sumber gambar : https://pixabay.com/ |
Beberapa kali saya ngobrol dengan teman,
soal kekecewaan mereka pada teman lain yang susah sekali menjawab sapaan mereka
via BBM, Line, WA atau sosial media. Kalaupun dijawab biasanya lama.
“Jadi malas deh berteman
dengannya. Masa iya balas pesan gitu aja nggak bisa. Emang sesibuk apa sih
hidupnya? Lha wong aku yang sibuk ono, ini, anu, itu aja masih bisa kok balas
chat di BBM atau WA.”
Saya memahaminya kekecewaannya. Saya pun
pernah berpikir sama. Seorang teman yang tak membalas berarti tak lagi
perhatian sama kita. Dan itu menjengkelkan saya. Saya jadi berburuk sangka
padanya. Saya berpikir ia sudah
tak ingat lagi pada saya. Padahal dulu semasa lajang, segala hal dilakukan
dengan saya. Bahkan curhat masalahnya pun ke saya. Sekarang jangankan “say hi”, ketemu saja sulitnya minta
ampun. Teman macam apa itu?
Tetapi pemikiran itu berubah ketika
bertandang ke rumah seorang teman lainnya. Saya melihat bagaimana kesibukannya
sebagai ibu rumah tangga yang harus menjaga anak, sambil menyetrika, masak, dan
seabrek kegiatan lainnya. Bisa melongok ponsel dan membaca status
teman-temannya saja sudah menjadi barang langka dan berharga. Dan itu memang
diakui teman saya.
“Tak banyak waktu untuk sekedar membalas
pesan teman di WA, BBM, atau lainnya. Komentar di status teman pun sama.
Bayangkan saja, baru mau komentar eh anak minta ini, mau itu...sampai akhirnya
lupa membalas pesan.”
Saya tertawa. Pertama, karena tertohok.
Dua, karena saya merasa lucu dengan gayanya bercerita.
Pada akhirnya pengalaman itu membuat
mata saya terbuka. Kondisi masing-masing orang saat berumah tangga itu berbeda.
Tidak bisa disama rata. Ada yang meski sibuk
dengan anak dan keluarga, tapi masih bisa eksis di
sosial media dan melakukan hal-hal lainnya seperti nongkrong bareng teman di
kafe, atau justru ngobrol di BBM, Line, dan WA. Sebaliknya, sebagian lain tidak bisa. Kesibukan mengurus keluarga menyita waktunya,
sehingga tak punya waktu lagi melakukan kegiatan
ringan seperti membalas pesan yang masuk ke inbox-nya.
Memahami hal semacam ini membuat hati
jadi lebih ringan. Tidak lagi disesaki oleh prasangka yang bukan-bukan. Bukan
berarti yang tidak suka membalas pesan tidak perhatian. Saya acap menemukan,
teman-teman yang jarang nyetatus di sosial media, tidak pula menghubungi saya,
justru tahu seperti apa kondisi saya. Rupanya ia tetap membaca
status-status dan melihat gambar-gambar
yang saya pajang di media sosial. Bahkan ibu saya meninggal pun tahu, meski
nampaknya tidak terlihat di sosial media manapun juga. Biasanya ia baru
mengutarakan apa yang diketahuinya itu kala jumpa. Entah itu bentuk simpati
atau sekedar pertanyaan yang menanyakan segala kegiatan saya.
Jadi apakah teman yang jarang menjawab
pesan itu tidak perhatian?
Rasanya kita tidak perlu lagi
mempertanyakan. Toh, kita bukan cenayang yang sanggup membaca pikiran orang.
Yang perlu kita lakukan hanyalah berpikir sederhana, mungkin ia sedang sibuk
disana hingga tak sempat membalas pesan kita. Dengan demikian hati lebih ringan
dan kita pun dijauhkan dari prasangka.
Salam.
Alhamdulillah persahabatanku udah melewati fase ini mbak :))
BalasHapusAlhamdulillah, memang tidak ada persahabatan yang tanpa ujian ya?
HapusSetuju, Mbak. Jeuhkan dari prasangka bikin hati lebih tenang
BalasHapusBenar Mbak Mira, berprasangka akhirnya menggerus hati
Hapus