Kerja Sama Ayah dan Ibu Berperan Penting Menyukseskan Pencegahan Stunting


 Menjalani kehidupan sebagai orang tua baru merupakan tantangan tersendiri bagi pasangan muda—Wawan dan Elok—yang menikah Juli tahun lalu. Hal tersebut dimulai ketika Elok dinyatakan hamil anak pertama. Meski sudah memiliki gambaran sebelumnya, ternyata kehamilan pertama ini tidak semudah yang disangka. Trimester awal adalah masa terberat baginya. Tidak hanya mual dan muntah, Elok juga harus bed rest karena kandungannya lemah.
“Sebelum tahu hamil, saya baik-baik saja. Tapi, ketika tahu hamil wuu ... itu makanan jarang ada yang masuk dalam perut ya ternyata. Banyak sekali yang keluar,”  kenangnya jenaka.
Bila menuruti egoisme semata, ia akan mengikuti apa kata tubuhnya, menolak setiap makanan yang masuk lewat mulut. Toh, setiap kali makanan masuk akhirnya dimuntahkan juga. Namun Elok tak menyerah. Sebisa mungkin ia menjaga nutrisi bagi si bayi walau dalam keadaan payah. Hal itu dilakukan bukan tanpa sebab. Ia ingin bayinya sehat, tidak mengalami stunting (pendek/kekerdilan). Efek  stunting tak bisa dianggap enteng. Tidak hanya soal kerdilnya badan, namun stunting bisa mengganggu perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme tubuh. Dalam jangka panjang akan menurunkan kekebalan tubuh, kognitif dan prestasi belajar, menderita penyakit degeneratif dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif karena rendahnya produktivitas ekonomi.


sumber gambar : www.sehatnegeriku.kemkes.go.id


 Dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak disebutkan bahwa pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek). Sementara menurut WHO-MGRS (Multicentre Growth Referenci Study), stunting adalah keadaan tubuh yang sangat pendek, dilihat dengan standar baku WHO-MGRS. Adapun penyebabnya adalah kesalahan pada pola makan, pola asuh, serta rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih.
 Untuk mengatasinya ada beberapa hal yang Elok lakukan sebelum bayinya lahir hingga berusia 5,5 bulan :
1. Menjaga asupan makanan bergizi selama masa kehamilan hingga bayi lahir
Sebagai ibu, Elok berupaya memenuhi asupan gizi yang diperlukan dengan makanan yang beragam dan komposisi yang berimbang. Tidak harus mahal, yang penting kecukupan gizi bagi ibu dan bayi terpenuhi. Tidak lupa konsumsi suplemen penambah darah selama masa kehamilan. Karena anemia akibat defisiensi zat besi akan mempengaruhi tumbuh kembang bayi selama dalam kandungan maupun sesudahnya.
2. Lakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dan pemberian ASI eksklusif selama enam bulan
IMD dan pemberian ASI eksklusif memiliki peranan penting untuk mencegah terjadinya stunting pada bayi. Bukan hanya stunting, ASI juga punya andil dalam penurunan obesitas dan penyakit kronis di masa datang. Tidak ada pemberian makanan lain selain ASI hingga periode ini berakhir, tepatnya saat sang bayi berusia 6 bulan.
3. Pemberian MP-ASI yang memenuhi kebutuhan gizi harian bayi
Khusus untuk ini baru dilakukan setelah masa menyusui eksklusif berakhir yakni ketika usia bayi mencapai 6 bulan. Meskipun si bayi menampakkan tanda siap dikenalkan dengan MP-ASI—sudah mampu duduk tegak dan menegakkan kepalanya, sudah mau membuka mulut bila didekatkan dengan sendok serta tertarik dengan makanan yang dimakan orang dewasa-hal tersebut belum dilakukan. Dikhawatirkan jika memberi MP-ASI sebelum waktunya, lambung dan pencernaan bayi belum siap.
4. Memantau perkembangan bayinya lewat posyandu
Hal ini dilakukan untuk mengetahui pertambahan berat dan panjangnya. Dengan demikian ibu bisa lebih cepat mengetahui jika si bayi mengalami gangguan pertumbuhan.
5. Menjaga pola hidup bersih dan sehat
Lingkungan yang bersih dan sehat mampu mencegah serangan berbagai kuman penyakit penyebab infeksi pada anak. Seringnya mengalami infeksi membuat gizi sulit diserap karena energi untuk tumbuh lebih banyak digunakan untuk melawan infeksi tersebut. Akibatnya tumbuh kembang anak pun terganggu. Contoh sederhana pola hidup bersih dan sehat adalah mencuci tangan sebelum makan, hendak memegang bayi, sebelum menyusui, juga setelah buang air besar dan kecil.
            Kelima hal yang dilakukan Elok tersebut  sejalan dengan upaya intervensi gizi spesifik yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan yang difokuskan pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan).
Ayah Turut Berperan Mencegah Stunting Sejak Dini
Selama masa kehamilan, ibu tidak dibiarkan sendirian. Ayah turut berperan dalam menjaga kesehatan ibu sedari hamil hingga melahirkan. Ayah (Wawan) memberi dukungan penuh terhadap ibu, dalam hal ini Elok, agar tetap nyaman selama mengandung janinnya. Ayah tidak segan mengantar ibu periksa kehamilan. Memberikan semangat dan memperhatikan kecukupan gizi ibuselama itu bed rest di trimester awal. Terus memberi dorongan agar ibu mau mengasup nutrisi baik demi kesehatan janin dalam kandungan. Hal ini berlangsung hingga ibu berhasil melampaui trimester pertama hingga trimester kedua dan ketiga.

            Saat berjauhan, karena ayah bekerja di luar kota sejak usia kandungan ibu mencapai tujuh bulan, komunikasi tak pernah absen dilakukan. Wawan selaku ayah, tak pernah lupa menanyakan bagaimana perkembangan janinnya. Rajin mengirimkan screenshoot artikel-artikel yang dibacanya terkait tumbuh kembang janin serta kesehatan ibu dan anak. Tidak bosan mengingatkan ibu agar selalu makan makanan bergizi dan menjauhkan diri dari makanan yang tidak sepatutnya dikonsumsi demi kesehatan. Contohnya mie atau makanan lain yang serba instan. Hal tersebut tak putus dilakukan hingga janin dilahirkan. Sewaktu ibu mengalami KPD (ketuban pecah dini) komunikasi juga berlangsung terus. Perkembangan ibu terus dipantau sampai mendekati waktu melahirkan. Setelah bayi lahir dan ibu mulai menyusui dukungan ayah tidak berkurang. Meski secara fisik berjauhan ayah tetap hadir, mendampingi ibu menjalankan program ASI eksklusif selama enam bulan. Ayah tidak segan menanyakan apa kebutuhan ibu agar ASI-nya lancar, seperti pekan-pekan awal ketika ASI Ibu belum lancar dan terpaksa dibantu susu formula. Suplemen penunjang dan nutrisi ibu sangat diperhatikan. Hal tersebut dilakukan demi lancarnya progam ASI eksklusif selama enam bulan. Ayah sadar bahwa  tidak ada makanan lain yang terbaik selain ASI.
            Jika akhir pekan, saat ayah pulang, ayah tak segan membantu ibu untuk mengurus anak. Meskipun tidak bisa seluwes ibu, ayah  bisa menggendong, memberikan susu botol hasil pumping sang ibu, hingga mengajaknya bermain. Ayah juga tidak keberatan memasak jika ibu kerepotan mengurus bayinya.
            Tidak hanya dari ayah saja, ibu (Elok) juga mendapat dukungan dari keluarga dekat. Sebagai ibu baru ia banyak mendapat bantuan berupa informasi dari mulai persoalan ASI hingga bagaimana mengurus bayi. Dukungan interpersonal semacam ini membuat ibu merasa diperhatikan, dicintai, serta bernilai. Alhasil ibu nyaman menjalani hari-harinya, terutama dalam upayanya mencegah stunting sejak dini, karena tahu ada dukungan sosial yang kuat dibelakangnya.
Memang, jika dirunut ke belakang, perjalanan pencegahan stunting yang dilakukan pasangan muda ini masih panjang. Apa yang dilakukan Elok dan Wawan dalam mencegah stunting pada sang buah hati baru mencapai pertengahan. Akan tetapi dengan kerja sama semacam ini, upaya pencegahan stunting selama 1000 (Hari Pertama Kehidupan)—yang meliputi 270 hari selama masa kehamilan dan 730 hari setelah melahirkan—akan berjalan sebagaimana yang diharapkan. 
Sumber gambar : www.sehatnegeriku.kemkes.go.id
 Dengan demikian harapan Presiden Jokowi agar anak Indonesia jangan sampai stunting tercapai. Tidak hanya itu saja, sasaran dari Program Indonesia Sehat yaitu meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat pun terlaksana, berkat kesadaran orang tua bahu-membahu dan bekerja sama memperhatikan kecukupan gizi serta tumbuh kembang bayinya.







Komentar

  1. Anak-anak saya semua imunisasi dasar. Alhamdulillah sehat dan tumbuh normal

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mbak, imunisasi dasar memang penting. Ibarat payung buat si kecil.

      Hapus
  2. semoga angka nya terus berkurang kasusnya ya di indonesia..kasian

    BalasHapus

Posting Komentar