Masa
sudah berganti. Permainan tradisional yang dulu saya kenal gaungnya sudah mulai
menghilang kini. Kegembiraan bocah memainkan permainan anak seperti jaman saya
kecil dulu sulit ditemukan. Ketimbang keluar rumah dan bermain di bawah
hangatnya matahari, kanak-kanak di era digital lebih mengakrabi permainan yang
disajikan lewat komputer, tablet, atau ponsel pintar.
Jika
terus demikian, maka tak heran bila kemudian permainan tradisional tinggal
kenangan. Sayang bukan? Padahal permainan tradisional banyak memberikan manfaat
positif seperti :
1. Belajar
mencoba hal-hal yang berbau kekuatan dan kecakapan
Yang tergolong dalam permainan
jenis ini adalah gobak sodor, enthik, bentengan. Tak hanya butuh kekuatan tubuh
tetapi juga kecakapan dan strategi agar
seseorang bisa memenangkan permainan.
2. Melatih
panca indra
Contohnya : gatheng, dakon,
layangan, delikan (petak umpet), kelereng, dampar. Dengan permainan ini anak
diajak meraba, memperkirakan jarak, melatih indra penglihatan dan pendengaran
sekaligus menghitung bilangan
3. Melatih
kemampuan berpikir dan berbahasa
Contohnya adalah permainan
melontarkan teka-teki seperti kanak-kanak masa dulu sewaktu melantukan lagu
Bapak Pucuk atau Pong Pong Bolong. Didalam lagu ini tersirat petunjuk yang
harus ditebak oleh anak-anak, yang pada akhirnya membantu mereka melatih
kemampuan berpikir dan berbahasa.
4. Melatih
kemampuan dalam gerak dan lagu
Jamuran, cublak-cublak suweng,
kidang talun, dan ilir-ilir tergolong permainan yang mengajak anak-anak untuk
berlagu sambil menggerakkan badan. Efeknya tak hanya menguasai lagu, tetapi
juga belajar menyesuaikan gerakan tubuh dengan teman. Seru kan?
Lalu
apa sajakah permainan tradisional yang jarang dimainkan anan-anak jaman
sekarang? Berikut ini daftarnya :
1. JAMURAN
Jamuran
umumnya dimainkan waktu sore hari atau kala bulan purnama tiba. Tidak butuh peralatan macam-macam, hanya perlu halaman luas.
Yang memainkan permainan ini bisa laki-laki, perempuan, atau campuran yang
usianya tak lebih dari 13 tahun.
Cara
mainnya sederhana, sejumlah anak (taruhlah 12 orang anak) akan melakukan
hompimpah untuk menentukan siapa yang kalah. Pihak yang kalah inilah yang akan
jadi dan ditaruh di tengah. Sementara itu sisanya akan membuat barisan
melingkar, memutari bocah yang ada di tengah sembari nembang Jamuran yang diakhiri dengan kalimat tanya “sira badhe jamur apa (kamu tebak jamur
apa)?” lalu serentak berhenti.
Disaat
inilah bocah yang jadi akan menjawab pertanyaan tadi. Misal dia menjawab “Jamur
Macan”, maka kesebelas bocah lainnya akan meniru tindak-tanduk macan. Jika ada
salah satu yang gagal, maka dialah yang akan jadi dan menggantikan posisi bocah
yang ada di tengah tadi. Begitu seterusnya.
Mau
tahu bagaimana Tembang Jamuran itu? Nah, begini bunyinya :
Jamuran
ya gege thok
Jamur
apa ya gege thok
Jamur
gajih mbejijih sak ara-ara
Sira
badhe jamur apa?
2. Bentengan
Bentengan
atau jek-jekan, begitu anak-anak di daerah saya menyebutnya, merupakan permainan yang bisa dimainkan kapan
saja. Terbagi atas dua grup yang terdiri dari 4 atau lebih kanak-kanak. Masing-masing
grup kemudian memilih tempat untuk dijadikan benteng atau markas. Bisa tiang,
batu, pilar, bahkan batang pohon di sudut halaman.
Untuk
memenangkan permainan ini biasanya dengan dua cara. Pertama, adu cepat
mengambil alih tiang atau pilar yang dijadikan markas pihak lawan. Caranya dengan
menyentuh tiang atau pilar itu sembari menyerukan “benteeng!” atau “jeeek!”. Atau
kedua, menawan seluruh anggota grup lawan dengan jalan menyentuh anggota tubuh
mereka.
Lalu
bagaimana cara mengetahui siapa yang berhak menjadi penawan dan tertawan?
Biasanya
anak yang paling dekat waktunya kala menyentuh benteng (bentengnya sendiri)
berhak menjadi penawan. Ia bisa mengejar anggota lawan, menyentuh, lalu
menggiring si tawanan dan menempatkan mereka disekitar bentengnya. Tawanan bisa
bebas apabila salah seorang rekannya bisa menyentuh anggota tubuh si tertawan,
misal tangannya. Oleh karena itu biasanya si tertawan akan berdiri sambil
menjulurkan tangan agar mudah tersentuh oleh rekan yang hendak menyelamatkan
dirinya.
Dalam
permainan ini masing-masing anggota grup memiliki tugas sendiri-sendiri. Ada
yang bertugas sebagai penyerang, pengganggu, penjaga, bahkan mata-mata. Agar
bisa memenangkan permainan diperlukan taktik jitu dan didukung oleh kecepatan
lari yang bisa diandalkan.
3. Dampar
weeits, lempar batunya! |
Permainan
sederhana, tetapi seru di masanya. Dimainkan sedikitnya empat orang, yang
terbagi dalam dua kelompok. Sebelumnya,masing-masing anak akan melakukan
hompimpah atau suit, untuk menentukan siapa kawan atau lawan. Jika sudah
terbentuk kelompok, seorang dari mereka akan maju dan mewakili kawan-kawannya
untuk melakukan suit kembali. Pihak yang kalah akan menata batu di tempat yang
sudah disetujui. Sementara yang menang akan bergiliran memukul batu-batu yang
disusun berjajar tadi hingga berjatuhan. Kurang lebih seperti permainan
bowling. Bedanya dalam permainan bowling menggunakan bola khusus yang
digelindingkan untuk menjatuhkan pin, dalam dampar yang dipakai adalah batu yang
menjadi gacoan si pemain.
Caranya
yaitu dengan menjepit batu diantara punggung kaki dan kaki, lalu melemparkan
batu dari jarak + 5meter. Jika batu yang dipukul atau dilempar melenting
jauh, maka si pemain akan mendapat nilai paling tinggi. Sebaliknya bila batu
yang dilempar masih disekitar susunan batu semula atau bahkan menempel, si
pemain akan mendapat hukuman yaitu tidak boleh bermain sampai ada rekannya yang
membebaskan. Begitu seterusnya.
4. Enthik
Permainan
ini juga melibatkan dua kelompok untuk bermain. Peralatan yang digunakan
sederhana yaitu dua bilah kayu. Yang satu yang berukuran + 30cm dan
lainnya lebih kecil, + 15cm.
Cara
bermainnya, mula-mula buat lubang berbentuk persegi panjang. Letakkan potongan
kayu yang lebih kecil di dalamnya, lalu pukul menggunakan kayu yang lebih
panjang. Dilanjutkan dengan akan memukul kayu kecil tadi sejauh-jauhnya. Pemain
akan terus memukul satu waktu pukulannya meleset dan gagal. Bila ini terjadi,
maka rekan yang lain akan meneruskan. Hal itu diulangi terus sampai tiba
giliran orang terakhir. Begitu selesai, para pemain lawan akan menggendong
pihak yang menang sebagai hadiah. Jarak menggendongnya tergantung seberapa jauh
kayu kecil tadi terlempar dari lubang tempatnya diletakkan di awal. Semakin
jauh, maka semakin menyenangkan untuk pemenang. Sebaliknya, yang kalah akan
cengar-cengir kelelahan.
5. Dor-doran
Menggunakan
bambu sebagai senjata dan peluru dari kertas atau kembang jambu, permainan ini
menjadi kegemaran banyak kanak-kanak di jaman saya. Permainan ini umumnya
dimainkan oleh bocah laki-laki. Meski begitu bocah perempuan pun juga kerap
memainkan permainan ini. Terbagi menjadi dua kelompok, para pemain dor-doran
biasanya meniru cerita perang atau adegan tempur antara penjahat dan polisi.
Berikut
ini adalah 4 langkah membuat senjata dari bambu
untuk permainan dor-doran:
1. Siapkan
bambu berdiamater kecil (1-1,5 cm) dengan panjang 20-30 cm, usahakan bambu
sudah cukup tua sehingga tidak mudah pecah saat dipotong atau digergaji.
2. Potong
bambu jadi dua,bagian pangkal sebagai penyodok dan dan ujung sebagai laras. Biasanya
bagian pangkal berukuran 1/3 dari panjang bambu, sementara laras 2/3-nya.
3. Untuk
penyodok, ambilah sebilah bambu lalu raut membentuk lidi panjang, usahakan
ukurannya sesuai dengan pangkal dan laras.
4. Siapkan
kembang jambu (mimis dalam bahasa Jawa) atau kertas yang sudah dibasahi dan
dibentuk bulat-bulat kecil mirip peluru sebagai amunisi.
Cara mainnya, ambil mimis atau
peluru kertas pertama lalu masukkan dalam bambu. Kemudian sorong dengan
penyodok hingga ke ujung laras. Masukkan amunisi kedua, tekan dengan keras dan
sekejap kemudian peluru pun terlontar menuju sasaran. Plethok...aw!
6. Sepak
Tekong
nah, kan jadi lagi deeh... |
Permainan satu ini memang mirip
dengan delikan (petak umpet). Tetapi,
ada perbedaannya yaitu dalam petak umpet tidak diperlukan bola dan kreweng.
Caranya bermainnya, sekumpulan anak akan melakukan hompimpah sampai tersisa dua
orang. Untuk menentukan siapa yang jaga, dua orang tersebut lantas bersuit.
Yang menang akan ikut main, yang kalah akan jaga. Tiap-tiap pemain lalu mencari
kreweng (pecahan genting) yang kemudian ditaruh di dalam sebuah lingkaran dan
disusun meninggi. Senyampang menyusun kreweng, pemain yang jaga akan menghitung
sampai sepuluh. Tentu saja, sebelum hitungan mencapai angka sepuluh pemain lain
bergegas mencari tempat persembunyian. Sembunyi yang rapi, biar yang jaga tidak
bisa mencari.
Jika sampai ketahuan, maka si
penjaga akan menyebut nama orang itu dan si pemain pun harus keluar dari tempat
persembunyiannya. Dan begitu seterusnya. Eits, tapi hati-hati! Penjaga tak
boleh lengah sama sekali. Jika sampai ia lengah, siallah nasibnya. Seseorang
bisa muncul dan menghancurkan tumpukan krewengnya lewat tendangan bola. Bila
sudah demikian itu berarti ia harus menyusun tumpukan krewengnya kembali,
sementara anak-anak lain sembunyi lagi. Kebalikannya, jika ia berhasil
menemukan semua rekan-rekannya, maka bocah yang pertama ketahuan dialah yang
menggantikan posisinya sebagai penjaga. Seru ya?
7. Gatheng
ayo mulai lempar gaconya! |
Permainan ini mirip bola bekel.
Bedanya tidak memerlukan bola dan perkakas yang dipakai adalah batu semua. Umumnya
yang memainkan adalah anak perempuan, sejumlah 2-5 orang. Untuk menentukan
siapa yang main duluan biasanya dilakukan suit atau hompimpah di awal. Setelah
itu barulah para pemain mengumpulkan kerikil yang jumlahnya ditentukan dalam
sebuah lingkaran. Misal dua puluh kerikil untuk satu orang. Ini tidak termasuk
gaco tiap-tiap pemain.
Cara memainkannya, pemain pertama
akan melempar gaco (batu kerikil yang jadi jagoannya) ke udara. Sementara baru
melayang di udara, pemain tersebut akan mengacau tumpukan batu agar menjadi
renggang dan lebih mudah diambil kemudian. Lemparan kedua pun dilakukan, kali
ini ia akan berusaha mengambil satu demi satu kerikil tadi tanpa bersenggolan.
Begitu terus sampai ia gagal. Bila gagal maka pemain berikut akan meneruskan
permainan. Pemenangnya ditentukan oleh banyaknya batu yang dimiliki oleh si
pemain.
8. Gobak
Sodor
serbu, serang, terjang...dan menang |
Permainan ini terkenal seantero
Indonesia. Meski namanya berbeda-beda tetapi cara memainkannya sama, terdiri
dari grup yang berisi 3-5 orang. Bahkan bisa lebih. Permainan ini dilaksanakan
di lapangan berbentuk persegi panjang
yang ukurannya tergantung oleh luasnya halaman. Semakin luas halaman,
maka ukurannya juga semakin luas. Lapangan tadi terbagi atas 6 petak kecil yang ditandai dengan kapur.
Anggota grup biasanya dibagi menjadi dua, yaitu yang menjaga garis horisontal
dan vertikal. Tugas mereka adalah menghalang-halangi pemain lawan agar tidak melewati garis-garis
batas tersebut dan mencapai kemenangan. Tentu saja untuk menjadi pemenang dalam
permainan ini dibutuhkan ketangkasan, kecepatan, kecerdikan, dan strategi yang
handal.
Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway
Permainan Masa Kecil yang diselenggarakan oleh Mama Calvin dan Bunda Salfa
aah... dulu memang banyak banget permainan tradisional. kalo skrg, tempat bermain berupa lahan luas sdh berkurang
BalasHapusiya mbak Santi, sudah nggak ada tanah lapang. Jangankan tanah lapang, tanah buat nanem kembang di depan rumah aja susyaah sekarang. Kangen masa silam jadinya
Hapusgambare apik-apik ....iya aku kangen bermain tradisional ...skrg era digital :(
BalasHapushah itu dia mbak, anak sekarang kalo nggak les mainnya tablet euy! Nggak ada yang teriak ramai di sebelah rumah sampai dimarahi hwahahaha...huu kangen masa dulu
Hapushampir semua kumainkan, bener juga memang
BalasHapustos- tossss, sama saya juga melakukan itu semua. Kangen ya jadinya
Hapuspermainan no. 8 itu kami menamainya "enggo" :)
BalasHapusoh enggo mbak, woh aru tahu ihihi
Hapuskayaknya pernah main.tapi beda nama deh... kecuali yang sodor itu.. beda daerah beda nama..
BalasHapusiya mbak, bener banget. Biasanya tergantung bahasa daerah masing-msing.
Hapuskok aku bnyk yg ga tau permainan di atas yaaa -__-.. tp memang sih, anak2 skr udh jrg bgt yg mw main begituan :(.. semua pada gadgetan.. dlu hobiku main lompat kelinci, bekel ama engklek :D
BalasHapussebenarnya permainan yang mbak Fanny lakukan itu sama dengan saya, hanya beda nama mungkin. Saya juga main lompat kelinci, bekel sama engklek hihi
HapusKalau saya dulu sih sukanya main egrang, panggal (gangsing) sama yang paling saya suka yaitu layangan, menyenangkan sekali pokonya. Btw kunjungan baliknya ya di http://amir-silangit.blogspot.co.id/2016/01/mengenang-era-90-dengan-memainkan.html terimakasih :D
BalasHapussaya main juga mas Amir, hahaha, cuma gak pinter ketiga-tiganya. terima kasih udah mampir
HapusPernah main semua kecuali dor-doran. Cuma liat anak laki2 maen di tegalan tetangga hehehe!
BalasHapusWaah, padahal dor-doran itu seru banget Mbak Vhoy. Saya suka bikin senjata sendiri dulu hahahaha
Hapussaya juga pernah main semua itu ^^ kecuali jamuran,rada-rada lupa, beda bahasa juga sih. Asyik ya zaman kecil dulu^^, kok anak-anak sekarang sering dilarang ya main diluar.
BalasHapuslha iya itu, dulu jaman kita kalo nggak main di luar malah nggak ditemenin. Sekarang lain. Seperti tanah lapang yang kian tergerus acara main di luar kini juga dianggap jadul. Rasanya ortu lebih safe kalo anak main di dalam rumah, mungkin karena kejahatan juga meningkat ya?
HapusEntah kenapa di tempat saya Gobak Sodor itu sebutannya jadi "Dor-Dor" ^_^
BalasHapusSaya juga banyak yang baru tahu beberapa mainan yang disebutkan di atas
Terima Kasih sudah ikut GA saya dan mbak Lidya
Wooo, jadi beda ya istilahanya. Sama-sama Mbak Rahmah, GA mbak Rahmah dan Mbak Lidya ngingetin lagi masa kecil saya dan segala permainannya...
Hapussaya baru tahu ada permainan namanya jamuran. dampar di tempat saya kayaknya namanya dampu :)
BalasHapusoh dampu mbak? Beda tipis ya? Kalau jamuran biasanya dimainkan di daerah Jawa Tengah sama Jawa timur
Hapusiyaa beberapa permainan diatas aku kenal semua, cuma mungkin ada beberapa yang beda namanya yaaa, tapi tetep sama cara mainkan nya...
BalasHapusiya bener mbak, biasanya namanya beda tapi cara mainnya sama
Hapusiyaa beberapa permainan diatas aku kenal semua, cuma mungkin ada beberapa yang beda namanya yaaa, tapi tetep sama cara mainkan nya...
BalasHapusmainanku banget ituh...hahahahah
BalasHapusWahahah, tos Mbak Chela
Hapusdor-doran aku pernah menemukan ada yangjual di salah satu SD dekat rumah mnak. Terima kasih sudah berpartisipasi ya
BalasHapusSudah jarang banget tapi ya mbak, lebih sering mainan pistol yang lebih modern dan gaya.
HapusDor-doran.. dulu kalo main ini di sekolah pasti disita guru.. soalnya buat perang di kelas dan suka ada yang nangis hihi
BalasHapusahahaha, pasti...soalnya pasti ada yang ribut gara-gara mainan itu
HapusJadi inget masa kecil.
BalasHapusSaya sebenernya pngen nulis permainan masa kecil saya mbk.
Gambar ilustrasinya itu bkin sndri atau gmn ya.hehehe
hallo Mas Arif, maaf baru dibalas. Iya ilustrasinya bikin sendiri, pake corel
Hapus