Tanggal 21, sekitar pukul satu. Saya sudah tidak sanggup menahan hasrat
ingin pipis begitu pesawat Batik air yang saya tumpangi dari Jakarta ke Kupang
landing. Saya segera turun dan mencari toilet di bandara kecil itu. Sepertinya
saya sedang tidak beruntung, antriannya cukup panjang. Tetapi, saya harus
sabar. Bukankah orang sabar di sayang Tuhan? Bisik hati saya.
Masuk ke dalam, saya dibuat tercengang.
Deretan tisu bertebaran. Toilet bagi perempuan itu tak ubahnya tempat sampah.
Astaga! Saya menghela napas. Dalam hati saya mendumal, apa iya mbak-mbak atau
ibu-ibu sebelum kami tidak tahu ada tempat sampah di bawah wastafel. Kalau
tidak tahu kok kebangetan? Tempat sampahnya segede Gaban! Atau jangan-jangan
memang kebiasaan? Langsung lempar begitu saja tisu yang dibawanya di sembarang
tempat. Aih, benar-benar tidak tahu adat, pikir saya sambil masuk ke dalam
salah satu bilik di toilet.
Sampai di dalam bilik, saya lebih tercengang.
Lagi-lagi tisu bergeletakan di lantai. Melihat hal itu saya hanya bisa geleng-geleng
kepala. Dalam hati berharap pelakunya mendapat keberkahan, sehingga ia tak lagi
“nyampah” di toilet mana saja. Bahkan tak hanya di toilet tapi dimanapun ia
berada, imbuh saya sembari naik mobil yang hendak membawa saya ke Belu, tempat
dimana festival baca diadakan.
Beberapa hari kemudian, tanggal 24 Juli, saya
kembali ke Bandara El Tari-Kupang. Perjalanan saya ke mengikuti festival baca
di Belu sudah kelar, dan saya harus pulang dengan flight pukul 15.05 nanti.
Memang masih lama, mengingat saya tiba di bandara sekitar pukul satu siang.
Selama menanti saya dan teman-teman duduk di salah satu kafe-nya. Memesan kopi
sambil ngobrol segala macam.
Lagi-lagi hasrat ingin pipis itu datang. Saya
segera berlari mencari toilet untuk menuntaskannya. Seperti kemarin,
pemandangan tisue yang bergeletakan di lantai toilet saya saksikan. Sungguh,
saya tidak paham apa begitu berat membuang benda ringan itu pada tempatnya? Toh,
tak sampai sekilo jika ditimbang, dumal saya diam-diam.
Giliran saya pun tiba setelah menunggu
beberapa saat. Selesai menunaikan hajat kecil saya mengambil tisu kering lalu
mengambili tisu yang menghiasi lantai toilet dan membuangnya di tempat sampah.
Petugas di toilet yang melihat aksi saya sampai mengucap terima kasih. Saya
hanya tersenyum sambil mengangguk kecil padanya. Sungguh bukan penghormatan
macam itu yang ingin saya capai, saya cuma melakukan hal biasa. Hal yang bisa
dilakukan siapa saja yang menyadari tindakan sekecil itu berarti untuk
mendukung kebersihan toilet. Coba deh, kalau toilet bersih kan yang masuk jadi
nyaman. Bukannya bergidik dan menatap jijik. Iya kalau itu saja akibatnya,
gara-gara toilet yang kotor traveller dari manca bisa malas datang ke
Indonesia. Sepele, tapi hal ini bisa mengurangi kunjungan wisatawan.
Ujung-ujungnya mengurangi pendapatan negara.
Jelang keberangkatan keinginan kencing itu tak
tertahan. Saya kembali datang. Karena antri, saya menunggu di luar. Ngobrol
dengan seorang wanita, petugas kebersihan disana. Bertanya kecil darimana,
berapa lama kerja di bandara. Sampai akhirnya bicara soal tisu yang bertebaran
di lantai toilet.
“Banyak yang buang tisu sembarangan. Mbak
tahu? Kenapa toilet yang tengah itu tak bisa digunakan? Karena ada yang buang
pembalut campur tisue di dalam. Akhirnya WC-nya mampet.”
“Ngomong-ngomong banyak yang suka buang sampah
sembarangan?”
“Banyak Mbak, saya suka capek sendiri! Sudah
ada tempat sampah, masih saja dibuang sembarangan,” ucap Mbaknya sedikit emosi.
Saya manggut-manggut, paham betul kenapa ia
kesal. Selaku petugas kebersihan memang sudah sewajarnya bertanggung jawab pada
kebersihan toilet dan tempat-tempat lain yang dipercayakan padanya. Tetapi,
bukan berarti kita bisa seenaknya sendiri. Tolong, buanglah sampah pada
tempatnya. Jangan sembarangan apalagi menggampangkan, mentang-mentang tidak
ikut membangun apalagi memiliki toilet itu. Lain kali jika tanganmu hendak
melempar tisu, berpikirlah jika itu kamar mandi atau toilet di rumahmu. Kamu
pasti sebal kalau ada yang sembarangan buang sampah padahal nyata-nyata sudah
disediakan tempatnya.
Lagipula caramu menjaga kebersihan juga
menjadi cerminan siapa dirimu. Kalau kau saja tak bisa handle tisu seringan itu
apalagi masalah negara? Duh, jangan sampai deh sampai orang sepertimu jadi pejabat
penting. Kalau itu terjadi runyam Indonesia! Percayalah!
Kalaupun kamu cantik melebihi Adriana Lima,
Eva Mendes, dan entah siapa lagi perempuan cantik di dunia—nilaimu takkan lebih
dari lima. Bagaimana tidak? Kau terbukti jorok luar biasa? Buktinya buang tisu
di lantai kamar mandi. So, please babe...buanglah
tisu pada tempatnya. Sekaligus tekan tombol flush
kalau sudah selesai buang hajat, biar yang lain nggak ketiban sial harus
membersihkan sisa-sisa urin atau fesesmu. Sungguh babe, itu tak elok sama sekali. Masa sih situ mau dapat mahkota
untuk partisipasi hal buruk macam itu. Nggak banget deh kalau cantik-cantik
tapi jorok.
Get it?
Kalau nggak get it juga aye lempar uleg-uleg
nih *hihihi...kok saya jadi sadis?
Nggak ding, saya nggak sadis kok.
Pokoknya begini, kalau besok pergi ke toilet
tisu-nya dibuang ke tempat sampah ya, Babe.
Nggak bakalan kurang kok cakepmu karena itu. Malah jadi nilai tambah buatmu.
Siapa tahu pas kamu ngelakuin itu calon mertua memperhatikan, aiih...pasti kamu
langsung dipilih jadi mantu idaman! Nggak pakai lama di acc-lah hubunganmu
dengan si dia ke jenjang perkawinan. Asyik bukan kalau demikian?
So, tunggu apalagi? Awali kebaikan kecil itu
mulai sekarang! Iya, sekarang...
Salam.
image source : https://pixabay.com/
Seandainya ketika akan masuk toilet msih bertemh muka dg orang sebelumnya dan ndilalah org tsb jorok misal gak siram dg bener, mgkin akan aq seret balik tangannya biar liat kelakuannya. Aq juga gemes sm kelakuan org jorok di KM, apa gak malu gtu ya buang tisu sembarangan pdhl tisunya abis buat elap elap.
BalasHapusiya Mbak, duuh...ngeselin. Padahal kan dia sendiri yang pakai. Dan apa susahnya menaruh tisu seringan bulu itu ke tempat sampah. Ck, benar-benar tak tahu adat!
HapusBikin susah itu mah...
Iya, gemes sama orang yang gak care dengan lingkungan sekitarnya. Gak pernah peduli dengan sampah yang bertebaran. Mental orang-orangnya belum bagus, nih! Semoga saja, nanti, bangsa ini bakalan dipenuhi oleh orang-orang yang peduli dengan kebersihan lingkungan ya...
BalasHapusKesannya menyepelekan Mbak, mentang-mentang ada petugas kebersihan. Lha, gimana? Coba aja buang sampah sembarngan di rumah sendirim, pasti ortu atau anggota keluarga lain marah.
HapusKalau saya pas masuk toilet terus kotor sebelum saya masuk itu bisa mengakibatkan saya gak jadi masuk mbak -,-
BalasHapusSemoga kita tetap jaga kebersihan toilet dimana pun berada ya :)
Hihihi, iya ya mbak. Jadi males. Semoga demikian, amin
HapusWih bener tuh. Kadang sudah ada tempat sampah segede gaban, tapi buangnya sembarangan :/ aku kalo habis dari toilet bandara, mbak yang bersihin sregep banget langsung bersihin toiletnya
BalasHapustulisandarihatikecilku.blogspot.com
Lah itu dia, saya sampai mikir masa sih gak lihat ada tempat sampah. Atau jangan-jangan minus parah, heheheh
HapusMemang suka gemes sendiri klau melihat pada buang sampah dimana aja. Seperti yang tertulis di atas. Mungkin sudah kebiasaan, mungkin. Sudah mendarah daging, mungkin.
BalasHapusSedari kecil, anak2 saya ajarkan untuk menyimpan sampah kalau belum nemu tempat sampah. Semoga kelak dewasa bisa menjadi kebiasaan yg baik.
Iya Mbak Uwien, duuh ngenes lihatnya. Ah, semoga putra-putri Mbak seperti yang Mbak harapkan, menjadikan kebiasaan membuang sampah pada tempatnya jadi keseharian. Amin
Hapusiya suka sebel kalo lihat ada tisu bertebaran di toilet. Bahkan kadang ada tempat sampah pun tetep aja tisunya nongol dari dalem, kayak ga niat buang sampah pada tempatnya. padahal kan jorok +_+
BalasHapusLha itu dia Mbak Vety, kalau saja mereka berpikir andai itu dirumah mereka sendiri insyaAllah tidak begitu
Hapusdan banyak itu orang indonesia suka nyampah , kadang suka heran tempat sampah begitu dekat tapi masih saja buang sembarangan, maunya dikrepyek tuh orang
BalasHapusHwahahaha, Mbak Tira sampai gemes gitu
HapusIya aku juga paling sebel kalau toilet bandara jorok, ironis ya, yg make bandara kan tampangnya kyk org berpendidikan tp kok nyampah :(
BalasHapusjangan-jangan pas pendidikan PPKN soal tenggang rasa, kebersihan, sejenis itu nggak masuk dia Mbak.
HapusDari urusan tissue ke negara, jauh juga perbandingannya mba,hehehe...
BalasHapusMuahahhaa...sebenarnya mah intinya sederhana. Jika tak bisa handle urusan sekecil tissue, bagaimana kelak ketika dia jadi pejabat penting yang urusannya jauh lebih besar?
HapusBukankah sesuatu yang besar itu dimulainya juga dari langkah yang kecil? Seperti buang sampah itu, hehehe
jangan nyampah di mana pun berada..
BalasHapus