Februari silam ...
"Fin, kamu besok ikut main Oplosan
(red. nama talkshow di sebuah televisi lokal, Banyuwangi
TV) ya," kata Mas Faisal, waktu ketemu saya di Rumah Baca Sahabat Kecil.
Jreeng! Ha, saya kok disuruh berakting.
Mana bisa? Sekalinya saya nampil di depan orang banyak (sok) nge-drama itu ya
bersama Maliki dan Widhi di acara ISL (inspirasi Sekolah Literasi) 2017
Desember silam. Selain itu mana pernah. Tapi, nggak apa-apalah ini acaranya kan
tujuannya untuk pendidikan. Kalaupun nanti gagal, paling kedepannya tidak
dimainkan. Pikir saya sambil mikir adegan yang mungkin saya mainkan. Yah,
paling figuran. Pikir saya tenang.
"Kamu main jadi TKI yang baru pulang
ke Indonesia ," kata Mas Faisal sambil menjelaskan seperti apa saya harus
tampil nanti yakni kudu bling-bling, cetar, dan gaya.
Mbokneee! Secara saya ini tampilan
sehari-hari 'kan tomboy. Baju seadanya, sandal jepit, jilbab, dan tanpa bedak
pula. Pernik-pernik yang "cewek banget" saya nggak punya. Saya punya
rok, tetapi nggak cocok untuk gambaran Markonah itu.
Terpaksa saya ke mal (heleeh, kok mal?
swalayan hai ...) beli baju baru untuk
acara itu.
Karena sehari sebelumnya saya harus ikut
acara Kelas Relawan di Margomulyo, maka persiapan pun seadanya. Saya pikir
masih bisa pulang, ternyata langsung bablas ke Singojuruh. Jadi bisa
dibayangkan, dari Margomulyo saya hanya bawa tas ransel isi baju yang kemarin
dipakai, peralatan mandi, dan sandal japit. Untungnya kostum untuk bermain
peran sudah masuk tas, kalau tidak bisa dibayangkan seperti apa mumetnya.
sumber gambar : koleksi pribadi |
Tiba di tempat, muka saya yang sudah cakep
ini (hak preet!) langsung dipermak oleh Mbak Ayoel menjadi lebih cakep lagi. Kostumnya pun
ganti, tetapi hanya bagian atas saja. Yang bawah tidak, wong saya tidak membawa
baju lainnya.
Wis, singkat kata begitu selesai dipoles,
Afin Yulia hilang. Saya menjelma menjadi Markonah alias Marisa, si TKI yang
super gaya itu.
Di sinilah masalah mulai terjadi. Markonah
ini kan harus tampil sebagai OKB, padahal aksesoris tak mendukung sama sekali.
Tidak ada perhiasan bling-bling, sepatu high
heel, atau tas jinjing kecil dengan permata yang tersebar di mana-mana. Ya,
sudah cuma dandannya saja yang menor (sampai sampai lupa itu wajah siapa begitu
ngaca saudara), lainnya asal. Sepatu yang dipakai adalah sepatu bertali yang
agak bulukan karena tidak dicuci, tasnya pinjam Mbak-Mbak Karang Taruna
Singojuruh. Kacamata dipinjami juga
oleh Mbak Faradina Rachmi. Haduuh, pokoknya semua serba
pinjaman.
Soal skrip jangan tanya. Kami tampil tanpa
skrip dan langsung diarahkan sutradara merangkap pemain (Mas Faisal).
Jadi, begitu waktunya saya tampil, Mas
Faisal akan memberikan arahan apa yang harus saya lakukan.
Singkat kata saya melaksanakan tugas
sebagai Markonah a.k.a Marisa sesuai interpretasi saya-omongnya banyak dan suka
pamer.
sumber gambar : Emy Lestari |
Sial, karena tubuh saya begitu semampai,
saat berakting disamping pagar pendopo yang digunakan Pak Camat Singojuruh dan
Lurah Kalang Kabut (Mas Faisal), tak kelihatan. Untung ada bangku tepat
disamping pagar. Jadi saya nangkring di situ dengan bertumpu pada kedua lutut
saya agar tampak di kamera. Wis, wis ... kacau!
Lalu bagaimana hasilnya?
Begitu jadi saya tutup muka. Baru tahu,
jika di Oplosan episode 4 yang berjudul "PRASASTI, PEMUDA DESA YANG
MENGHIDUPKAN KEARIFAN LOKAL" itu saya bisa tampil gila. Pantas, setiap
selesai take adegan teman-teman tertawa.
Mau lihat Markonah a.k.a Marisa? Sini,
kemari ... tampilan berikut ini.
Nah, sesi berikutnya saya tampil juga di
sini :
Dan gara-gara Oplosan ini, untuk sesaat
nama asli saya dilupakan. Ganti dengan nama
"Markonah a.k.a Marisa", mbakyu-mbakyu TKI yang gayanya sundul
langit.
Salam.
wah seru tampaknya
BalasHapusHahaha, iya mbak Tira.
HapusHahahahha... Natural loooh mba aktingmu :D. Ga kliatan baru tampil .. Bagus juga ya ada acara begini. Aku jd inget pas masih suka nonton tvri :). Acara2 lokal begini aku suka nontonnya. Lbh berisi drpd acara2 tv skr
BalasHapusHwikikiki, abis acara ini namaku langsung ganti jadi Markonah.
Hapus