Cuaca cukup cerah saat saya berangkat ke air terjun Telunjuk Raung di dusun Sumberasri, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon. Apalagi tujuannya jika bukan melarung penat setelah sibuk berkutat di depan komputer. Agak kesiangan memang, karena tadinya saya berniat berangkat sekitar pukul 7, tetapi molor kurang lebih dua jam-an. Berjarak 28 km dari rumah, air terjun Telunjuk Raung bisa ditempuh dalam waktu sejam. Meski demikian, jika tak terbiasa lumayan terasa juga di pantat. Apalagi kalau naik motor. Aduh, rasanya pantat ini seperti tidak ada saking kebasnya.
Lalu bagaimana cara menujunya?
Ada beragam jalur yang bisa dipakai. Tetapi, saya bahas yang paling mudah saja ya? Lewat jalur utama yaitu :
1. Dari arah Jember
Jika kawan-kawan berangkat dari arah Jember, dari arah Kalibaru ikuti saja jalur utama sampai menemukan pertigaan Genteng Wetan. Berbeloklah ke kiri (jalan KH. Hasyim Asyari, arah kantor Kecamatan Genteng), lantas lurus menuju jalan Temuguruh, hingga menemukan rel kereta api di dekat stasiun Temuguruh.
Dari sini teruslah menuju jalan Aruji Kartawinata Gendoh sampai menemukan pertigaan. Dari pertigaan ini ambil arah ke kanan, menuju Songgon.
Sebagai ancar-ancar agar tidak salah belok pertigaan, perhatikan keberadaan penjual jenang tepat di sebelah kiri dan warung bakso di sebelah kanan. Jika menemukan keduanya dipastikan pertigaan yang dipilih sudah benar.
Dari sini Anda tinggal mengikuti jalan utama, lurus saja. Sampai menemukan pos jaga yang di dekatnya ada plang bertuliskan PT Tirta Harapan Keboen Bajoe Kidul (Kebun Bayu Kidul).
Lalu lurus, melewati deretan kebun kopi dan cengkeh serta rumah-rumah pekerja perkebunan hingga ketemu pertigaan, tepat di depan kantor Rag Mangaran (kalau tidak salah demikian namanya). Kemudian berbelok kiri kurang lebih sejauh 20 meteran, ketemu pertigaan, ambil jalan ke kanan. Selebihnya lurus saja mengikuti jalan tanah yang lebar hingga ke air terjun Telunjuk Raung.
(Peta diawali dari Genteng-air terjun Telunjuk Raung)
2. Dari arah Banyuwangi
Anggap saja titik berangkatnya dari hotel Santika, dari sini arahkan kendaraan ke Rogojampi. Nanti akan ketemu pertigaan yang terletak tak jauh dari kantor Telkom Rogojampi. Dari sini lurus saja. Kurang lebih 20 menit (kurang lebih 14 km), akan bertemu dengan pasar inpres Songgon.
Seratus meter dari pasar, terdapat Indomaret. Kawan-kawan bisa mampir di sini jika kelupaan membawa bekal cemilan dan air.
Kurang lebih 700 meter dari pasar Songgon, ada pertigaan, berbeloklah ke kiri. Satu kilo dari sini, ketemu pertigaan lagi. Ambil jalur kanan, sampai pertigaan Sragi. Dari sini belok ke arah kiri menuju jalan Sragi, begitu mencapai pertigaan berbelok ke kanan.
Teruskan perjalanan hingga ketemu plang bertuliskan PT Tirta Harapan Keboen Bajoe Kidul (Kebun Bayu Kidul). Lurus terus hingga mencapai pertigaan di kantor Rag Mangaran, belok kiri sejauh 20 meter. Lantas berbelok ke kanan, dari sini ikuti jalan tanah yang di kiri kanannya ditumbuhi cengkeh dan tebu, hingga mencapai air terjun Telunjuk Raung.
Teruskan perjalanan hingga ketemu plang bertuliskan PT Tirta Harapan Keboen Bajoe Kidul (Kebun Bayu Kidul). Lurus terus hingga mencapai pertigaan di kantor Rag Mangaran, belok kiri sejauh 20 meter. Lantas berbelok ke kanan, dari sini ikuti jalan tanah yang di kiri kanannya ditumbuhi cengkeh dan tebu, hingga mencapai air terjun Telunjuk Raung.
(Peta diawali dari kantor Telkom Rogojampi)
Nah, lantas bagaimana suasana perjalanan menuju ke sana?
Kebetulan saat ke sana, bunga kopi tengah berkembang. Wanginya mengiringi saya sepanjang jalan hingga deretan pohon kopi menghilang berganti dengan rumah-rumah warga yang ditanami bebungaan apik sepanjang jalan. Baru kemudian ditemani oleh deretan pohon cengkeh yang berjajar rapi di kiri dan kanan jalan. Sejauh mata memandang rerumputan dan hijaunya cengkeh menghampar. Menyejukkan mata yang saban hari kelelahan menghadap komputer dan ponsel untuk berbagai urusan.
Usai deretan pohon cengkeh menghilang, tanaman tebu yang menghampar. Tahun lalu saat kemari yang ditanam bukan tebu, melainkan tanaman cabai. Bahkan saat ke sana bertepatan dengan panen. Jadi beberapa orang sibuk memetik cabai dan memasukkannya dalam karung-karung.
Tahun ini, cabai menghilang. Berganti dengan komoditi lain, tebu.
Satu hal yang menyenangkan selama perjalanan adalah langit yang biru cerah. Senang rasanya berada diantara megah dan indahnya alam, lalu mengabadikannya sembari mengucap syukur karena kita masih diberi kesempatan dan kesehatan untuk bisa bepergian kemari.
Eh, tapi jangan berharap bertemu terlampau banyak orang selama perjalanan menuju air terjun Telunjuk Raung ini. Sesekali saja kita bertemu atau berpapasan dengan para pelancong lain hendak datang atau pulang. Pun demikian dengan para pencari rumput atau pekerja di daerah perkebunan yang melaju dengan motor bututnya. Selebihnya hanya alam. Tak heran, terkadang melintasi daerah ini bikin perasaan tidak tenang. Terlebih jika belum pernah kemari. Takutnya jika kenapa-napa nanti siapa yang menolong? Misal ban kempos.
Oleh sebab itu selalu cek kondisi kendaraan dulu sebelum berangkat. Pastikan anginnya cukup, bensin penuh, dan tidak ada masalah dengan mesin motor. Sediakan juga keperluan pribadi seperti mantel dan bekal (meski hanya air minum dan makanan kecil). Mantel untuk jaga-jaga jika hujan, bekal untuk mengisi perut yang lapar. Maklum di atas tak ada warung.
Obat-obatan ringan seperti minyak angin, balsam, atau krim otot tak boleh dilupakan. Kok bawa balsam atau krim otot sih? Ini mau jalan-jalan atau buka stand urut di sana? Eh, jangan salah kawan. Bagi yang tak terlatih jalan, apalagi medannya seperti di Telunjuk Raung, jalan sebentar saja bisa kecapekan atau bahkan kram. Nah, fungsi balsam atau krim otot itu untuk membantu melemaskan otot kaki yang kaku tadi.
Lantas seperti apa suasana di air terjun telunjuk Raung?
Eits, jangan terburu. Sebelum menuju air terjun Telunjuk Raung rehatlah dulu di taman yang terletak setelah pintu masuk. Tata napas dulu di sini sambil duduk-duduk dibawah saung atau rumah pohon yang ada di sana dan menikmati segarnya udara.
Jika mau keluarlah menuju areal parkiran sepeda. Saat cuaca cerah, kita bisa melihat gunung raung yang berkawan dengan awan-awan yang berarak di kejauhan dan memotretnya. Cuma saat cuaca mendung seperti hari-hari belakangan, gunung Raung memang lebih banyak sembunyi di balik awan gelap. Tidak mengapa, toh masih ada banyak view mengasyikkan lainnya.
Untuk menuju kemari kita harus menuruni banyak anak tangga. Lumayan bikin ngos-ngosan sih, tapi seru juga. Karena kita disuguhi pemandangan menakjubkan dari tebing seberang. Beberapa kali saya berhenti di sini. Entah untuk memotret pemandangan atau justru anak-anak tangganya. Adanya tangga buatan ini memang memudahkan kita. Sehingga tidak kerepotan saat menuruninya. Waktu pertama kali kemari, tangga ini belum ada. Adanya cuma turunan berupa tanah sedikit berpasir, tidak ada pegangannya pula. Ngeri-ngeri sedap ‘kan?
Sekarang sudah lebih baik, ada pegangannya berupa bambu, meski tidak semua. Setidaknya ini bisa membantu pelancong macam kita. Namun, untuk anak-anak di bawah tujuh tahun yang masih belum paham benar soal bahaya, mending digendong saja. Karena tidak aman buat mereka jika jalan sendiri.
Sampai di ujung tangga saya disambut oleh kericik air dan suburnya tanaman selada air. Aduh, rasanya pingin metik dan bawa pulang. Lantas disayur asam! Sebab penampakannya itu lho menggoda iman. Segar-segar!
Suara kericik air dari sungai pun tak kalah menggoda iman. Airnya begitu jernih hingga dasar sungai yang dipenuhi bebatuan nampak jelas. Cuma sangsi juga jika harus terjun ke sana. Selain dingin air sungai yang nampaknya tak dalam itu sangat deras.
Jika ingin mandi saya sarankan ke kolamnya saja. Bukan kolam buatan, tetapi bagian dari sungai kecil itu yang sengaja dibendung dan digunakan untuk mandi. Tempatnya berpasir dan jauh lebih lebar, sehingga lebih nyaman digunakan untuk berendam bersama rekan atau keluarga.
Dari kolam ini ada jalan setapak kecil yang harus kita lewati untuk sebelum mencapai air terjun. Jalannya menanjak, berbatu-batu, dan agak licin. Oleh sebab itu ada tanda bertuliskan "AWAS! KOLAM DALAM + 2,5 M", yang terletak tepat di samping kolam tempat mandi tadi.
Dari sini kita akan menemui petak-petak lahan yang ditumbuhi selada. sama seperti sebelumnya. Dari sela-sela petak itu air yang bening meluncur deras ke bawah, membasahi deretan batu-batu. Menghasilkan air dingin yang memercik ke kaki, memberi rasa dingin seperti air es dalam kulkas.
Tak jauh dari sini, air terjun Telunjuk Raung berada. Memancarkan air dan mengeluarkan suara gemuruh khas sebagaimana air yang turun dari ketinggan sekian meter dengan derasnya. Saya tak berani dekat-dekat, karena tempias air terjun bisa membuat basah kuyup. Saat memotret pun saya memilih berada agak jauh agar ponsel tidak basah. Dulu, sewaktu pertama ke sini nekat mendekat dan hasil gambarnya banyak yang blur karena lensa tertutup oleh percikan air.
Apakah saya nyemplung?
Oh, tidak, Marimar! Arus yang deras dan suhu air yang dingin membuat saya memilih berada di pinggir saja. Memotret pemandangannya yang sekitarnya.
Beruntung hari itu tak seberapa banyak yang datang, jadi saya bisa memotret dengan leluasa tanpa harus menunggu sepi dulu. Puas memotret saya pulang, sementara orang lain masih sibuk selfie berlatar belakang air terjun.
Nah, pas pulangnya ini nih pe-er banget! Kalau awal turun bisa dengan lancar meski agak ngos-ngosan, naiknya itu yang mulai bikin engap pernapasan. Sampai saya perlu istirahat di bangku kayu yang memang disediakan untuk istirahat para pengunjung yang kelelahan. Tak menyiakan waktu, saya tetap memotret seperti semula. Mengabadikan hijaunya alam yang menyegarkan mata.
Lelah usai, saya teruskan perjalanan. Aih, begitu sampai di atas hujan turun. Semula sih ringan, berikutnya agak deras. Saya sempat ragu antara pulang dan tinggal. Takutnya di jalan derasnya nggak ketulungan, sementara rumah penduduk setempat masih jauh. Kan payah kalau basah kuyup dan kedinginan.
Namun kalau tinggal, tak ada jaminan juga hujan segera berhenti. Akhirnya saya nekat pulang. Syukurlah di tengah jalan hujan perlahan reda. Bahkan terang hingga saya sampai di rumah kembali. Nah, ingin tahu seperti apa suasana sewaktu di sana? Simak video berikut ini.
Maaf goyangnya nggak ketulungan, soalnya hanya memakai kamera ponsel biasa yang ditopang oleh tangan. Bukan go-pro atau semacamnya, tetapi semoga bisa memberi gambaran seperti apa kondisi di air terjun Telunjuk Raung.
Eh, ada yang kelupaan biaya masuk ke sana murah saja. Hanya Rp5.000,00. Untuk fasilitas dasar seperti kamar mandi dan mushola sudah tersedia. Musholanya bagus juga. Jadi jangan khawatir tak bisa melaksanakan sholat di tempat sebagaimana mestinya di sana.
Salam.
dulu pas kesitu juga mau pulang hujan,, mutusin buat nembus hujan deras, sampai pemukiman terdekat ternyata disana g hujan :D
BalasHapusHwahaha, iya. Sampai di daerah pemukiman penduduk terang benderang. Ealaah ...
HapusPetualangan seru ya mbak. Tapi air terjunnya keren lho. Pemandangannya bagus banget
BalasHapusSeru karena anak tangganya banyak. Pas turun sih nggak terasa, begitu naik waduuh engap. :)
HapusIya, bahkan tanpa diedit pun sudah bagus pemandangannya.
Bagus ih masih ngga terlalu rame ya
BalasHapusPas musim-musim tertentu ramai. Kalau hari-hari biasa sih nggak terlalu. Apalagi kalau pagi. Sepi.
HapusSubhanallah, pemandangannya menyejukkan mata. Fotonya uga bagus, tajam dan jelas. Kalau punya saya mana bisa motret gitu karena kerap tak sesuai aslinya, hi hi.
BalasHapusSayang tak ada penjelasan mengapa namanya disebut Telunjuk Raung. Kesannya seperti raungan setelunjukkah? Ah, ngaco saya, he he.
Saya suka foto-fotonya. Alam di sana indah banget,. di kampung saya kalah, deh.
Wah, itu kameran bawaan ponsel yang canggih, Mbak Rohyati. Saya tinggal ngajepret hihihi...Soalnya saya bukan tukan foto profesional. Asal saja, asal pret jadilah.
HapusWa lha ini asal namanya itu saya juga tidak tanya-tanya. Soalnya keburu hujan :)
Terima kasih banyak. Kapan-kapan kemari, Mbak.
seketika saya menjadi selow...tetap selow...sangat selow...santai...santai...
BalasHapusjodoh gak bakal kemana...
Jangan selooow, ntar ketinggalan. 😀😀
HapusAku belum kesampaian juga ke Jember. Padahal tahun lalu omku mantu, semua keluarga kesana, aku nggak bisa. Semoga lain waktu ada rejeki bisa main ke Jember. Aamiin.
BalasHapusAmin, disambung naik kendaraan dikit bablas ke banyuwangi. Trus melancong ke telunjuk raung
HapusAsri banget yaaa air terjunnyaa.. Semoga aku ada kesempatan buat kesana
BalasHapusInsyaallah Mbak Niar, kebetulan ini medannya nggak berat-berat amat. Biasa. Kalaupun nanti ada anak-anak kecil yang ikut nggak riweh banget.
HapusIndah bangeet :D
BalasHapusIni searah dengan jalur pendakian Raung Kalibaru kah?
Lewatnya beda Mbak Niar, kalau yang ini lewat Songgon meski sama-sama di kaki Raung.
Hapus