Sebenarnya banyak sekali destinasi wisata di Banyuwangi yang bisa dikunjungi, seperti Rowo Bayu, G-Land, Sadengan, Teluk Ijo. Namun karena keuangan cekak maka pilihan terbaik adalah mencari tempat terdekat yaitu Margo Utomo. Kenapa tidak ke air terjun Lider atau Umbul Pule yang lebih dekat dari tempat kami tinggal (kecamatan Genteng)?
Alasan kami medan Lider menyulitkan dan Umbul Pule hanya begitu-begitu saja. Selain alasan utama, yaitu ingin tahu dalamnya Mini Plantation yang berulang kali masuk televisi itu. Masa orang jauh aja tahu, kami yang asli Banyuwangi malah belum pernah kesana sama sekali? Memalukan to? Pikir kami waktu itu.
Tentang Margo Utomo dan jarak tempuhnya
Margo Utomo Agro Resort yang terletak di belakang stasiun kereta Api Kalibaru. Jarak tempuh dari Surabaya sekitar 6 jam-an, bila lancar dan tidak ada macet di daerah Porong. Sementara dari Bali jarak tempuhnya sekitar 6-7 jam. Bisa lebih bila terjadi antrean di penyeberangan Gilimanuk-Ketapang.
Transportasi ke Margo Utomo
Dari Surabaya bisa naik bis atau kereta. Kalau naik bis, bisa pilih yang langsung menuju Banyuwangi, dengan resiko ngetem lama di terminal Jember. Atau justru estafet. Jadi dari Surabaya naik bis ke Jember lanjut ke Banyuwangi. Bila naik kereta pilih saja KA Sritanjung jurusan Surabaya-Kalibaru. Atau malah mau bersepeda motor kemari? Silakan saja.
Nah bagi kalian yang dari Bali, bisa menggunaka kapal Ferry dari Gilimanuk ke Ketapang. Dilanjutkan dengan naik kereta atau bis kemari. Bila naik kendaraan pribadi langsung saja menuju Kalibaru lewat jalur Pekulo. Tidak usah memutar lewat jalur Wonosobo. Bukan apa-apa sih kawan, selain kejauhan juga eman-eman bensinnya heheheh...
Mini Tapi Berkesan
Dari luar Margo Utomo tidak terlihat istimewa. Tetapi begitu menapakinya kita akan tertegun melihat betapa asri dan rindang halamannya. Ada beberapa pohon besar seperti kepel, kelengkeng, durian, mangga. Sementara rumput menghijau dibawahnya. Membuat kami seperti disihir dan langsung menclok di sana. Guling-gulingan sedemikian rupa.
Dari halaman yang menakjubkan, kami bergerak ke Mini Plantationnya. Baru saja memasukinya kami langsung disambut bangunan tempat pembuatan keju. Terus terang kami tertarik untuk masuk kesana. Tetapi karena bukan tamu, kami rasa tak mungkin kami mewujudkan hal itu. Jadilah kami hanya melewatinya, langsung menuju ke bagian berikutnya. Apa itu saudara? Peternakan sapi!
Peternakan sapi itu tidaklah besar, tetapi modern dan terawat. Kandangnya sendiri terbagi menjadi dua tempat. Satu untuk induk dan yang kedua untuk anak sapinya. Sungguh begitu melihat anak sapinya saya ingin membawanya pulang. Tapi menyadari bahwa saya bisa dituduh melakukan pencurian, maka niat itu saya redam *hehehehe. Kami puas-puaskan mengelus anak sapi unyu sambil berfoto dengannya.
Perjalanan dilanjutkan lagi ke destinasi utama, Mini Plantation-nya. Beragam tanaman seperti salak, kopi, kakao, vanili, buah pala, kayu manis dan kelapa tumbuh disana. Ketika kami tiba salak-salaknya belum berbuah, dan vanilinya baru saja panen. Wah, padahal kami ingin sekali memotret keduanya. Tetapi memang masih rejeki, meski tak bisa memotret salak bersama pohonnya ternyata kami masih bisa memotret buah vanili. Ada satu-dua pohon yang masih berbuah. Maka preeet, kamera pun mengabadikan salah satu komoditas ekspor Indonesia ini.
Di pinggir tanaman salak nampak pohon menjulang dengan pucuk berwarna kemerahan. Penasaran, kami pun menekatinya. Oh, ya ampun itu pohon kayu manis, kawan. Sungguh baru kali itu saya dan Dee melihatnya. Selama ini kami hanya melihat kulit pohonnya saja, itupun sudah kering dan dijual dipasar-pasar.
Berjalan lebih jauh lagi kami mendapati pohon pala yang sedang berbuah. Kami kegirangan seperti menemukan emas melihat ada buah pala yang sedang dijemur di tepi jalan. Seperti sebelumnya, preeet...kamera pun mengabadikan.
Tak hanya buah pala, kami juga menikmati berjalan-jalan di tengah kebun kopi dan kakaonya. Menghirup wangi bunga kopi yang bertebaran. Menyentuh beberapa pohonnya yang mulai berbuah. Mendongak melihat buah kakao yang bergelantungan. Dan merasa senang ketika di bawah kaki kami menemukan bunga-bunga cantik warna merah muda sedang mekar-mekarnya.
Ah, tapi dasar sial! Bau menyengat kotoran hewan membuat kami harus menutup hidung. Pandangan kami tertuju pada bangunan yang terbuka. Menurut penjaganya, tempat itu adalah tempat pembuatan kompos, kawan. Jadi kotoran sapi yang ada di peternakan tadi dibawa kemari dan diproses menjadi kompos yang kemungkinan digunakan sendiri untuk menyuburkan tanah di Mini Plantation ini. Wah, keren juga ini! Pikir saya.
Sangat disayangkan karena kami bukan tamu disana kami tidak bisa melihat bagaimana cara membuat selai dari pala, pembuatan gula aren atau justru pembuatan keju. Tapi tidak apa-apalah. Saya toh sudah bersenang-senang disana. Melihat beragam tanaman perkebunan dalam satu waktu saja. Bila ingin mengajak anak-anak kesana ada dua keuntungan yang bisa didapat lho. Tak hanya sekedar berwisata, disana mereka bisa belajar banyak tentang beragam tanaman juga pengetahuan tentang sapi-sapi yang diternakkan. Tidak melulu mendengar namanya tapi langsung menyentuh, melihat, dan membauinya. Pokoknya mengesankan deh!
Adakah pengalaman seru selama disana?
Tentu saja. Pada awal masuk kami (saya sebenarnya) sempat ciut nyali. Saya pikir ini adalah restricted area yang tidak bisa dimasuki oleh orang lain kecuali kita jadi tamu disini. Sampai-sampai kita harus memboyong Pakliknya Dee yang berumah di dekat Margo Utomo. Siapa tahu kalau ada yang kenal jadi gampang masuknya. Eh, begitu masuk ke dalam, perkiraan saya meleset kawan. Tidak ada hal yang saya khawatirkan. Semua berjalan dengan lancar.
Yang kedua adalah kaki pegal. Terpancang pada kata mini, kami mengira perkebunannya tidak terlampau luas. Mungkin sekitar 3-5 ha, ternyata luasnya berkisar 10 ha. Fyuuh, pantas jika kami sudah gempor duluan sebelum selesai memutarinya.
Yang ketiga soal makanan. Menilik tamu-tamu yang kebanyakan dari Eropa itu saya takut makan disana. Apalagi sisa uang saya tinggal Rp 30.000 saja di dompet. Ketimbang berakhir dengan memalukan seperti disuruh cuci piring sampai gempor, mending cari makan di luar. Pilihan kami jatuh pada warung pinggir jalan, yang menunya hanya rujak saja. Maklum biar irit saudara. Oh ya jika itu tidak membuatmu berselera jangan khawatir. Daerah dekat situ banyak yang jual makanan, yang pastinya lebih murah dari restoran didalamnya.
Total Biaya
Nah yang tak kala penting untuk dibahas adalah total biaya perjalanannya. Banyak nggak sih? Nggak kok. Total jendral sekitar tiga puluh ribuan. Itu sudah untuk beli bensin dan makan. Kalau tanpa makan ya sekitar dua puluh ribuan-lah. Tapi itu hanya berlaku untuk yang tinggal di Genteng dan sekitarnya. Jika anda dari luar Banyuwangi, biayanya bisa lebih lagi *hehe sori.
Nah bagaimana? Tertarik dan ingin mencoba liburan nekat seperti kita? Silakan saja...
diikutkan dalam lomba
Alasan kami medan Lider menyulitkan dan Umbul Pule hanya begitu-begitu saja. Selain alasan utama, yaitu ingin tahu dalamnya Mini Plantation yang berulang kali masuk televisi itu. Masa orang jauh aja tahu, kami yang asli Banyuwangi malah belum pernah kesana sama sekali? Memalukan to? Pikir kami waktu itu.
Tentang Margo Utomo dan jarak tempuhnya
Margo Utomo Agro Resort yang terletak di belakang stasiun kereta Api Kalibaru. Jarak tempuh dari Surabaya sekitar 6 jam-an, bila lancar dan tidak ada macet di daerah Porong. Sementara dari Bali jarak tempuhnya sekitar 6-7 jam. Bisa lebih bila terjadi antrean di penyeberangan Gilimanuk-Ketapang.
Transportasi ke Margo Utomo
Dari Surabaya bisa naik bis atau kereta. Kalau naik bis, bisa pilih yang langsung menuju Banyuwangi, dengan resiko ngetem lama di terminal Jember. Atau justru estafet. Jadi dari Surabaya naik bis ke Jember lanjut ke Banyuwangi. Bila naik kereta pilih saja KA Sritanjung jurusan Surabaya-Kalibaru. Atau malah mau bersepeda motor kemari? Silakan saja.
Nah bagi kalian yang dari Bali, bisa menggunaka kapal Ferry dari Gilimanuk ke Ketapang. Dilanjutkan dengan naik kereta atau bis kemari. Bila naik kendaraan pribadi langsung saja menuju Kalibaru lewat jalur Pekulo. Tidak usah memutar lewat jalur Wonosobo. Bukan apa-apa sih kawan, selain kejauhan juga eman-eman bensinnya heheheh...
Mini Tapi Berkesan
Dari luar Margo Utomo tidak terlihat istimewa. Tetapi begitu menapakinya kita akan tertegun melihat betapa asri dan rindang halamannya. Ada beberapa pohon besar seperti kepel, kelengkeng, durian, mangga. Sementara rumput menghijau dibawahnya. Membuat kami seperti disihir dan langsung menclok di sana. Guling-gulingan sedemikian rupa.
duriannya begitu menggoda, pengen dibawa pulang aja
"Leyeh-leyeh dulu ah," kata Dee
buah kepel, buah yang mulai jarang terlihat di pasaran
seiring dengan langkanya pohon ini
Dari halaman yang menakjubkan, kami bergerak ke Mini Plantationnya. Baru saja memasukinya kami langsung disambut bangunan tempat pembuatan keju. Terus terang kami tertarik untuk masuk kesana. Tetapi karena bukan tamu, kami rasa tak mungkin kami mewujudkan hal itu. Jadilah kami hanya melewatinya, langsung menuju ke bagian berikutnya. Apa itu saudara? Peternakan sapi!
Peternakan sapi itu tidaklah besar, tetapi modern dan terawat. Kandangnya sendiri terbagi menjadi dua tempat. Satu untuk induk dan yang kedua untuk anak sapinya. Sungguh begitu melihat anak sapinya saya ingin membawanya pulang. Tapi menyadari bahwa saya bisa dituduh melakukan pencurian, maka niat itu saya redam *hehehehe. Kami puas-puaskan mengelus anak sapi unyu sambil berfoto dengannya.
Perjalanan dilanjutkan lagi ke destinasi utama, Mini Plantation-nya. Beragam tanaman seperti salak, kopi, kakao, vanili, buah pala, kayu manis dan kelapa tumbuh disana. Ketika kami tiba salak-salaknya belum berbuah, dan vanilinya baru saja panen. Wah, padahal kami ingin sekali memotret keduanya. Tetapi memang masih rejeki, meski tak bisa memotret salak bersama pohonnya ternyata kami masih bisa memotret buah vanili. Ada satu-dua pohon yang masih berbuah. Maka preeet, kamera pun mengabadikan salah satu komoditas ekspor Indonesia ini.
Di pinggir tanaman salak nampak pohon menjulang dengan pucuk berwarna kemerahan. Penasaran, kami pun menekatinya. Oh, ya ampun itu pohon kayu manis, kawan. Sungguh baru kali itu saya dan Dee melihatnya. Selama ini kami hanya melihat kulit pohonnya saja, itupun sudah kering dan dijual dipasar-pasar.
pohon kayu manis nan menjulang
antisipasi tangan-tangan yang gatal, menguliti kulit pohon kayu manis hehehe...
buah pala dijemur diterik siang
Tak hanya buah pala, kami juga menikmati berjalan-jalan di tengah kebun kopi dan kakaonya. Menghirup wangi bunga kopi yang bertebaran. Menyentuh beberapa pohonnya yang mulai berbuah. Mendongak melihat buah kakao yang bergelantungan. Dan merasa senang ketika di bawah kaki kami menemukan bunga-bunga cantik warna merah muda sedang mekar-mekarnya.
buah kakao yang belum matang
cantik banget ya bunganya
Ah, tapi dasar sial! Bau menyengat kotoran hewan membuat kami harus menutup hidung. Pandangan kami tertuju pada bangunan yang terbuka. Menurut penjaganya, tempat itu adalah tempat pembuatan kompos, kawan. Jadi kotoran sapi yang ada di peternakan tadi dibawa kemari dan diproses menjadi kompos yang kemungkinan digunakan sendiri untuk menyuburkan tanah di Mini Plantation ini. Wah, keren juga ini! Pikir saya.
Sangat disayangkan karena kami bukan tamu disana kami tidak bisa melihat bagaimana cara membuat selai dari pala, pembuatan gula aren atau justru pembuatan keju. Tapi tidak apa-apalah. Saya toh sudah bersenang-senang disana. Melihat beragam tanaman perkebunan dalam satu waktu saja. Bila ingin mengajak anak-anak kesana ada dua keuntungan yang bisa didapat lho. Tak hanya sekedar berwisata, disana mereka bisa belajar banyak tentang beragam tanaman juga pengetahuan tentang sapi-sapi yang diternakkan. Tidak melulu mendengar namanya tapi langsung menyentuh, melihat, dan membauinya. Pokoknya mengesankan deh!
Adakah pengalaman seru selama disana?
Tentu saja. Pada awal masuk kami (saya sebenarnya) sempat ciut nyali. Saya pikir ini adalah restricted area yang tidak bisa dimasuki oleh orang lain kecuali kita jadi tamu disini. Sampai-sampai kita harus memboyong Pakliknya Dee yang berumah di dekat Margo Utomo. Siapa tahu kalau ada yang kenal jadi gampang masuknya. Eh, begitu masuk ke dalam, perkiraan saya meleset kawan. Tidak ada hal yang saya khawatirkan. Semua berjalan dengan lancar.
Yang kedua adalah kaki pegal. Terpancang pada kata mini, kami mengira perkebunannya tidak terlampau luas. Mungkin sekitar 3-5 ha, ternyata luasnya berkisar 10 ha. Fyuuh, pantas jika kami sudah gempor duluan sebelum selesai memutarinya.
Yang ketiga soal makanan. Menilik tamu-tamu yang kebanyakan dari Eropa itu saya takut makan disana. Apalagi sisa uang saya tinggal Rp 30.000 saja di dompet. Ketimbang berakhir dengan memalukan seperti disuruh cuci piring sampai gempor, mending cari makan di luar. Pilihan kami jatuh pada warung pinggir jalan, yang menunya hanya rujak saja. Maklum biar irit saudara. Oh ya jika itu tidak membuatmu berselera jangan khawatir. Daerah dekat situ banyak yang jual makanan, yang pastinya lebih murah dari restoran didalamnya.
Total Biaya
Nah yang tak kala penting untuk dibahas adalah total biaya perjalanannya. Banyak nggak sih? Nggak kok. Total jendral sekitar tiga puluh ribuan. Itu sudah untuk beli bensin dan makan. Kalau tanpa makan ya sekitar dua puluh ribuan-lah. Tapi itu hanya berlaku untuk yang tinggal di Genteng dan sekitarnya. Jika anda dari luar Banyuwangi, biayanya bisa lebih lagi *hehe sori.
Nah bagaimana? Tertarik dan ingin mencoba liburan nekat seperti kita? Silakan saja...
diikutkan dalam lomba
Kalau ke Banyuwangi aye mah pengen ke gunung Raung Mpok, Ciyus deh :D
BalasHapuswah, boleh atuh mbak. Silakeun. Tapi kayaknya saya gak bisa jadi guide, ndak punya pengalaman naik gunung hihihi
Hapusada buah2an kesukaan saya, durian belanda alias sirsak
BalasHapusoh mbak lisa suka sirsak? Emang buah berkhasiat
Hapusmba bisa minta tolong alamatnya sentra vanili di banyuwangi ? saya ada rencana mau belajar tanam, jika berkenan mohon hubungi saya di 081359205520
BalasHapusmohon maaf mbak Meriyana, saya kurang tahu. Kalau di Margo Utomo skalanya juga kecil setahu saya, tetapi kalau minat bisa kesana untuk melihatnya. Naik kereta api ke banyuwangi turun stasiun Glenmore, dibelakang stasiun glenmore itu letaknya Margo Utomo Cottage
Hapus(y)
BalasHapus