THE NEKAT WRITER : ALHAMDULILLAH SAYA KALAH...



Tak terhitung betapa deg-degannya saya membaca pengumuman hasil lombanya tanggal 31  Juli sore itu. Teriring ucapan selamat dari penerbit itu pada 20 orang yang dinyatakan masuk dalam babak berikutnya (untuk menentukan pemenang 1, 2, dan 3) saya membukanya link-nya.






pic diambil dari sini

Jeeeng...jeeeng! Saya lolos saudara-saudara.  Maksud saya nama saya tak ada disana. Maka dengan bangga saya menulis status di facebook bahwa saya tidak masuk finalis lomba tersebut.
 ”Alhamdulillah saya kalah...” pikir saya.


Hloo? Kok malah alhamdulillah? Iyalah, sebab saya tahu naskah itu memang belum sempurna. Endingnya tak semanis judulnya. Jalan ceritanya juga belum terolah sempurna. Jika menang itu berarti patut dipertanyakan jurinya *xixixi.

Pada awalnya saya sempat ragu untuk mengikuti lombanya. Ha, maklum saya tidak punya pengalaman banyak soal tulis menulis. Saya hanya pecinta buku. Dan pergaulan saya  dengan para penulis di grup Be A Writer-lah yang mem-provokasi saya membuat novel sendiri. Mosok saya ndak bisa? Begitu pikir saya.

Dan pucuk dicinta ulam pun tiba, lomba itu muncul di depan mata. Melambai-lambai menggoda saya. Saya maju mundur melakukannya. Bisa ndak, bisa ndak...
Hati saya perang sendiri. Satu sisi bilang tidak, sisi lain bilang iya. Tapi yang menang adalah iya! Saya tahu resikonya. Tak ada jaminan pengorbanan saya akan mendapat hasil sepadan. Tapi ibarat belajar renang, seseorang takkan mahir bila ia tak pernah nyemplung dalam kolam dan latihan. Persis seperti cuplikan syair lagu *River-nya JKT48  yang berbunyi :

Jika dicoba tak akan tahu
Tiada jalan selain maju


Maka saya menetapkan hati untuk mengikuti si lomba!

Meski begitu menulis novel setebal seratu halaman tidak mudah bagi nekat writer seperti saya. Bak amatir yang nekat ikut lomba lari marathon, saya pun ngos-ngosan. Saya sempat tidak yakin bisa menyelesaikan lomba. Meski begitu saya tetap memaksa, walau rasanya tubuh sudah melayang dan mata berkunang-kunang. Ngap sekali rasanya, kawan.

pic taken from here

Ketika sampai di garis finish kau tahu bagaimana keadaan saya? Napas ini tinggal satu-dua. Kaki juga sudah tak kuat diajak jalan. Gempor aja pokoknya. Kalau kisah itu dikomikin, saya yakin akan digambarkan duduk menggeloso dengan mulut menganga, megap-megap bak ikan kehabisan udara, peluh mengucur seperti air mancur, dan kepala yang dipenuhi bintang-bintang. Luar biasa bukan?
Tetapi apa lacur kawan, anak yang kulahirkan (baca : novel) dengan susah payah tak memikat juri. Apakah ini menyedihkan? Hehehe, iya.  Membuat saya mundur dan ogah menyongsong tantangan lainnya? Tidak juga.



Apa yang saya alami ini adalah hal biasa. Seorang Stephen King harus mengalami penolakan sejak umur 12 tahun sebelum bukunya diterbitkan. Rendra, konon karya gagalnya mencapai dua kilo sebelum akhirnya terbit dan mencapai kesuksesan.  Karya J.K. Rowling, Harry Potter, juga ditolak banyak penerbit sebelum mencapai best seller dan difilm-kan.

Lalu apa bagusnya sebuah kenekatan jika hasilnya kekalahan? Ups, jangan keburu pesimis kawan. Justru dari sini kita banyak belajar beberapa hal, yaitu :

•    Tidak ada orang yang berhasil dalam sekali mencoba
Seperti saat kita belajar naik sepeda, seringkali kita jatuh dan terluka. Tetapi dari sana kita bisa mahir naik sepeda. Jadi anggap saja kekalahan ini adalah proses dari belajar juga. Sedikit sakit tak apa, justru saat kita bisa menerima dan bangkit kita justru berjaya *suit...suit!

•    Mengasah mental
Seperti halnya dunia lainnya, terjun menjadi penulis harus punya mental kuat. Bagaimana tidak? Saat karya kita telah di acc sekalipun tak bakalan kalis dari koreksian seorang editor yang  berpotensi besar bikin kita sesak napas (hihihi). Jika ini bisa kau lewati, masih ada lagi yang harus kau hadapi. Apa itu? Pembaca. Berdasarkan pengalaman para penulis seperti Riawani Elyta, Mbak Eni Martini, Mbak Leyla Hana, juga Mbak Afifah Afra, para mentor di Be A Writer—komentar pembaca itu bak dua sisi mata uang. Satu menyenangkan, bikin bangga luar biasa. Sisi lainnya bak silet yang menggores perasaan. Menyakitkan! Nah jika dalam tahap awal ini kita “down” maka rasanya akan berat melalui tahap selanjutnya.
Pantas jika seorang penulis pernah berkata ”Penulis itu rentan stress...”

•    Belajar menulis Panjang
Bagi penulis yang kerap sesak napas jika menulis lebih dari delapan halaman (seperti saya) diperlukan latihan berulang-ulang dan tak bosan agar bisa lapang saat menulis novel seratus halaman. Kata-katamu pada akhirnya akan mengalir lancar, tak tersendat-sendat seperti aliran air yang terhambat. Jadi anggap saja mengikuti lomba novel itu adalah latihan gratis untuk melancarkannya. Sudah gitu ada jurinya pula. Menang tidak menang adalah perkara lainnya. Yang utama, kamu usaha!

So sekarang mari kita capcus menulis lagi. Jangan lagi bertanya-tanya “Apakah kita Terlahir Untuk Menulis?” gara-gara kalah lomba.

Sebab Peter O’Connor pernah menulis dalam bukunya :

 “Akan selalu ada hal-hal yang tak mampu kau kendalikan, tapi kau baru benar-benar gagal kalau kau membiarkan hal-hal ini mencegahmu mencoba. Kalau kau tak pernah mengambil resiko, kau pun takkan pernah mencapai apa-apa. Lebih baik mencoba dan gagal, daripada takut mencoba.

Ada orang yang menghabiskan hidup tanpa pernah mencoba melakukan hal-hal baru, karena mereka takut gagal. Yang tidak mereka sadari adalah, walaupun orang pemberani takkan hidup abadi, orang yang selalu berhati-hati malahan tidak pernah hidup sama sekali.”





Big Hug!

Note :
Lagu River-nya JKT48 adalah lagu inspiratif yang menceritakan agar seseorang tidak takut saat meraih cita-cita. Mengajak kita untuk mencoba dan mencoba lagi sampai mimpi terkabul. Videonya bisa dilihat disini

Komentar

  1. Balasan
    1. makasih mbak naqy, hihihi sebenarnya kalo inget geli sendiri soalnya pas mau ngumpulin saya lupa bikin bab ending *ngok banget deh

      Hapus
  2. Itu aja dah hebat. Saye nih tak pernah buat tulisan sebanyak SERATUS halaman gitu. Itu sudah WOW banget Neng Afin. Semoga kelak karyanya sebesar J.K. Rowling.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih Mbak Lina, it's touching my heart. Bikin saya semangat
      *hug, hug

      Hapus
  3. suka dengan semua kata di postingan ini :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. eheheheh, mentor aye datang *kibar pom pom

      Hapus
    2. Benar kata mbak Leyla ... mengubah yang negatif menjadi positif. Yang baca bisa termotivasi. Pengalaman kalah bikin daya tahan tubuh makin meningkat lho jeng Afin. Maskudnya, dalam hal daya tahan bantingan. Jadi utk besok2 kalau2 lomba dan kalah rasanya sudah biasa. Apalagi kalo ajang besar begini, daya tahan bantingnya lebih besar lagi :)

      MEmbaca ini, menurut saya dirimu sudah sukses. Bukan pemenang saja yang sukses kan? Orang yg sukses itu kalo bisa menyikapi kekalahan seperti ini padahal usahanya besar sekali. Salut deh :)

      Hapus
    3. yg paling sulit dari kalah emang gak ngumpat dan ngehujat mbak niar. Yg sering malah kita terlalu byk nyesal, buang waktu dngnya dan lupa untuk melaju ke titik berikutnya

      Hapus
  4. tapi jadi punya tabungan naskah ya mbak :-)

    BalasHapus
  5. Aku jg kalah ma, nih kukirim ke penerbit lain hehe moga berjodoh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. huahaha, setuju saya sama mbak dew. Lupain, endapin, kirim ke tempat lain

      Hapus
  6. ha...
    kamu sudah selangkah di depan daripada orang-orang yang tak kunjung menyelesaikan novelnya. sepertiaku. huhu. hebat loh sudah berani mencoba.. semangat selalu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. haduh mbak vera benernya waktu itu takut juga. Embuh saya nekat aja

      Hapus
  7. Semangat, Ikutan lagi aja .. :)
    boleh ngintip gak novelnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. masih semangat, hehe. Wah si novel mo dibenahin dulu. Biar ciamik, kawan

      Hapus
  8. semangat mbak lain kali pasti bisa juara

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih mbak lidya, kalah ini hal yg lucu ye kalo dipikirin xixi

      Hapus
  9. Naskah bisa diikutkan ke lomba lain tuh mbak afin. kalo ada lomba lagi, udah punya stok, tinggal poles sana sini :D

    BalasHapus
  10. Kata-kata di postingan ini sangat bermakna, semangat selalu mbak ^__^ salam kenal

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih mbak wina adam, xixi. Semangat juga untukmu! *peyuk

      Hapus
  11. eh kayanya kalo dikilo naskahku yg ditolak juga udah ada kali 2 kilo, apa lebih ya? nah lho .... lebih mengenaskan eke dunk ciiiin

    BalasHapus
  12. hahaha, apa udah diloakin mbak? Wah bisa buat rujakan sesama baw

    BalasHapus

Posting Komentar