Sering saya
bertanya kenapa Tuhan tidak membuat saya kaya. Setidaknya dengan kaya saya bisa
melakukan banyak hal. Membantu orang tua, membantu oang lain, atau saudara.
Tuhan itu nggak adil kan? Tetapi benarkah demikian? Saya merenung dan menemui
bayangan diri saya. Seorang perempuan muda, dengan badan yang berisi, dan
angan-angan yang terlampau luas melebihi jagad raya.
Melihatnya saya
jadi tahu alasan Tuhan belum menjadikan saya secara harfiah. Secara mentalitas ternyata saya belum terasah, itu terbukti dari cara
saya saya menyikapi banyak hal. Contohnya ketika saya ingin membantu orang.
Saya sering pilih-pilih kepada siapa bantuan itu hendak diberikan. Saya
terlampau takut jika kelak bantuan yang susah-susah saya berikan tidak diingat
atau dilupakan. Alhasil saya mundur melakukan kebaikan. Atau bahasa mudahnya
tidak ikhlas. Padahal Empunya hidup yang lebih kaya saja nggak banyang
cing-cong memberi pada saya. Dalam bentuk apa saja. Dari mulai kesehatan sampai
beragam kesenangan yang tidak terduga.
Saya juga
cenderung mikir kalau mau memberi sedekah. Saya takut jika memberi sedekah,
maka hal-hal lain yang lebih penting (bagi saya tentu saya), seperti keinginan
bela-beli ini itu tak terpenuhi. Atau bahkan takut kurang jika sedekah
diberikan. Oleh karena itu saya kerap batal memberi sedekah, meski hanya selembar seribu rupiah.
Saya ternyata
jauh dari kaya, karena saya masih suka “ngenes” kalau kehilangan barang. Nggak
jarang ngumpat dan marah “kenapa mesti saya?”.
Saya juga jarang
berterima kasih pada Tuhan.Bukankah seharusnya saya ngikhlasin aja? Wong semua
juga dikasih pinjam sama Tuhan dan saya tidak benar-benar memilikinya seperti
yang saya pikirkan.
Jadi yang kaya
itu siapa? Ya yang ono, yang memiliki dunia dan seisinya.
Bantuan dari Allah pun saya
sikapi dengan biasa, karena saya pikir berhak mendapatkannya. Dan merasa tidak
perlu mengatakan apapun kepada-Nya, bahkan dalam bentuk kalimat sederhana
“Thanks Allah” misalnya.
Padahal
Allah yang kaya itu seringkali memberi
saya rejeki tidak terduga. Tidak melulu berupa uang, tetapi sambutan baik
teman, makana, dan lain-lain yang saya lupakan. Anggapan
Anggapan saya itu
rejeki nomplok doang. Lupa kalau yang mendadak nomplok juga sudah diatur-Nya.
Sampai di titik
ini saya menyadari, ternyata inilah penyebab doa saya belum dikabulkan-Nya.
Allah ingin saya belajar lebih banyak bagaimana seharusnya seorang kaya
bersikap.
Salam dari
kejauhan.
Hug, hug.
source image : pixabay
Terima kasih ya mbak, jadi reminder untuk saya juga nih :)
BalasHapussama-sama Mbak Dwirani, terima kasih sudah mampir
HapusIntinya banyak2 bersyukur ya mba, ia, kadang2 aku masih kurang bersyukur, bahan instrospeksi diri
BalasHapusiya Mbak Zefy, dan soal syukur ini pun saya kerap lupa
HapusBgs artikelnya mba.. Pengingat utkbaku juga, supaya bisa lbh rajin dan ikhlas kalo kehilangan sesuatu :). Ga ada 1 pun yg kita punya ini, bener2 hak milik kita. Semuanya punya Allah ya
BalasHapusYa, kita cuma dititipi...hihi, terima kasih sudah mampir dan komentar Mbak Fanny
HapusTerkadang kita sering terpaku pada istilah " kaya adalah kaya harta". Padahal kesehatan dll juga merupakan anugrah yang juga bisa disebut kekayaan kita.Tapi kita paling sering lupa mensyukurinya.
BalasHapusBener banget Mbak Mutia, mungkin karena kaya harta lebih nampak di mata manusia.
Hapusyang penting kaya hati, gak lupa bersyukur dan bantu orang mbak
BalasHapusha, bener itu Mas Ikrom Zain.
HapusAlhamdulillah.... allah sudah kasih aku kaya dengan sehat... kaya akan canda dan hubungan yang baik dan mesra dengan suami... bahagia lahir batin adalah kekayaanku yang aku sukuri saat ini...
BalasHapusAlhamdulillah saya juga turut seneng nih dengan soal hubungan baik dengan suami. Itu suatu hal yang pantas disyukuri banget ya, Mbak.
HapusAlhamdulillah... saya pun demikian. Kaya yanh melekat pada saya semenjak lahir iaitu kaya membantu oranglain dengan sedikit yang saya punya.
BalasHapusHa justru kekayaan yang mbak sebutkan itu butuh keikhlasan banget. Syukur banget Mbak Fitri memilikinya, it's awesome!
HapusBenar mba.. Saya pun terkadang demikian mba.. Nice Sharing mba :)
BalasHapusKaya itu ketika kita bersyukur atas apa yang telah kita terima dari Allah SWT :)
rodhiyatummardhiyah.bogspot.com
iya itu ya Mbak Mardhiyah, kita suka nggak sadar soal itu. Terima kasih sudah mampir kemari
Hapus