Ekowisata Jaga Hutan Papua



Sumber gambar: https://www.econusa.id
Bicara tentang Papua tak urung mengingatkan kita sewaktu Presiden Jokowi meresmikan Monumen Kapsul Mimpi di lapangan Bupati Merauke, tahun 2015 silam. Saat itu ia berujar bahwa Papua adalah tanah yang indah, laksana surga kecil yang jatuh ke bumi.
Tak berlebihan apa yang beliau katakan. Papua memang memiliki segalanya. Selain pemandangan elok dan kekayaan tambang, di sana juga terdapat hutan hujan tropis yang menyumbang 50% keanekaragaman hayati Indonesia.  Dikutip dari buku “Ekologi Papua” Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA.—Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia tahun 2011-2014—menuliskan dalam pengantarnya bahwa wilayah tersebut merupakan habitat bagi 15.000-20.000 jenis tumbuhan (55% endemik), 602 jenis burung, (52% endemik), 125 jenis mamalia (58% endemik), dan 223 jenis reptil (35% endemik).
Pertanyaannya kemudian, berapa lama keanekaragaman flora dan fauna tersebut akan lestari ditengah ancaman degradasi serta deforestasi? Padahal di saat bersamaan Papua diharapkan menjadi benteng terakhir hutan hujan tropis di Indonesia, setelah hutan Sumatera dan Kalimantan berkurang drastis. Jika hal ini dibiarkan, tidak hanya berdampak secara lokal tetapi juga global. Sebab hutan Papua merupakan wilayah konservasi dunia.
Lalu langkah apa yang harus dilakukan untuk mengatasi hal tersebut? Yuk, simak penjelasan selanjutnya.

Ekowisata : Hutan Terjaga, Ekonomi Terpelihara
Salah satu cara agar hutan tetap terjaga dan berfungsi sebagaimana mestinya, sebagai wilayah konservasi dunia, adalah pengembangan pariwisata berbasis ekologi atau ekowisata. Berdasarkan penjelasan di laman National Geographic, ekowisata adalah konsep pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan mendukung kelestarian alam dan budaya, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaannya sehingga masyarakat lokal mendapatkan manfaat secara ekonomi.
Dengan ekowisata masyarakat bisa mengambil manfaat hutan tanpa perlu merusaknya, semisal pembalakan atau perburuan liar. Dengan demikian keanekaragaman hayati terpelihara dan generasi mendatang bisa menikmati sekaligus belajar dari orang tua dan pendahulunya bagaimana menjaga kekayaan alam Papua.

Sumber gambar :https://www.econusa.id

Di sisi lain, ekowisata juga memberi manfaat secara ekonomi. Hal inilah yang dialami oleh Andi Leo Karubaba yang berasal dari Kampung Sarawandori, Distrik Kosiwo, Kota Serui, Kabupaten Kepulauan Yapen. Pria yang kini berkutat di bidang ekowisata ini pernah menjadi penebang liar.
Meski bisa menghasilkan uang dengan cepat, namun risikonya tinggi. Bukan hanya itu saja, ia hampir tak punya waktu melakukan kegiatan lainnya. Seluruh waktunya habis hanya untuk menebang kayu saja. Lama-lama Andi Leo merasa pekerjaan ini tak bisa diharapkan lagi.
Pertemuan dengan Ottow Maker—Kepala KPHP Unit XIX Kepulauan Yapen—yang kemudian mengubah arah hidupnya. Tidak hanya memberi nasehat agar berhenti menebang kayu, Ottow juga menjelaskan mengenai jasa lingkungan berikut manfaatnya bagi hutan dan masyarakat. Selain itu ia juga membahas mengenai potensi ekowisata daerah tersebut.
Dari sinilah terbuka jalan bagi Andi Leo untuk mengelola ekowisata di Teluk Sarawandori. Mula-mula ia membuka wisata snorkelling di tahun 2015. Tahun 2017, dibantu oleh Dinas Kehutanan, ia dan rekan-rekannya membuat spot foto di Teluk Sarawandori. Pengunjung bisa bermain  berenang, mengayuh kano, atau mengayuh bebek air selain berfoto di tempat ini.
Sekarang Andi Leo telah menuai hasilnya. Tidak hanya dikunjungi wisatawan lokal, wisatawan dari luar pulau hingga manca mendatangi ekowisata yang ia kelola. Ia kini sudah bisa merasakan betapa menjanjikannya ekowisata ketimbang bekerja sebagai penebang kayu liar.
Pekerjaannya kini tak seberat dan seberisiko dulu, namun dari segi pendapatan jauh lebih besar. Dalam satu bulan penghasilan bersih dari snorkelling mencapai 3 juta, sedangkan spot foto 2 juta.
Dari cerita ini kita jadi belajar bagaimana ekowisata mampu mengubah hidup seseorang. Andi Leo Karubaba yang dulu penebang liar, kini beralih menjadi pelindung bagi lingkungan. Ia bahkan acap berpatroli untuk menjaga hutan dari penebang kayu yang hendak merusak lingkungan.
Nah, yang jadi pertanyaan “Bagaimana caranya agar masyarakat terlibat penuh dalam ekowisata?”.  Mari, kita simak uraian berikut.

Ekowisata Berbasis Masyarakat Ajak Masyarakat Terlibat Penuh Didalamnya
Agar masyarakat terlibat dalam usaha ekowisata, kegiatan tersebut harus menitikberatkan pada peran aktif komunitas, dalam hal ini masyarakat adat. Mengapa demikian? Karena masyarakat adat lebih memiliki pengalaman mengenai potensi alam serta budaya yang menjadi daya tarik wisata.
Ekowisata berbasis masyarakat ini memiliki keunggulan, yaitu dapat menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan lewat penghasilan yang didapat dari kegiatan tersebut. Misalnya dari ongkos transportasi, jasa pemandu, homestay, kerajinan, dan lain-lain.
Salah satu contoh nyata ekowisata berbasis masyarakat adalah ekowisata di Malagufuk. Sejak adanya wisata pengamatan burung (bird watching), kehidupan penduduk di daerah tersebut mulai berubah. Jika dulu harus berjalan sejauh 3km untuk menjual hasil pertaniannya, kini tidak lagi. Mereka justru menyuguhkan hasil pertanian tersebut kepada wisatawan yang datang untuk melalukan bird watching.
Sumber gambar :https://www.econusa.id

Setiap kali ada lawatan, masyarakat akan memperolah uang sebesar 7-8 juta yang kemudian dibagian kepada semua orang yang berpesan. Semisal koki, pemandu tamu, atau lainnya. Selain itu tempat menginap pun sudah tersedia. Ada tiga homestay yang berdiri di sana, salah satunya milik Absalom, pengelola ekowisata di Malagufuk.
Seperti yang diceritakannya pada EcoNusa, Absalom berujar, keuntungan yang didapat dari ekowisata digunakan kembali untuk membangun daerahnya. Semisal  membeli tanki air, membangun empat buah toilet, hingga membangun gereja. Tidak hanya itu saja, dengan adanya ekowisata masyarakat dapat mengambil manfaatnya secara finansial tanpa harus mencederainya. Jadi bisa dikatakan bahwa ekowisata  berperan penting dalam menjaga kelestarian hutan Klasow—tempat Cenderawasih Kuning Kecil, Papuan Hornbill, hingga Kupu-Kupu Sayap Burung berada.
Maka jika saya ditanya apa “Kenapa Papua merupakan destinasi wisata hijau?”, jawabannya adalah karena pariwisata yang dikembangkan di Papua berbasis lingkungan dan berkelanjutan. Dalam artian obyek yang dikembangkan berdampak positif tidak hanya bagi alam dan lingkungan, tetapi juga masyarakat sekitar.

Sumber:

https://www.econusa.id

Ekologi Papua

https://books.google.co.id/books?id=AqfUCwAAQBAJ&printsec=copyright&redir_esc=y#v=onepage&q&f=false

Ekowisata, Kunci Efektif Pelestarian Alam

https://nationalgeographic.grid.id/read/13303548/ekowisata-kunci-efektif-pelestarian-alam

Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat pdf








Komentar

  1. Aku pernah singgah di Pulau Arborek, Raja Ampat. Di sana ada kawan yang pindah dari Jawa ke sana dan buku dive shop. Wisatawan selam yang datang dia arahkan untuk ikut bantu perekonomian warga, untuk beli kerajinan dsb. Pun wisatawan itu nggak minat beli, dia sendiri yang beli ke masyarakat lokal dan ngasih itu sebagai suvenir ke wisatawan. Jadi, minimal wisatawan itu bisa kasih tahu ke dunia kalau di Arborek ada produk lokal yang bisa dijadikan oleh-oleh. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu salah satu dari sekian cara untuk membantu masyarakat setempat. Wisata yang berdampak bagi sekitar

      Hapus
    2. Wah niat baik warga pindahan tadi patut di apresiasi ya kak, biarpun bukan warga asli tapi ingin memajukan kerajinannya

      Hapus
    3. Mewujudkan semangat green tourism😁

      Hapus
  2. Papua memang memiliki pesona alam yang sangat indah. ..

    Wah bagus banget nih konsep ekowisata ini. Jadi bisa mendapatkan dua manfaat sekaligus. Kelestarian alam terjaga dan perekonomian rakyat meningkat. . ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi masyarakat bisa mengambil manfaat tanpa merusak alam.

      Hapus
  3. Membuka alam utk pariwisara bisa mempunyai dampak positif maupun negatif ya.. Dan aku suka sedih dg spot2 foto buatan yg banyak menjamur, menghilangkan keaslian alamnya. Semoga ekowisata di Papua ttp bisa terkendali seminimal mungkin mempengaruhi kelestarian alam indahnya. Aamiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mbak. Spot-spot buatan jadi mengganggu keelokan alamnya.

      Hapus
  4. Betul ekowisata harus berdampak positif untuk masyarakat sekitar..
    Semoga selain tujuannya "uang" kelestarian dari alam itu harus selalu terjaga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia tujua dari.ekowisata berbasis masyarakat.

      Hapus
  5. Alam Papua ini sangat memikat ya, Mbak Afin. Makanya saya ingin sekali ke sana. Dan semakin keren dengan ekowisata ini, semakin banyak masyarat sadar menjaga lingkungan.
    karena memang ya, Mbak kalau nebang pohon terus, pastinya akan merusak alam.Kalau alam marah, imbasnya ke penduduk lokal juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau bisa memanfaatkan keelokan alam tanpa merusaknya ya, Mas. Itu baru cakep.

      Hapus
  6. Papua.. saya pernah melihat dan merasakan indahnya alam papua tapi hanya melalui dunia maya.. :D , dan sepertinya pengembangan wisata berbasis ekologi itu cukup ramah buat daerah-daerah yang mempunyai sumber daya alam yang indah, agar alam tetap lestari dan masyarakat sekitarnya ikut merasakan nilai ekonomis.nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mbak, masyarakat bisa menjaga sekaligus dapat manfaat dari alam sekitarnya.

      Hapus
  7. Negeri burun cendraeasi.semoga Papua bisa mempertahankan keaslianya yang membuatnya berbeda dari pulau pulau lain di Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju, karena papua ini termasuk paru-paru dunia.

      Hapus
  8. Sebagai pelaku didunia traveling, ekowisata mempunyai potensi lebih menjanjikan daripada wisata digital lainnya yang serba instan, disamping menjaga keasrian lingkungan kita juga masih bisa menikmati kehidupan alami

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Kakak. Saya sendiri demen jalan ke alam. Lebih fresh melihat hijau2.

      Hapus
  9. Semoga ekowisata bisa semakin berkembang. Dan alam papua masih indah untuk waktu yang lama. Belum pernah kesana padahal ingin sekali 😌

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama, harapannya itu. Bukan malah drubah modern tapi rusak.

      Hapus
  10. Saya ingin sekali berkunjung ke Papua, tapi biaya transportnya mungkin mahal sekali ya. Tapi memang Papua memiliki keindahan alam yang ingin untuk dinikmati semua orang. Kalau yang saya browsing di google, Papua memang indah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa iya, bea pesawatnya mihil. Belum lainnya. Tapi, siapa tahu tercapai mbak.

      Hapus
  11. Ada kekhawatiran nggak ya jika ekowisata ini diubah banyak halnya supaya bisa menarik wisatawan? Semoga saja pengembangannya tidak merusak ekosistem yang sudah ada sehingga tetap terjaga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang ekowisata sepatutnya tetap memperhatikan kedatangan tamu juga, Mbak. Terlampau banyak bisa jadi malah merusak alam.

      Hapus
  12. Semoga dengan melibatkan masyarakat Papua seperti ini kelestarian alam bisa terjaga dengan baik ya. Selain itu pemerintah juga harus tegas bukannya malah yang "menjual" tanah Papua itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak. Eksplorasi tanpa memikirkan alamnya justru jadi bumerang.

      Hapus
  13. Mimpi ke Raja Ampat kpn kesampean yah? Haha.. Mmg alam Papua elok bgt tuk ekowisata

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahahaha, siapa tahu dalam waktu dekat ini hayooo ...

      Hapus
  14. Saya bermimpi pengen ke Raja Ampat dan kapsul mimpi ini, Papua dan segala keindahan alamnya memang perlu dijaga. Agar kelak bukan hanya menguntungkan bagi kita tapi juga agar bisa dinikmati hingga anak cucu kelak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bwetoel, nggak terbayang kalau mereka hanya melihat keindahan dan keanejaragaman hayatinya dari foto lama atau buku usang

      Hapus
  15. Duh bikin makin ngebel buat ngunjungin Papua dan merasakan langsung keindahan wisatanya. Semogaa segera kesampaian.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiin, Mbak. Who knows tiba2 ada rejeki datang.

      Hapus
  16. Menjaga lingkungan yang tepat seperti ini nih, selain alamnya terjaga, juga bisa menunjang perekonomian masyarakat setempat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dimanfaatkan tanpa merusak, lebih keren ya, Mbak?

      Hapus
  17. Benar ya alam Papua itu bagaikan kepingan surga yang jatuh ke bumi. Indah luar biasa MasyaAllah... Smoga diikuti dg perbaikan taraf hidup masyarakatnya ya

    BalasHapus
  18. Ekowisata adalah solusi bagi permasalahan masyarakat yang tinggal di pedalaman tetapi sarat potensi keindahan alam yang bisa dikembangkan
    Saya suka prinsip demikian karena setiap permasalahan sosial bagi penduduk di daerah seharusnya ada pemecahan.
    Papua itu indah sekali. Semoga hisa tetap terjaga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi alamnya terjaga, masyarakat sejahtera. Itu harapan dari ekowisata berbasis masyarakat.

      Hapus
  19. Kalau baca artikel begini aku kok jadi kangen pengen jalan-jalan/wisata lagi ya hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, tahaan. Masih ada pembatasan skala besar. Nanti kalau kelar, cuuuz Mbak.

      Hapus
  20. Wow! Jumlah flora dan fauna endemik Papua sangat besar ya. Rata-rata 1/3 bagiannya. Sungguh unik.
    Dikombinasikan dengan alam yang masih asri, Papua adalah surga di Indonesia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bwetul, Mbak. Jika ini sampai hilang waduh yang rugi kita.

      Hapus

Posting Komentar