source : IG @indonesianpearlfestival2016 |
Indonesia
dikenal sebagai negara kepulauan dengan luas lautan mencapai dua pertiga luas
daratan. Tak heran bila kemudian Indonesia dikenal sebagai negara dengan
potensi kelautan yang besar—baik sumber daya alam, potensi wisata, hingga
kekayaan biota lautnya. Akan tetapi, baru sedikit yang dieksplor dan
dimanfaatkan. Sehingga belum bisa memberikan kontribusi tinggi pada
kesejahtaraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.
Salah
satu contoh nyatanya adalah mutiara laut selatan atau disebut juga sebagai
Indonesian South Sea Pearl (ISSP). Dikutip dari situs Worlds Richest Countries, Indonesia
hanya menyuplai sebesar 2% kebutuhan dunia atau menduduki peringkat sembilan
dari sepuluh negara terbesar pengekspor mutiara. Berbanding terbalik dengan
kenyataan di lapangan bahwa Indonesia merupakan penghasil mutiara laut selatan
terbesar. Dari total produksi sebesar 12 ton per tahun, 55% lebih berasal
Indonesia. Sementara sisanya berasal dari Australia, Filipina, dan Myanmar.
http://www.worldsrichestcountries.com/top-pearls-exporters.html
|
Tantangan
Yang Dihadapi Pemerintah Terkait Perniagaan
Indonesian
South Sea Pearl
Tantangan
pertama di bidang perniagaan yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah
adalah ekspor secara ilegal. Ditengarai maraknya bisnis mutiara ilegal menjadi sebab kecilnya
nilai ekspor Indonesian South Sea Pearl.
Sehingga hanya mampu membukukan US$ 31,2 juta pada tahun 2015. Meskipun pencapaian
tersebut lebih baik ketimbang Filipina (US$
20.3 juta) dan Myanmar (US$10 juta), tetap saja kenyataan tersebut menjadi
ganjalan. Dengan luas wilayah laut
mencapai 5.800.000 km2, harusnya ekspor Indonesian South Sea Pearl bisa mengungguli Australia yang kini ada
di peringkat kelima dengan nilai ekspor sebesar US$ 56,4 juta.
source : IG @indonesianpearlfestival2016 |
Membanjirnya
mutiara air tawar asal China hingga ke sentra-sentra produksi mutiara menjadi
tantangan berikutnya. Banyak pembeli asing yang kecewa dan merasa ditipu begitu
tahu mutiara yang mereka beli di Indonesia ternyata mutiara kualitas rendah
asal China. Akibatnya nama Indonesia menjadi rusak dan berujung pada kekurangpercayaan
masyarakat internasional pada produk mutiara asli Indonesia. Kondisi ini tak
urung berpengaruh pada anjlognya pasaran Indonesian
South Sea Pearl di dunia.
Klaim
sepihak oleh negara lain di tingkat International Trader juga menjadi faktor
ketiga yang menunjukkan lemahnya posisi Indonesian
South Sea Pearl (ISSP) di mata dunia. Tak adanya sertifikasi menyebabkan Indonesian South Sea Pearl berkualitas tinggi
dilabeli atau diklaim sebagai produksi negara lain seperti Jepang, Hongkong,
atau Australia. Akibatnya orang lebih mengenal negara-negara tersebut sebagai
negara asal south sea pearl ketimbang
Indonesia.
Upaya
Pemerintah Untuk Meningkatkan Kemilau Perniagaan Indonesian South Sea Pearl
source : IG @indonesianpearlfestival2016 |
Tak
mau kecolongan, pemerintah melalui kementerian KKP mulai melakukan pembenahan. Berbagai
upaya dilakukan untuk melindungi industri mutiara dan menaikkan pamornya di
kancah dunia. Upaya tersebut meliputi :
1.
Membendung
penyelundupan atau ekspor Indonesian South Sea Pearl ke luar negeri
Karena rawan penyelundupan dan ekspor
ilegal, Kementerian KKP bertekad membenahi pengelolaan tata niaga produk
mutiara di Indonesia. Antara lain dengan meringankan dan mengubah banyak aturan
yang semula memberatkan pengusaha mutiara Indonesia.
Upaya lainnya adalah bekerja sama dengan
Direktorat Jenderal Bea & Cukai untuk menanggulangi maraknya ekspor mutiara
ilegal. Kerja sama tersebut berhasil menggagalkan upayan penyelundupan mutiara
seberat 114 kg ke Hongkong pada bulan Januari 2016.
Selain itu Kementerian KKP juga memperketaat
perijinan budidaya mutiara di Indonesia, untuk menekan upaya ekspor mutiara ilegal
ke luar negeri
2.
Menolak mutiara impor
tak sesuai SNI
Untuk mengendalikan masuknya mutiara
impor ke Indonesia, pemerintah menerapkan peraturan ketat bahwa semua mutiara
yang masuk harus berstandar SNI. Adapun ketentuannya sebagai berikut :
a.
Tingkatan mutu A : kemilau tinggi,
cacat halus hingga 10%.
b.
Tingkatan mutu B : kemilau tinggi – sedang, cacat halus hingga 30%.
c.
Tingkatan mutu C : kemilau sedang, cacat halus hingga 60% atau luka
dibawah 30%.
d.
Tingkatan mutu D : kemilau
tinggi-rendah, cacat halus di atas 60% atau luka di bawah 60%.
e.
tingkatan mutu E : kemilau tinggi-rendah, cacat halus atau luka di atas
60%.
Peraturan tersebut tertuang dalam
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
No.44/PERMEN-KP/2014, revisi dari Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Republik Indonesia No.8/PERMEN-KP/2013 mengenai pengendalian mutu mutiara yang
masuk ke dalam wilayan Negara Republik Indonesia.
Tak sekedar meningkatkan daya saing ekspor
produk mutiara, peraturan ini juga berfungsi untuk melindungi penjualan mutiara
di pasar domestik yang selama enam tahun belakang telah digempur mutiara
berkualitas rendah asal China.
3.
Memperkuat citra Indonesian South Sea Pearl lewat ajang pameran internasional maupun lokal
Dengan mengikut sertakan Indonesia di
ajang pameran internasional seperti Dubai Jewelry Week (DJW), pemerintah
berupaya melakukan melakukan dua hal penting secara bersamaan. Satu, promosi Indonesian South Sea Pearl. Kedua, pengenalan
seperti apa produk mutiara asli Indonesia (ISSP) tersebut ke kancah
internasional. Langkah ini penting dilakukan untuk untuk memperkuat citra
Indonesia sebagai negara penghasil mutiara laut selatan terbesar dan terbaik di
dunia. Sekaligus mendorong terjadinya hubungan ekonomi dan kerjasama dengan
pelaku usaha mutiara internasional.
Ajang pameran lokal pun tak dilupakan.
Sejak tahun 2011 pemerintah Indonesia
teratur menggelar Indonesian Pearl Festival sebagai upaya untuk mengenalkan Indonesian
South Sea Pearl di pasar domestik dan internasional. Selain itu IPF juga
bertujuan untuk membuka peluang kerjasama dan investasi bidang kelautan dan
perikanan, utamanya budidaya mutiara, bagi pelaku usaha di dalam maupun di
dalam negeri. Untuk tahun ini, 6th Indonesian Pearl Festival 2016
diadakan di Lippo Mall Kemang Jakarta, pada tanggal 9-13 November 2016—dengan
tema “The Magnificent South Sea Pearl”.
Dengan demikian secara tidak langung
terbangun membangun awareness dari buyer lokal ataupun internasional bahwa
produk south sea pearl yang selama
ini beredar di pasaran berasal dari Indonesia, meskipun belum ada sertifikasi resmi
dari Pemerintah.
4.
Koordinasi dengan
Menteri Keuangan terkait komoditas mutiara
Kementerian KKP mengupayakan pemberian PPN
(Pajak Pertambahan Nilai) untuk produk mutiara yang hendak diekspor. Ada dua
alasan mengapa hal ini diajukan. Pertama, komoditas tersebut termasuk dalam
golongan barang mewah. Kedua, agar aktifitas pengusaha asing yang beroperasi di
Indonesia lebih terpantau.
Hal itu penting dilakukan sebab selama
ini banyak sekali pengusaha asing di sektor ini yang menyalahgunakan kemudahan
dari pemerintah itu untuk melakukan tindakan ilegal. Tak hanya penyelundupan
tetapi juga penghindaran terhadap kewajiban lain seperti penghindaran PPh
badan, PPh orang pribadi serta transfer teknologi.
Di sisi lain, Kementerian KKP produk
mutiara yang diperdagangkan dalam negeri tidak dikenai PPN sebagai upaya untuk
menaikkan daya beli masyarakat.
Kedua upaya tersebut memang tidak membuahkan
hasil. Menteri Keuangan pada saat itu menolak untuk menyetujui permohonan
Kementerian KKP terkait PPN ekspor mutiara dan penurunan PPN untuk mutiara yang
diperdagangkan dalam negeri. Akan tetapi ini menunjukkan bahwa Kementerian KKP
serius untuk membenahi aturan perpajakan yang
selama ini memberatkan pengusaha mutiara.
ngenes ya mbak. kita punya produksi tapi tidak berjaya. bahkan konon yang memproduksi juga banyak perusahaan asingnya.
BalasHapusiya bener mbak, itu yang mengagetkan. Jarang ternyata orang asli Indonesia yang benar-benar jadi pengusaha mutiara, mungkin karena teknologi dan biayanya mahal
HapusAku baru tahu kalau di Sumatera sama Sulawesi pun ada budidaya muriara , taunya NTT NTB aja... wah kalo ginia Indonesia kaya ya..
BalasHapusiya mbak Mirna, bener banget. Di Bali dulu ada mamanya muridku yang bekerja di perusahaan macam ini, hanya nggak tahu tepatnya di mana
HapusHuaaaa.. China emang mengerikan banget ya, Mbak. Apa apa didagangin sama mereka. Eh kita malah ikut ikutan beli produk mereka. -_-
BalasHapusKarena murah, jadi orang sudah nggak mikir lagi darimana asalnya. Terlebih mutiara asal Indonesia mihil karena ya berbagai pertimbangan dan alasan, jadi demi gaya mutiara abal-abal atau kelas dua pun disikat saja
Hapus