Unit Usaha Toko Koperasi Karyawan Indocement |
Berdasarkan
data yang dikeluarkan oleh The World
Co-operative Monitor 2016, ranking dan kapital indeks koperasi dunia masih
di dominasi oleh negara-negara barat utamanya utamanya Amerika dan Eropa.
Tercatat hanya empat negara dari Asia yang berhasil masuk ke dalamnya yaitu
Jepang, Korea, Singapura, dan India. Dari keempatnya hanya Korea dan Jepang
yang bisa menduduki posisi sepuluh besar. Korea di urutan keempat, sedangkan
Jepang menurun peringkatnya, dari posisi utama menjadi urutan kesepuluh. Sementara
Perancis berhasil mendudukkan tiga koperasinya di posisi 1, 7, dan 8, German berada di posisi ke-3 dan 9, disusul oleh
Amerika menduduki posisi ke-5 dan 6. Indonesia sendiri diwakili oleh Koperasi
Warga Semen Gresik, KOSPIN JASA, Koperasi Karyawan Indocement, Kopkar PT.
Pindodeli, dan Penabulu Jaya Bersama hanya masuk dalam daftar koperasi yang
dimonitor oleh lembaga tersebut.
Hal
ini seolah menunjukkan bahwa mewujudkan impian Bung Hatta menjadikan koperasi
sebagai soko guru perekonomian
Indonesia masih jauh dari harapan. Selain kontribusi terhadap PDB (Produk
domestik Bruto) kecil, koperasi juga belum mampu menunjukkan tajinya kala
krisis ekonomi melanda tahun 1997-1998. Saat itu justru UMKM yang mengambil
peran sebagai penyelamat. Sektor ini terbukti mampu bertahan dan mampu menyerap
tenaga kerja lebih banyak ketimbang sektor lainnya.
Pellervo Society, Biro Komunikasi Koperasi Finlandia |
Fakta
ini berbanding terbalik dengan kondisi di Eropa dimana koperasi justru menjadi
solusi saat krisis ekonomi melanda. Di Swedia, model bisnis jenis ini justru
unggul dibandingkan sektor lain. Keberadaan pelanggan yang sekaligus menjadi
anggota koperasi memberikan manfaat tersendiri. Keuntungan yang ada tidak diberikan
kepada pemegang saham, akan tetapi berputar di perusahaan tersebut dan
memberikan manfaat bagi semua orang disaat yang sama. Finlandia, yang dikenal
sebagai negara koperasi dunia karena 84% rakyatnya menjadi anggota koperasi,
sudah membuktikan sejak seabad silam bahwa koperasi mampu menjadi penopang bagi
penguatan ekonomi di negaranya meski tanpa dukungan dan campur tangan
pemerintah. Bahkan menjadi penyelamat saat terjadi keterpurukan ekonomi sebagai
imbas runtuhnya Uni Soviet di tahun 90-an.
Akan
tetapi hal tersebut tidak akan tercapai apabila pembangunan sumber daya manusia
diabaikan. Proses regenerasi harus terus-menerus dilakukan agar perkembangan
koperasi bisa memenuhi harapan. Kita tidak bisa menutup mata bahwa di Indonesia
proses regenerasi di bidang perkoperasian berjalan lambat. Pengurus yang ada
sekarang sudah menua dan akan segera memasuki masa pensiun. Jika hal ini tidak
segera diatasi maka, keinginan untuk menjadikan koperasi sebagai badan usaha
mumpuni akan tinggal kenangan.
Masalahnya,
berbisnis online jauh lebih memikat ketimbang mengembangkan koperasi bagi
generasi masa kini. Tidak mengherankan apabila tidak banyak pemuda yang
berminat untuk mengembangkannya. Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang
berbeda agar mereka mau terjun di sektor ini. Caranya dengan mengembangkan
bentuk pelatihan bisnis kewirausahaan berbasis koperasi. Dimana didalamnya para
pemuda dilatih untuk mengembangkan bisnis sesuai minatnya dengan menggunakan
koperasi sebagai wadah usaha sekaligus belajar bagaimana membentuk, mengurus,
dan mengembangkan koperasi yang didirikan. Disaat yang sama mereka juga belajar
menerapkan nilai-nilai dan prinsip koperasi secara langsung. Hal ini penting
karena selama ini banyak terjadi salah persepsi mengenai terbentuknya koperasi.
Koperasi bukan badan sosial dimana semua anggota masuk sekedar untuk mendapat
bantuan, akan tetapi organisasi ekonomi yang berwatak sosial. Dimana badan
usaha ini memerlukan seluruh keterlibatan anggotanya untuk berkembang. Bukan
dimanfaatkan sebagai alat politik atau
untuk memperkaya diri semata. Dengan demikian tumbuh kesadaran bagaimana
mengelola koperasi yang seharusnya di masa mendatang. Lalu bagaimana caranya? Dalam hal ini
pemerintah dan koperasi bisa bekerja sama dengan sekolah-sekolah di seluruh
Indonesia, untuk menyelenggarakan pelatihan wirausaha berbasis koperasi.
Proses
ini memang memerlukan waktu dan dana yang cukup besar. Akan tetapi, dalam
jangka panjang efeknya bisa dirasakan. Adanya pelatihan kewirausahaan berbasis
koperasi secara tidak langsung memberikan stimulus bagi pemuda untuk berwira
usaha dan menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan demikian, akan tercipta banyak
usaha lokal yang langsung memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Apabila hal terus berkelanjutan, maka tidak akan ada lagi ceritanya pemuda desa
pindah ke kota untuk mencari pekerjaan. Sebab usaha lokal sudah mampu menyerap
tenaga kerja yang cukup besar. Pada akhirnya, kekhawatiran soal siapa yang akan
memegang kendali koperasi di masa depan akan terpatahkan. Bibit-bibit muda yang
siap mengembangkan koperasi sesuai arus jaman sudah siap diterjukan.
Dengan sekali klik, bisa melakukan transaksibarang yang diinginkan lewat layanan digital. |
Hal
lain yang tidak kalah penting adalah bagaimana Pemerintah mendorong koperasi
untuk lebih mandiri. Tidak lagi bergantung permodalan dari pemerintah
sebagaimana koperasi di luar negeri. Secara perlahan pemerintah menggantikan
bantuan berupa modal menjadi bentuk pelatihan yang sesuai dengan perkembangan jaman,
semisal pengenalan IT. Hal ini perlu dilakukan agar koperasi tidak tertinggal,
terlebih di era digital dimana teknologi informasi menjadi andalan di segala
bidang. Karena mau tidak mau hadirnya teknologi sudah mengubah pola belanja
masyarakat. Orang-orang ingin yang
serba cepat, efisien, dan mudah. Dengan sekali klik, bisa melakukan transaksi
barang yang diinginkan lewat layanan digital. Respon yang cepat, mudahnya
mendapatkan informasi kualitas dan kuantitas produk menjadikan anggota koperasi
sekaligus pelanggan merasa senang. Ujung-ujungnya koperasi akan diuntungkan
karena loyalitas mereka akan membantu perkembangan organisasi ekonomi ini ke
depan.
sumber gambar
|
Satu
lagi yang tak bisa diabaikan jika terkait perkembangan teknologi yaitu pasar
yang terbuka pada generasi Z. Generasi yang dibesarkan dimana akses internet
terbuka lebar ini sangat familier dengan segala macam media sosial. You Tube, Twitter, Instagram adalah
media sosial yang kerap menjadi mereka gunakan. Oleh karena itu koperasi tak
boleh tinggal diam. Untuk menarik golongan ini koperasi juga harus aktif
menggunakan media sosial sebagai wahanan promosi. Tak sekadar mengunggah ala
kadar, konten harus menarik—lucu, seru, dan kekinian, terutama Instagram
sebagai media yang memiliki penggemar terbesar.
Kegemaran
generasi ini menonton video lewat You
Tube juga bisa dijadikan ajang pemasaran. Unggah konten yang mendorong
mereka untuk menarik dan mengasah minatnya, padu dengan produk yang hendak
diiklankan tanpa terlihat beriklan. Hal ini justru menarik bagi generai Z yang cenderung gemar mengekspolari segala
hal yang menjadi passion-nya.
Beriklan
lewat bintang-bintang You Tube lokal
juga bisa menjadi sarana untuk promosi berikutnya. Kegemaran mereka pada
bintang-bintang tersebut akan mendorong mereka menggunakan produk yang
disarankan ketimbang iklan di televisi nasional. Kegemaran berselancar generasi
Z juga bisa menjadi peluang berikutnya yang menggiurkan. Mereka gemar melakukan
penelusuran terlebih dahulu sebelum membeli suatu barang. Apabila mereka puas
dengan sendirinya akan menjadi mengiklankan produk tersebut tanpa pikir
panjang. Testimoni semacam ini bisa membentuk opini positif yang pada akhirnya
memberikan keuntungan pada produk yang dipasarkan.
Komentar
Posting Komentar