Sebentar lagi hari raya tiba, waktunya bersilaturahmi sambil
bermaafan dengan kerabat dan handai tolan kita. Seperti biasa, di hari pertama
lebaran, pintu-pintu di rumah di kampung saya terbuka lebar. Di atas mejanya
terdapat aneka kue khas lebaran, dari mulai tradisional hingga kekinian Sebagai
suguhan bagi tamu-tamu yang berkunjung untuk bermaaf-maafan.
Acap kali kue-kue itu tak tersentuh. Hanya dilewatkan saja
karena masing-masing keluarga mengejar waktu untuk berkunjung ke keluarga yang
lain, sebelum akhirnya berangkat sungkeman ke rumah kakek nenek atau keluarga
yang dituakan. Tradisi ini berlangsung sejak lama, tak banyak perubahan dari
tahun ke tahunnya.
Lalu apa sih arti silaturahmi dan darimana pula istilah ini
berasal? Menurut KBBI silaturahmi berarti menyambung tali persahabatan
(persaudaraan). Istilahnya sendiri berasal dari bahasa Arab, yang kemudian
mengakar dan menjadi tradisi turun-temurun di masyarakat kita.
Adakah manfaatnya? Tentu saja. Selain mendekatkan diri pada
Allah, silaturahmi juga bisa memperluas rejeki sebagaimana diriwayatkan Abu
Hurairah : “Siapa yang suka dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia
menyambung tali silaturahmi.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
Tidak hanya itu saja, silaturahmi juga menjadi kunci masuk
surga, sebagaimana yang dikatakan oleh
Rasul shallalalhu 'alaihi wa sallam sewaktu ditanya mengenai amalan yang
dapat memasukkan hamba-Nya ke surga :
“Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu
dengan-Nya, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan menyambung tali
silaturahmi.” (Hadis Riwayat Bukhari)
Lalu bagaimana adab bertamu ke rumah kerabat kita? Dikutip
dari laman muslimah.or.id, ada tujuh adab bertamu ala Rasul Shallallahu 'alaihi
wa sallam :
1. Minta izin maksimal tiga kali
Dari Abu Musa Al-Asy’ary RA berkata: “Rasulullah SAW
bersabda: "Minta izin masuk rumah itu tiga kali, jika diizinkan masuklah,
dan jika tidak dizinkan pulanglah," (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadist tersebut sudah jelas bahwa sebaiknya kita
meminta izin dulu saat hendak bertamu. Hal ini penting dilakukan agar pandangan
mata kita tak terjatuh pada hal-hal yang mudarat seperti melihat aurat pemilik
rumah atau hal-hal lain yang justru tidak patut terlihat oleh umum. Selain itu
meminta izin juga mencegah orang lain untuk berbuat tidak baik seperti mencuri
atau melakukan perbuatan buruk lainnya.
Bagaimana jika tak mendapa izin? Apabila tidak mendapat izin
lebih baik bila kita pulang dan menunda kunjungan kita.
2. Mengucapkan salam dan minta izin masuk
Dalam surat surat An-Nur ayat 27 Allah berfiman :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu)
ingat."
Hal ini menunjukkan agar kita tetap mengedepankan kesopanan
ketika bertamu ke rumah orang. Ucapkan salam dengan cara sebaik-baiknya, lalu
mintalah izin untuk masuk. Tunggu sejenak hingga empunya rumah menjawabnya.
Jangan seenaknya membuka pintu setelah mengucap salam dan
meminta izin masuk.
3. Ketukan yang tidak mengganggu
Menggedor pintu dengan keras, dimaksudkan agar penghuni
rumah mendengar, bukan hal yang patut kita lakukan. Ketuklah sewajarnya, tanpa
berlebihan. Dengan demikian pemilik rumah tak terganggu.
4. Posisi berdiri tidak menghadap pintu masuk
Bila bertamu, sebaiknya berdiri di sisi kanan atau kiri
pintu. Bukan di depan pintu. Hal ini dimaksudkan agar kita tak tak langsung
melihat hal-hal yang tak layak saat pintu dibuka.
5. Tidak mengintip
Acap saya dan Anda melakukan perbuatan ini tanpa disadari,
mengintip ke dalam rumah orang lain untuk mengetahui keberadaan seseorang di
rumah. Padahal perbuatan ini justru tidak dianjurkan. Bahkan tercela.
Sebagaimana tersebut pada hadist riwayat Bukhari dalam Kitabul Isti'dzan :
“Dari Anas bin Malik radhiyallahu ’anhu sesungguhnya ada
seorang laki-laki mengintip sebagian kamar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
lalu nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar atau
beberapa anak panah yang lebar, dan seakan-akan aku melihat beliau menanti
peluang ntuk menusuk orang itu.”
6. Pulang kembali jika disuruh pulang
"Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka
janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu:
"Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Surat An-Nur Ayat 28)
Dari ayat ini sudah jelas bahwa lebih baik kita pulang saja
apabila kita tak mendapat izin atau malah diminta pulang sewaktu hendak
bertamu.
Jadi tak perlu sedih atau sakit hati. Siapa tahu memang
beliau ada halangan. Mungkin ada kerabat lain yang sakit atau justru dia
sendiri, sehingga tak nyaman bila hendak menemui tamu.
7. Menjawab dengan nama jelas jika pemilik rumahnya bertanya
"Siapa?"
Namanya bertamu, wajar jika empunya rumah bertanya pada kita
"Siapa?". Bila ada pertanyaan semacam ini jawablah dengan terang.
Jangan sekedar menyahut "aku" atau "saya", tanpa kejelasan
namanya.
Dari Ummu Hani radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
“Aku datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
beliau sedang mandi, dan Fatimah menutupinya. Maka beliau berkata, ‘Siapakah
ini?’ Aku menjawab, ‘Ummu Hani.’ (HR. Bukhari dan Muslim)
Sumber
https://rumaysho.com
https://muslimah.or.id
https://almanhaj.or.id
Adab bertamu ini penting, tapi justru acap kali kita sepelekan. Apalagi kalau kita sudah merasa akrab dengan pemilik rumah. Makasih telah kembali mengingatkan, Mbak.
BalasHapusSama-sama, Mbak. Saya pun saya diingatkan kembali adab ini gara-gara nulis tadi.
Hapus