![]() |
Ivan Syahri Rangkuti, Kasubdit Pengembangan Akses Informasi Masyakarat Kemendesa PDTT yang membuka dan menutup acara Bimtek. |
Biasa menulis, bukan berarti bisa segala macam tulisan. Saya yang berawal dari blogger kemudian terjun menulis novel remaja dan novel anak, merasa bahwa menulis sebuah berita bukanlah hal gampang. Maka itu saya tidak menolak ketika diminta mewakili Desa Genteng Kulon untuk Bimtek Jaring Pewarta Desa yang dihelat dalam rangka pembentukan dan pengembangan kader jurnalisme desa. Acara ini diadakan oleh Direktorat Jenderal PPMD dari Kementerian Desa Juli silam. Tentunya saya tidak sendirian, ada dua orang lain yang datang bersama saya yaitu Rival dan Bahtiar.
Adapun pesertanya berasal dari dua Kabupaten, yaitu Banyuwangi dan Probolinggo. Masing-masing Kabupaten hanya terdiri dari empat desa. Dari Banyuwangi desa yang terpilih adalah Genteng Kulon, Tambong, Tegalsari, dan Ketapang. Adapun Probolinggo mengirimkan wakilnya dari Desa Krejengan, Pabean, Tempuran, dan Sumberrejo. Acaranya sendiri dimulai pada tanggal 8-10 Juli 2019.
Hari pertama, selepas maghrib, seluruh peserta langsung mendapatkan materi berupa simulasi dan teknik penulisan berita, fotografi, video, hingga media online. Adapun pematerinya adalah Krisno Wibowo untuk simulasi dan teknik penulisan berita, Tomy Widiatno Taslim untuk teknik upload video, teknik fotografi oleh Anton Bayu, dan media online disampaikan oleh Jota Hapsoro. Dalam kesempatan ini juga mengundang Kepala Desa Kemiren, Lilik Yuliati, untuk memaparkan keberhasilan Desa Kemiren di bidang BUMDes, pemanfaatan dana desa, adat budaya, serta pendidikan dan kesehatan.
Tanggal 9 pagi, selepas acara pembukaan Bimtek, seluruh peserta dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok 1 mengenai adat dan budaya. Kelompok dua tentang BUMDes. Kelompok tiga, pemanfaatan dana desa. Dan kelompok empat, pendidikan serta kesehatan. Usai itu seluruh peserta berangkat untuk melakukan praktek liputan di lapangan di desa adat Kemiren. Dari masing-masing kelompok tersebut masih dibagi lagi menjadi tiga kelompok. Tiap-tiap kelompok bertanggung jawab atas artikel, foto, dan video yang akan dipresentasikan keesokan harinya.
Kelihatannya mudah, ‘kan cuma begitu saja. Prakteknya tidak demikian. Di kelompok dua, begitu video dinyatakan jadi dan dicek ulang, ternyata didapati kalau video tersebut kebanyakan goyang. Nah, ini bikin video tidak sedap dipandang. Akhirnya video yang sudah jadi tersebut dibongkar ulang. Video yang gambarnya goyang dibuang, tetapi yang gambarnya tenang dipertahankan. Untuk menutupi kekurangan karena footage yang kurang, kami menyisipkan hasil foto jepretan teman-teman di antara footage yang ada.
Kondisi semacam ini tak urung mengingatkan saya awal-awal mengunggah video di YouTube. Video tak berjalan semulus yang saya harapkan, kebanyakan goyang alias tidak stabil. Kalau dilihat orang justru membuat kening berkerut. Masalah mendasar waktu itu adalah belum paham cara mengambil gambar dengan ponsel agar nantinya menghasilkan footage yang lebih tenang. Jadi bisa dibayangkan ketika saya tersandung-sandung, orang bisa melihat itu dari pergerakan gambar.
Dari situ saya kemudian belajar bagaimana cara mengambil gambar yang baik, agar video yang dihasilkan bisa lebih mulus dibanding awal belajar. Apa itu? Diam! Bukannya jalan-jalan agar video yang dihasilkan lebih stabil. Terlebih jika ponsel belum dilengkapi fitur Optical Image Stabilization (OIS). Satu lagi selain diam, yaitu menjaga tangan agar tidak bergetar selama membuat video sehingga hasilnya tidak shaky atau goyang. Apalagi jika tidak memiliki tripod atau handheld rig stabilizer.
Dari situ saya kemudian belajar bagaimana cara mengambil gambar yang baik, agar video yang dihasilkan bisa lebih mulus dibanding awal belajar. Apa itu? Diam! Bukannya jalan-jalan agar video yang dihasilkan lebih stabil. Terlebih jika ponsel belum dilengkapi fitur Optical Image Stabilization (OIS). Satu lagi selain diam, yaitu menjaga tangan agar tidak bergetar selama membuat video sehingga hasilnya tidak shaky atau goyang. Apalagi jika tidak memiliki tripod atau handheld rig stabilizer.
Soal foto yang hendak dipresentasikan pun kurang lebih sama. Bukan goyang, tetapi posisi pengambilan gambar pun kurang tepat untuk mendukung berita. Kebanyakan foto yang hendak ditayangkan posisinya portrait, bukan landscape. Wah, padahal untuk foto jelas dibutuhkan yang landscape. Pemilihan foto pun kurang mencerminkan tema yang digarap kelompok dua yaitu "BUMDes". Akhirnya foto-foto ini pun dibongkar ulang. Dicari lagi foto yang orientasinya landscape dan berisi gambar yang lebih cocok dengan tema.
Beritanya bagaimana? Saya yang tadinya kebagian menggarap berita saja, terpaksa menomorduakannya. Saya memilih membantu Elfira untuk mengedit video karena mengedit video via laptop justru membuat frustasi.
Kok bisa begitu?
Jadi ceritanya, sewaktu hendak mengedit video, tak satu pun dari kami yang membawa laptop. Syukurlah kemudian dapat pinjaman dari salah satu peserta, Bu Mila dari Desa Tambong. Karena di laptop tersebut tidak ada aplikasi edit video akhirnya Elfira berinisiatif men-download-nya terlebih dulu. Sayangnya untuk melihat seperti apa hasil gabungan satu-dua footage saja, loading-nya lama. Entah kenapa. Apakah laptop yang tidak support pada aplikasi tersebut atau karena sebab lainnya. Ketimbang pusing, akhirnya saya minta Elfira memindah semua file video dan foto ke ponsel saya. Lantas menyelesaikan proses pengeditan di sana.
Nah, daripada Elfira meraba-raba karena tidak terbiasa ngedit menggunakan ponsel saya, padahal dituntut untuk segera menyelesaikannya, sayalah yang akhirnya melakukan proses editing. Sederhana, saya terbiasa dengan ponsel dan aplikasi edit video di sana. Jadi lebih efisien waktu. Sembari mengedit, saya minta Elfira mencari lagu tradisional Banyuwangi apa saja untuk musik latar. Begitu ketemu langsung dikirim via email.
Begitu selesai menggabungkan footage dan menambahkan musik (Luk-Luk Lumbu), baru kemudian Elfira yang memberikan narasi di video berupa tulisan setelah belajar singkat menggunakan aplikasi Power Director di ponsel saya. Anak milenial sih dia, jadi cepat tanggap.
Lantas bagaimana dengan berita yang seharusnya saya kerjakan. Alhamdulillah kelar, meskipun saya kerjakan seadanya karena otak sudah mampet. Hahahaha ... Hla kok bisa? Saya terlampau ngantuk karena tidur lewat tengah malam, mungkin setengah satu atau lebih seusai mengedit video dengan Elfira. Jadi saya memilih tidur ketimbang menyelesaikan tulisan. Tulisan berjudul “Keberhasilan BUMDes Kemiren Memberdayakan Masyarakat Berujung Pada Peningkatan Kesejahteraan” baru saja kerjakan jelang salah subuh hingga pagi.
![]() |
Sumber gambar : Ibu Nur Kamilah, peserta Bimtek dari Desa Tambong. |
Sewaktu presentasi kelompok kami maju duluan. Disusul kelompok 3, kelompok 1, dan terakhir kelompok empat. Hasil dari presentasi tersebut menunjukkan bahwa dari segi berita berita, ulasan kelompok dua memang kurang dalam. Fotonya pun masih perlu perbaikan. Kurang mendukung berita. Videonya, pun sama. Masih perlu banyak perbaikan. Meski demikian, kami cukup senang. Dari empat kelompok yang presentasi, kami menduduki posisi dua setelah kelompok tiga. Berikutnya disusul kelompok satu di nomor tiga dan kelompok empat di nomor buncit.
Usai penyerahan hadiah, Bimtek pun ditutup oleh Bapak Ivan Syahri Rangkuti, Kasubdit Pengembangan Akses Informasi Masyakarat Kemendesa PDTT. Usai itu kami kembali ke kamar dan membereskan semua barang bawaan. Selepas makan siang kami pun pulang seraya membawa ilmu mengenai simulasi dan teknik penulisan berita, fotografi, video, hingga media online bagi pewarta desa.
Usai penyerahan hadiah, Bimtek pun ditutup oleh Bapak Ivan Syahri Rangkuti, Kasubdit Pengembangan Akses Informasi Masyakarat Kemendesa PDTT. Usai itu kami kembali ke kamar dan membereskan semua barang bawaan. Selepas makan siang kami pun pulang seraya membawa ilmu mengenai simulasi dan teknik penulisan berita, fotografi, video, hingga media online bagi pewarta desa.
Waaah asikk dpet banyaak ilmu dan pengalaman ya mbak dari kegiatan bimtek. ..emang bener kalau nulis berita rasanya lebih susah drpd nulis di blog TT pengen belajar juga hehehe makasih sharingnyaa mbak 😁
BalasHapusBiasa nulis blog, tiba-tiba nulis berita, jadi berasa aneh. Terlaku bertele-tele jadinya 😁
Hapus