Adab Yang Tepat Silaturahmi di Rumah Kerabat



 
Photo by Lisa Fotios from Pexels
 
Sebentar lagi hari raya tiba, waktunya bersilaturahmi sambil bermaafan dengan kerabat dan handai tolan kita. Seperti biasa, di hari pertama lebaran, pintu-pintu di rumah di kampung saya terbuka lebar. Di atas mejanya terdapat aneka kue khas lebaran, dari mulai tradisional hingga kekinian Sebagai suguhan bagi tamu-tamu yang berkunjung untuk bermaaf-maafan.
Acap kali kue-kue itu tak tersentuh. Hanya dilewatkan saja karena masing-masing keluarga mengejar waktu untuk berkunjung ke keluarga yang lain, sebelum akhirnya berangkat sungkeman ke rumah kakek nenek atau keluarga yang dituakan. Tradisi ini berlangsung sejak lama, tak banyak perubahan dari tahun ke tahunnya.

Lalu apa sih arti silaturahmi dan darimana pula istilah ini berasal? Menurut KBBI silaturahmi berarti menyambung tali persahabatan (persaudaraan). Istilahnya sendiri berasal dari bahasa Arab, yang kemudian mengakar dan menjadi tradisi turun-temurun di masyarakat kita.
Adakah manfaatnya? Tentu saja. Selain mendekatkan diri pada Allah, silaturahmi juga bisa memperluas rejeki sebagaimana diriwayatkan Abu Hurairah : “Siapa yang suka dilapangkan rezekinya  dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung tali silaturahmi.” (Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim).
Tidak hanya itu saja, silaturahmi juga menjadi kunci masuk surga, sebagaimana yang dikatakan oleh  Rasul shallalalhu 'alaihi wa sallam sewaktu ditanya mengenai amalan yang dapat memasukkan hamba-Nya ke surga :
“Engkau menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silaturahmi.” (Hadis Riwayat Bukhari)

Lalu bagaimana adab bertamu ke rumah kerabat kita? Dikutip dari laman muslimah.or.id, ada tujuh adab bertamu ala Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam :
1. Minta izin maksimal tiga kali
Dari Abu Musa Al-Asy’ary RA berkata: “Rasulullah SAW bersabda: "Minta izin masuk rumah itu tiga kali, jika diizinkan masuklah, dan jika tidak dizinkan pulanglah," (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari hadist tersebut sudah jelas bahwa sebaiknya kita meminta izin dulu saat hendak bertamu. Hal ini penting dilakukan agar pandangan mata kita tak terjatuh pada hal-hal yang mudarat seperti melihat aurat pemilik rumah atau hal-hal lain yang justru tidak patut terlihat oleh umum. Selain itu meminta izin juga mencegah orang lain untuk berbuat tidak baik seperti mencuri atau melakukan perbuatan buruk lainnya.
Bagaimana jika tak mendapa izin? Apabila tidak mendapat izin lebih baik bila kita pulang dan menunda kunjungan kita.

2. Mengucapkan salam dan minta izin masuk
Dalam surat surat An-Nur ayat 27 Allah berfiman :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat."
Hal ini menunjukkan agar kita tetap mengedepankan kesopanan ketika bertamu ke rumah orang. Ucapkan salam dengan cara sebaik-baiknya, lalu mintalah izin untuk masuk. Tunggu sejenak hingga empunya rumah menjawabnya.
Jangan seenaknya membuka pintu setelah mengucap salam dan meminta izin masuk.


3. Ketukan yang tidak mengganggu
Menggedor pintu dengan keras, dimaksudkan agar penghuni rumah mendengar, bukan hal yang patut kita lakukan. Ketuklah sewajarnya, tanpa berlebihan. Dengan demikian pemilik rumah tak terganggu.

4. Posisi berdiri tidak menghadap pintu masuk
Bila bertamu, sebaiknya berdiri di sisi kanan atau kiri pintu. Bukan di depan pintu. Hal ini dimaksudkan agar kita tak tak langsung melihat hal-hal yang tak layak saat pintu dibuka.

5. Tidak mengintip
Acap saya dan Anda melakukan perbuatan ini tanpa disadari, mengintip ke dalam rumah orang lain untuk mengetahui keberadaan seseorang di rumah. Padahal perbuatan ini justru tidak dianjurkan. Bahkan tercela. Sebagaimana tersebut pada hadist riwayat Bukhari dalam Kitabul Isti'dzan :
“Dari Anas bin Malik radhiyallahu ’anhu sesungguhnya ada seorang laki-laki mengintip sebagian kamar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu nabi berdiri menuju kepadanya dengan membawa anak panah yang lebar atau beberapa anak panah yang lebar, dan seakan-akan aku melihat beliau menanti peluang ntuk menusuk orang itu.”

6. Pulang kembali jika disuruh pulang
"Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. Dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, maka hendaklah kamu kembali. Itu bersih bagimu dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Surat An-Nur Ayat 28)
Dari ayat ini sudah jelas bahwa lebih baik kita pulang saja apabila kita tak mendapat izin atau malah diminta pulang sewaktu hendak bertamu.
Jadi tak perlu sedih atau sakit hati. Siapa tahu memang beliau ada halangan. Mungkin ada kerabat lain yang sakit atau justru dia sendiri, sehingga tak nyaman bila hendak menemui tamu.


7. Menjawab dengan nama jelas jika pemilik rumahnya bertanya "Siapa?"
Namanya bertamu, wajar jika empunya rumah bertanya pada kita "Siapa?". Bila ada pertanyaan semacam ini jawablah dengan terang. Jangan sekedar menyahut "aku" atau "saya", tanpa kejelasan namanya.
Dari Ummu Hani radhiyallahu ‘anha, ia berkata,
“Aku datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau sedang mandi, dan Fatimah menutupinya. Maka beliau berkata, ‘Siapakah ini?’ Aku menjawab, ‘Ummu Hani.’ (HR. Bukhari dan Muslim)

Sumber
https://rumaysho.com
https://muslimah.or.id
https://almanhaj.or.id



Komentar

  1. Adab bertamu ini penting, tapi justru acap kali kita sepelekan. Apalagi kalau kita sudah merasa akrab dengan pemilik rumah. Makasih telah kembali mengingatkan, Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Mbak. Saya pun saya diingatkan kembali adab ini gara-gara nulis tadi.

      Hapus

Posting Komentar