Buka matamu dan
lihat cahaya pagi yang menyelusup di sela-sela jendela ini
Lalu hirup segarnya
hawa yang bahkan kau nikmati tanpa perlu membayarnya
Sentuh tanganmu,
raba kakimu
Cubit ia, rasakan
sakitnya
Terasakah?
Bila ya, itu tanda
kau normal dan baik-baik saja
Coba langkahkan
kakimu, rasakan dingin lantai keramik di bawah tapakmu
Berjalanlah ke
kamar mandi dan ambil wudlu
Apa kau bisa
rasakan segarnya air menerpa wajahmu?
Coba bayangkan
andai saja kau alergi pada air sesegar itu
Betapa tersiksanya
kamu
Jika sudah selesai
kembalilah ke kamarmu, pakai mukena lalu sujud pada-Nya
Apakah mulutmu
masih bisa mengucap surat-surat pendek yang diajarkan sejak dulu kala tanpa
kesulitan?
Pikirkan, andai
mulutmu tak lagi bisa mengucap sepatah katapun
Apa yang kau
rasakan?
Lalu apakah kau
masih ingat semua nama teman-temanmu, hal-hal menakjubkan dalam hidupmu, dan
lain sebagainya?
Bagaimana jika
Tuhan mengambil separuh memori itu?
Apa yang akan kau
lakukan?
Atau andai saja
mendadak matamu diburamkan, tak lagi bisa melihat dunia dan segala bentuk
keindahan?
Masihkah kau
bersyukur atau justru mengumpati Tuhan?
Sekarang jika sudah
selesai kau bersembahyang, coba putar musik yang kau suka kencang-kencang
Apa kau bisa dengar
Yanni, LMFAO, Jennifer Lopez, Adele, atau Vanessa Mae berkumandang?
Kalau ya berarti
telingamu tidak bermasalah kan?
Dan pertanyaanku
setelah sebagian kenikmatan itu terpapar padamu : Berapa sering kau berterima
kasih untuk semua itu?
Inspired by In The
Morning Light (Yanni)
Pic taken from :
www.dipity.com
eh... waktu tinggal di Sydney dulu, aku alergi dingin dan ketika musim dingin tiba.. subhanallah.. aku tersiksa sekali jika harus ambil wudhu atau mandi besar... kulitku semuanya merekah, lalu mengeluarkan darah.. sakittt banget.. ngiluuu..
BalasHapusperbedaan suhu bikin gitu ya mbak ade, dulu pas masih di bali aye baru liat loh bule kulitnya ngelupas parah gara-gara kepanasan. Lha kitanya nyantai aja kena sinar matahari ealaaah ealah
BalasHapus