Dari kiri ke kanan : Konji, Zeke, Orly, dan Suki (credit IG : @upirocks) |
Membicarakan anak muda tak urung mengingatkan saya pada lagu lama
Bang Rhoma yang berjudul Darah Muda. Saya tak ingat keseluruhan liriknya
kecuali beberapa, salah satunya “Masa
muda masa yang berapi-api”. Kalimat ini memang pas menggambarkan kondisi
anak-anak ketika mulai menginjak usia remaja. Perubahan perilaku dan keberanian
mereka mencoba sesuatu terkadang mencemaskan. Agar anak-anak ini tak tersesat
jalan di rimba raya dunia, orang tua jelas melakukan perlindungan. Akan tetapi,
kerap kali caranya tak sejalan dengan pemikiran anak muda. Orang tua
menggunakan “kacamata lampau” untuk memahami anak muda. Sementara anak muda
merasa cara-cara itu sudah tak sejalan dengan realita. Tak pelak kondisi ini
memunculkan gap antara keduanya.
Kesenjangan semacam inilah yang
rupanya hendak ditangkap Upi, sutradara mumpuni yang sebelumnya berhasil
membesut film sebeken My Stupid Boss (2016), lewat film “My Generation”. Diperlukan
riset selama dua tahun sebelum benar-benar membuat film ini. Hal ini dilakukan
Oleh Upi semata untuk menunjukkan seperti apa realita generasi milenial
sesungguhnya. Bagaimana perilaku mereka kala bersosial media, apa yang kerap
mereka bicarakan, bahkan hingga tutur dan gaya bahasa yang digunakan. Tidak
heran kita akan mendapat para tokohnya berbicara menggunakan bahasa
campur-campur antara Indonesia dan Inggris kala berdialog, karena sejatinya
begitulah cara anak sekarang berkomunikasi. Utamanya di perkotaan.
Kisah film ini sendiri berpusat pada
empat tokoh remaja yaitu Orly (Alexandra Kosasie), Konji (Arya Vasco), Zeke
(Bryan Langelo), dan Suki (Lutesha). Dikisahkan
keempat anak muda ini memiliki pemikiran yang kritis. Mereka berani menyuarakan
protesnya terhadap orang tua, guru, dan sekolah lewat video buatan sendiri yang
kemudian menjadi viral di sekolah. Tak disangka, justru video ini ber-impact pada batalnya liburan mereka. Tetapi,
justru disini cerita bermula. Ada banyak kejadian dan petualangan mereka alami,
yang pada akhirnya memberikan sebuah pelajaran hidup tersendiri.
TRAILERNYA
NENDANG!
Dibuka dengan kalimat “Kenapa orang
tua menyebalkan!” trailer film ini berhasil membuat saya terpana. Meski hanya
dua menitan, tetapi saya bisa menangkap apa pesan-pesan yang hendak disuarakan
Orly, Zeke, Konji, dan Suki dalam film My
Generation. Tidak sekedar memberontak tetapi anak-anak ini mempertanyakan
bagaimana peran orang tua, guru, dan sekolah. Satu hal yang sesungguhnya juga
dipertanyakan oleh teman-teman sebaya mereka.
pemeran film My Generation minus Alexandra Kosasie : Lutesha, Arya Vasco, Bryan Langelo |
Bosan dikomplain terus-terusan,
dicurigai dan dicap tanpa dasar, terlalu dikekang, dipaksa menjadi seseorang
yang bukan diri mereka—adalah faktor-faktor yang mendorong keempat anak muda
itu angkat suara. Mereka ingin dilihat sebagaimana mereka, bukan robot atau
peliharaan yang bisa diatur-atur seenaknya oleh orang tua hanya demi memenuhi
ambisi semata.
Sebaliknya orang tua, merasa apa
yang dilakukan dan diputuskan untuk anak-anak mereka sudah seharusnya dipatuhi.
Bagaimanapun juga ini demi kepentingan anak-anak sendiri agar bisa menjadi
orang sukses di masa depan.
Pada akhirnya menonton trailer ini
menggiring kita untuk bertanya secara kritis pada diri sendiri ,”Sudah benarkah
cara kita menyikapi tingkah anak-anak atau keponakan kita selama ini?
Jangan-jangan kita telah salah memberikan penilaian? Sebab kita hanya melihat
mereka dari kulit luar, enggan menelisik lebih dalam.”
Jika memang benar demikian, rasanya
memang kita harus mulai mengubah sudut pandang. Bagaimanapun juga kita, orang
tua, bukan mahkluk sempurna. Kita kerap tak bisa berpikir jernih saat masalah dengan
anak menyala-nyala di depan kita. Alih-alih menunjukkan rasa sayang, justru
yang terbaca oleh anak-anak adalah kebencian akibat sikap otoriter dan proteksi
yang kelewat ketat. Nah, lho! Repot ‘kan?
Meniliki gentingnya situasi ini tak
salah jika kemudian kita berandai-andai ada sekolah khusus bagaimana menjadi
orang tua. Sehingga kita sudah memiliki ilmu yang pantas untuk menghadapi
anak-anak saat masanya tiba. Sayangnya sekolah semacam itu tak ada. Kitalah
yang harus mencari sendiri dimana ilmunya lewat berbagai kejadian yang kita
temui tiap hari, pengalaman hidup orang lain, buku, atau mungkin film seperti My Generation yang bakal tayang tanggal
9 Nopember nanti.
pemain senior yang ikut mendukung film : Joko Anwar, Surya Saputra, dan Aida Nurmala |
And
finally...saya hanya ingin bilang, terlepas dari segi fashion dua tokoh utama perempuannya yang (mungkin akan) membuat
orang tua mengerutkan keningnya dalam-dalam—film yang digawangi oleh
aktor-aktris kawakan seperti Tio Pakusodewo, Surya Saputra, Indah Kalalo, Aida
Nurmala, Ira Wibowo, Joko Anwar, dan Karina Suwandi ini layak dijadikan
tontonan. Pesan-pesannya layak kita pikir dan renungkan. Bahkan bisa jadi bahan
diskusi hangat antara anak dan orang tua atau justru tante/om dengan keponakan
selepas menontonnya, agar kita bisa lebih memahami pola pikir mereka. So, jangan sampai kelewat ya? Catat
tanggalnya, 9 Nopember 2017.
Oh, ya biar
lebih mantep tonton dulu trailer film My Generation ini :
remaja dan lika likunya mungkin tergambar di film ini
BalasHapusbikin penasaran aslik deh film ini
BalasHapusAku pribadi gak sabar loh buat menyaksikan film karya UPI yang satu ini, pengen tahu 'sentilan' apalagi yang mau dikasih ke masyarakat. Hehe
BalasHapusTontonan yang mau berubah
BalasHapusYeaah, jangankan remaja ya. Saya aja yg udah hampir kepala 3 kalau dicap, dibanding-bandingkan apalagi dicurigai, juga gak suka. Gimana mereka.
BalasHapusFilm ini tentunya akan mengupas masa remaja yg penuh liku-likunya.
Set the date
BalasHapusMemang aps sekali lagu Bang Rhoma itu, Mbak Afin.
BalasHapus"Darah Muda, darahnya para remaja."
Jadi memang dari zaman dulu, menunjukkan masa remaja itu penuh "gejolak" ya, Mbak Afin. Jadi orang tua harus terus memantau perkembangan anak.
Seru nih film. Masa remaja memang selalu menarik buat dibahas ya. Nggak ada habisnya
BalasHapusjadi pengen nonton... apa sih mau kids jaman now
BalasHapusterkadang hrus bercermin, mngkin cara penyampaian kita yg salah..Terlalu judge mreka bukan pilihan yg baik.
BalasHapusAku ga sabar mau nonton nih film. Pgn belajar lg supaya hubungan dgn anak2 bisa tetep deket dan terbuka. Ga pgn kyk aku dulu, yg terlalu didik dengan cara militer ama papa. Makanya jujur aja, hubunganku ama ortu ga bisa deket, ya krn pendidikan terlalu keras itu. Aku jd diam2 ngelawan, bohong, ga mau terbuka, dan justru seneng bgt pas hrs sekolah di tempat yg jauh dr ortu :D. Berasa bebas
BalasHapusAnak zaman now lebih banyak konfliknya. Jadi tontonan wajib ortu anak biar bs saling memahami
BalasHapusBetul banget. Trailer-nya nendang. ��
BalasHapusBisa banget milih kalimat itu untuk jadi pembuka.
Dari trailernya sepertinya film mewakili kid jaman now.
BalasHapusGak sabar pengen lihat
Penerimaan mungkin kata yang tepat pembelajaran yang di suguhkan film ini.
BalasHapus