doanya dikabulkan Allah
HapusAda istilah baru Gentle Birth, baru denger mba :). Kalau saya dulu melahirkan secara caesar. Mungkin kalau denger Gentle birth waktu itu, tertarik juga untuk mencoba :)
BalasHapusIya mbak sama, padahal metode ini sudah lama ada. Hanya belum populer saja
HapusBaca post ini aku malah jadi semakin takut sectio, hehe, aku jg ngeliat sectio itu perjuangannya lebih berat timbang normal, berjuang buat recovery plus ngurus anak, dan berjuang ngumpulin duit buat bayar tagihan, :D
BalasHapusMakasih mbak ulasannya.. :)
memang sectio caesaria ada resikonya mbak, nggak seenak yang dibayangin orang. tinggal belek sakitnya nggak kerasa. Padahal efeknya justru di belakang. Rata-rata yang pernah caesar mengatakan meski sudah bertahun-tahun bagian yang bekas dijahit itu masih nyeri-nyeri gitu
HapusDulu saat mau lahiran saya juga sedikit gentar saat membaca dan mendengar cerita orang-orang yang kesannya serem banget, mana sampe ada yang cakar-cakar suaminya pula. Belum lagi ad akawan-kawan yang nakut-nakutin. Tapi saat saya mengalami proses melahirkan ternyata menyenangkan. Yang penting kesiapan mental dan hati. Sebelum masuk ruang tindakan saya malah masih sempat minum wedang ronde, dan selama proses persalinan nggak ada tuh yang namanya teriak-teriak hehehe. Semuanya memang kembali ke masing-masing orang ya mbak. Dan saya baru ngeh kalo proses lahiran kemarin masuk dalam istilah gentle birth :)
BalasHapusAduuh, seneng banget Mbak denger ini. Keren banget. Semoga yang berikutnya juga lancar selancar sebelumnya
Hapuskesasar yg baik kalau ini ya :)
BalasHapusHahaha, iya Mbak Lidya. Bener banget
Hapus