Belum sanggup menulis buku sendiri? Tentu saja bisa diakali
dengan mengajak penulis lain berkolaborasi. Seperti halnya ketika penyanyi
berduet menyanyikan lagu, penulis pun bisa melakukannya. Dan ini jamak
dilaksanakan oleh banyak penulis. Jadi kenapa tidak dicoba saja?
Lalu apa yang diperlukan agar kolaborasi berjalan lancar?
Berdasarkan pengalaman saya menulis tiga novel bersama kedua
kawan saya, Tya dan Fitri, memang ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
seperti :
1. Kesamaan genre tulisan
Ini penting agar tulisan tidak njomplang. Rasanya pasti
janggal jika satu tulisan terlalu ngocol, lainnya teramat nyastra. Kalaupun
masing-masing berbeda gaya asal saling bisa menyesuaikan tak apa.
2. Perencanaan matang
Tanpa perencanaan matang, maka penulis akan kerepotan. Dalam
perencanaan ini meliputi pembuatan outline, tenggat waktu, bagaimana proses
pengerjaannya. Apakah dilakukan secara estafet atau dibagi dua. Artian dibagi
dua adalah dari dua belas bab yang direncanakan, penulis A menulis bab 1-6
sedangkan penulis B menulis bab 7-12.
Ketika penulis berkomitmen penuh pada draft perencanaan itu
niscaya novel atau buku yang dikerjakan akan selesai pada waktunya. Tidak ada
yang malas-malasan atau justru lalai melakoni tanggung jawab yang sudah
diiyakannya.
Akan tetapi, kenyataannya proses nulis duet itu tidak
segampang yang dikatakan. Meski awalnya sudah menyatakan kesanggupan, namun di
tengah jalan bisa jadi melempem, tidak kunjung menyelesaikan bagiannya.
Jika begini bisa dipastikan tenggat waktu akan molor. Jika
semula direncanakan sebulan, bisa berubah menjadi dua bulan. Bahkan bisa lebih
lagi.
Efeknya penulis yang sudah menyelesaikan tenggang waktu akan
jadi patah semangat. Merasa bahwa usahanya menepati komitmen tidak dihargai.
Terlebih ketika si penulis satunya sudah diingatkan berkali-kali. Waduh, alamat
pecah kongsi kalau begini.
Beberapa penulis pernah mengeluhkan soal ini. Memang tidak
terucapkan di permukaan, tetapi tetap saja menyisakan ketidaknyamanan.
Lalu apa sih yang biasanya yang jadi kendala kok bisa begini?
Alasan yang umum terjadi adalah :
1. Sibuk
Kesibukan kerja atau kuliah yang padat bisa jadi kendala
untuk menyelesaikan tulisan.
2. Penulis memiliki proyek lain
Misalnya sedang menulis untuk lomba menulis novel atau justru
sedang kolaborasi dengan lainnya. Karena tidak sanggup mengerjakan dua-duanya
akhirnya salah satu harus dikorbankan.
3. Gemar menunda waktu
Wah, yang model begini ini yang bikin ilfil. Kedua alasan di
atas saja sudah bikin jengkel apalagi ini. Sudah jelas ada waktu, tinggal nulis
dan menyelesaikan sesuai target. Akan tetapi, tidak dilakukan karena senangnya
tarsok alias ntar besok.
Maka penting sekali membahas soal waktu dan kesanggupan
menulis sesuai target antara masing-masing pihak yang hendak berkolaborasi.
Sebab kecepatan menulis tiap penulis itu tidak sama. Ada yang sekali duduk bisa
dapat sepuluh halaman. Ada yang perlu lebih dari sekali duduk agar bisa
menyamai jumlah halamannya. Antisipasi jika
salah satu keteteran mengikuti gerak cepat kawan tandem menulisnya di
tengah perjalanan menyelesaikan si novel.
Dan satu lagi yang tidak kalah penting, kenali sifat
tandem menulis kita sedari mula. Biasanya ini terjadi jika kita sudah kenal
lama. Dengan demikian kita sudah paham benar apa, siapa, dan bagaimana
dia. Namun bukan berarti ini juga
menjamin suksesnya kolaborasi. Yang namanya kendala bisa muncul kapan saja. Jadi
yang paling utama ya komitmen pada kesepakatan yang sudah disetujui. Jika tidak
ya bubye.
Iyaaa bangeeet
BalasHapusMbak Shab, terima kasih sudah mampir. Jangankan duet, bahkan nulis sendiri pun sering gagal komitmen hwahahah.
HapusWah tulisan ini jadi mengingatkan saya juga, untuk segera menyelesaikan nulis buku antologi saya. Terima kasih mba. Soalnya btuh semangat nulis nih ama komitmen
BalasHapusSama-sama, Mbak Yeni. Semoga lancar nulisnya ya. Semangat!
HapusSepertinya tulisan ini bakalan jadi masukan saya karna ada temen yang ngajakin duet. Mksh mbak..
BalasHapusSama-sama Mbak Titik.
Hapusbutuh kekuatan untuk terus konsisten ya
BalasHapusBener, Mbak Tira. Tanpa itu wah, melihat outline dan banyaknya bab bisa ucing.
Hapuskomitman antara 2 org yg berkolaborasi perlu direview ulang sepertinya , colab begini ga jarang menghasilkan konflik juga lho
BalasHapusBetul, Mas. Soal pembagian bayaran misalnya. Maka, memang dari awal dua orang ini sudah harus membicarakan detil perkara tersebut dan hal-hal penting lainnya. Jika tidak, bisa mutung dan akhirnya musuhan.
Hapus