3 Cara Menghadapi Komentar yang Kontra di Postingan Kita


Mengunggah apapun di dunia maya berpotensi mendatangkan komentar yang kontra di postingan kita. Bahkan jika menurut tulisan kita biasa saja. 

Yang harus  disadari, kita tak bisa menyenangkan semua orang. 
Di antara sekian banyak manusia pasti ada yang berbeda pemikiran dengan kita. 

Bagaimana pun juga kita hidup di dunia yang manusianya beraneka.  Kepala boleh sama hitam, tapi pemikiran?
Tidak mungkin semua memiliki pemikiran sama. Jadi wajar jika ada kemudian ada komentar yang kontra di postingan kita.

Lantas apa yang  menyebabkan seseorang kontra dengan unggahan kita di blog atau media sosial? 


Berikut ini 4 alasan mengapa orang kontra dengan postingan kita:

1. Tak sepaham
Pernah mengalami hal ini? Ada yang tak sepaham dengan apa yang kita tuliskan?

Wajar nggak?
Wajarlah.

Sebaik apapun tulisan jika tak sepaham, ya sulit sejalan.

Apa pasal?
Beragam. Mulai dari sentimen pribadi hingga pengalaman dan kecenderungan yang berbeda, bisa membuat orang memiliki pemahaman yang berbeda pula.
Dan akhirnya tak sepaham dengan kita.

2. Salah persepsi
Tak dibaca penuh, tapi sudah keburu mengambil kesimpulan. 
Akhirnya yang dibahas apa, komentarnya kemana. 
Diberitahu maksudnya begini atau begitu malah jawabannya bikin es(m)osi.

Hal ini tak jarang bikin kita ngelus nggak cuma dada, tapi juga pundak, lutut, kaki … lutut, kaki hihihihi.

3. Sedang emosi
Namanya manusia, pasti ada kalanya emosi merajalela.
Di saat seperti ini ndilalah kok postingan kita memantik tanduknya untuk keluar.
Tanpa pikir panjang, langsung saja ia berkomentar. 

Seperti bisa diduga, komentar yang terkirim berantakan. 
Hal itu terlihat dari pilihan kata dan cara menyusunnya. 
Percayalah orang yang emosi cenderung tergesa menuliskan isi kepalanya, tanpa filter apakah ucapan itu baik atau sebaliknya.

4. Menyentuh titik sensitifnya
Seseorang bisa tersinggung atau kontra dengan tajam saat postingan kita dirasa menyentuh titik sensitifnya.
Padahal penulisnya sendiri merasa tulisan itu tulisan biasa.  Bukan tulisan mengandung umpan (haha kayak lagu jadulnya Thomas Djorghi).
Umpan yang memicu emosi jiwa meronta dan minta dipuaskan (halah apa sih?)

Apa yang kemungkinan muncul jika ada yang kontra dengan kita?
Kemungkinannya ada 2:
1. Kesal
Wajar nggak sih kalau merasa kesal jika menemukan komentar yang berseberangan?
Wajar. 
Biasanya itulah reaksi awal yang muncul jika menemukan komentar tak menyenangkan.

2. Ingin membalas lebih kejam
Reaksi lanjutan ini muncul setelah rasa kesal.
Sisi gelap hati kita akan berkata ,"Awas ya bakal kubantai habis kamu, huff!"
Dan yang terjadi setelahnya adalah keinginan untuk perang dan mengalahkan orang itu. 
Bahkan jika mungkin mempermalukannya.

Lalu apa yang harus dilakukan dalam kondisi itu? Menuruti perasaan atau sebaliknya?
Tentu saja menuruti perasaan! Hajar bleeh!

But, wait … Hold on for a second!
Tahu nggak?  'Aidh  al-Qarni  bilang
"Wahai  orang  yang  berakal  dan  sadar,  tempatkan  segala  sesuatu  itu sesuai  dengan  ukurannya.  Jangan  membesar-besarkan  peristiwa  dan  masalah yang  ada."

Aih, kenapa memangnya? Kita berhak kok dong melakukan apa saja untuk membalas orang yang kontra dengan kita.

Tentu saja, itu hak kita.

Akan tetapi, simak dulu apa kata 'Aidh  al-Qarni sebelum mulai menuruti kedongkolan yang merajalela di hati seperti berikut ini:
"Emosi  yang  tak  terkendali  hanya  akan  melelahkan,  menyakitkan,  dan meresahkan  diri  sendiri."

Bagaimana tidak? Karena emosi itu kita jadi sibuk mengumpulkan bahan untuk memaki orang lain.
Dalam hal ini orang yang kontra dengan kita.
Kalaupun kita berhasil menang hari ini, permasalahan belum tentu berhenti.

Mungkin esok akan lebih besar karena  pihak yang kalah menuliskan kalimat sindiran. Ujung-ujungnya hasrat untuk nyinyir melambai di dada kita meningkat tajam.

Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Sudah bisa ditebak, kalau setelahnya kita akan membuat pos tandingan yang tak kalah menjengkelkan.
Begitu terus sampai lebaran kucing (emang kapan lebarannya, Maliiih?).

3 Cara  Menghadapi Komentar yang Kontra di Postingan Kita


Baiklah. Karena menuruti perasaan bikin runyam, lalu bagaimana cara menghadapi komentar yang bikin kita berubah jadi Cruella Sangarwati dalam sekejap?

Berikut ini tiga cara  menghadapi komentar yang kontra di postingan kita:
1. Tahan! Jangan  berkomentar dalam kondisi emosi
Percayalah berkomentar dalam kondisi marah atau emosi itu takkan membawa kebaikan. 
Kita cenderung menyerang dan bukannya bikin yang baca postingan kita paham.

Kok bisa? Kenapa?
Karena sewaktu marah, kita cenderung lepas kontrol.
Akibatnya tindakan dan kata-kata yang keluar pun susah dikendalikan.

Ada baiknya berdiam dulu jika menghadapi komentar yang kontra di postingan kita.
Baik di blog atau akun media sosial.

2. Jawab dengan baik
Tak usah balas menyerang kecuali siap menghabiskan energi untuk saling menjatuhkan.
Ujungnya kadar kemarahan meningkat tajam.
Dampaknya rasa jengkel yang tak berkesudahan.

Ucapkan terima kasih bila perlu.
Jika masih ngeyel juga lakukan langkah ketiga, abaikan!

3. Abaikan
Biasanya kita sudah tahu mana jenis komentar yang berpotensi menuai keributan kalau dijawab.
Bisa-bisa  setelah itu melahirkan adu mulut online.
Kalau kirim makanan online sih enak, adu mulut online? Hahaha … mana enak?

"Aduh, Fin! Kalau aku mana bisa begitu? Kalau aku langsung kuhajar saja dia!"

Memang enak sih menghajar orang. Tapi, kemarahan yang tak terkontrol dampaknya tak cukup oke untuk kesehatan.

Dilansir dari Pyschology Today 16 Juli 2020, kemarahan akan menciptakan lonjakan energi.
Jika hal tersebut terjadi, adrenalin akan mengalir ke aliran darah dan membuat detak jantung serta tekanan darah meningkat.

Selain itu, otot dalam tubuh pun jadi tegang. Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi kesehatan jantung.

Tapi, Fin. Susah banget melakukan hal ini.

Memang. Sampai tulisan ini turun pun saya masih belajar untuk mengendalikan emosi. Berdasarkan pengalaman, seseorang tak langsung bisa meredam emosi di awal-awal mencoba. Sulit sekali untuk berdiam diri setelah menyaksikan komen yang tak menyenangkan.

Namun, seiring waktu kebiasaan baik ini akan terbentuk dan membuat kita jauh lebih tenang jika menghadapi situasi sama di kemudian hari.



Sumber gambar
Gambar 1
Unsplash/ThiΓ©baud Faix

Gambar 2
Unsplash/Cyrus Chew
Unsplash/Marco Biondi
Unsplash/Bill Aboudi 
Unsplash/π—”π—Ήπ—²π˜… π˜™π˜’π˜ͺ𝘯𝘦𝘳 

Gambar 3
Unsplash/Tycho Atsma
Unsplash/Mehran Hadad
Unsplash/Chris Ainsworth

Sumber artikel
Aidh al-Qarni. 2005. La Tahzan. Qisthi Press. Jakarta.

https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-mind-body-connection/202007/what-causes-anger-and-how-it-affects-the-body

Komentar

  1. duuuhhh ... kok salfok niy sama muka kucingnya
    keren mba afin artikelnya bermanfaat

    salam semangat

    BalasHapus
  2. Dulu saya gampang banget kepikiran dan emang berujung emosi.

    Tapi semenjak saya pernah dibaca karakter saya, akhirnya saya pelan-pelan cuek sama orang lain karna bener seperti yang ditulis disini kalau kita nggak bisa menyenangkan hati semua orang.

    BalasHapus
  3. Aku pernah ngalamin beberapa kali tulisan di blogku diserang hanya karena aku menulis poin2 negatif dari tempat makan atau hotel yg aku datangin. Sampe ada yg komennya pengen ngancurin segala kalo ketemu 🀣🀣. Padahal, seingatku tulisan itu menyampaikan baik2 ttg negatif poinnya. Maksudnya kan buat pelajaran dan feedback.

    Utk orang2 yg begini, aku males balas mba. Ga guna soalnya. Orang yg suka bicara kasar, ga akan mungkin bisa diajak diskusi baik2. Buang tenaga. Jadi mereka LGS aku tendang ke spam 🀣. Aku bakal ladenin kalo ngomongnya baik2.

    Aku sendiri kalo Nemu tulisan yg bersebrangan dengan apa yg aku yakinin, aku LBH milih utk ga komentar. Mungkin aku tipe yg ga mau ribut juga sih. Kalo tulisannya makin panas, ya mending orangnya aku block dari circle ku πŸ˜„. Toxic yg begitu πŸ˜…

    BalasHapus

Posting Komentar