gambar diambil dari http://www.demontforthealthyliving.co.uk/lemon-aid/
Kita memang tak bisa seenaknya memilih hidup macam apa yang
kita inginkan seperti ketika kita makan di warung tegal. Tinggal tunjuk mana
saja yang diinginkan asal ada uang pasti didapatkan. Ya, hidup memang sudah ada
ketentuannya, sudah ada takdirnya. Meski begitu takdir tak selalu menjadi harga
mati. Tuhan memberi kita kesempatan untuk berusaha dan merubah nasib kita.
Masalahnya tak semua orang punya ketahanan yang kuat. Banyak
diantara kita yang merasa semangatnya “bubar jalan balik kanan, grak!” begitu
lemon kehidupan kita telan. Mau bergerak tapi rasanya berat, sudah itu mata
juga berkunang-kunang. Dan penderitaan semakin lengkap saat pening menyerang
dan kaki terantuk oleh batu di jalan. Sial!
Meski begitu selalu ada yang mengatakan dengan bijak ,”Ya,
sudah...beri saja es batu dan gula. Maka perasan lemon masam yang melumuri
hidup itu akan menjadi kesegaran buat kita.”
Tetapi namanya manusia, kita selalu bisa menemukan kalimat
negatif untuk menyangkalnya. Misalnya dengan kalimat ,”Heuuh, nggak punya
gula!”
Jika kemudian dijawab ,”Ya, sudah es batu saja. Tetap segar
kok rasanya.”
Maka kita pasti akan menjawab dengan kalimat negatif lainnya
,”Ck, nggak ada es batu. Kulkasnya rusak. Kalau mau ngambil es ke kutub juga
susah bin kejauhan. Nggak sepadan-lah effort-nya
sama hasilnya.”
Lha terus gimana? Sudah nggak ada gula, es batu nihil juga.
Terus masamnya kehidupan ini diapakan? *Krik, krik, krik...sunyi
Kalau begitu kenapa kita tidak bekerja sama saja membuatnya
keasaman hidup jadi es yang segar. Yang punya gula berilah sedikit gulanya,
yang hanya punya es mari menyumbangnya pula. Ketika disatukan maka akan jadi es
lemon kehidupan yang segar bukan?
Maksudnya dengan memberi gula dan es batu adalah memberi
sedikit uluran tangan kepada yang hidupnya masam. Tidak harus berupa materi,
tapi pengalaman hidup bagaimana mengatasi rasa masam hidup hingga bisa survive
seperti sekarang. Bagaimana membuat kemasaman tadi menjadi bahan bakar yang
mendorong kita melesat mencapai tujuan. Atau berikan motivasi yang mendinginkan
hati biar serasa diguyur es di tengah kesempitan hidupnya. Tak ada jaminan kita
akan mendapatkan balasan atau bahkan feedback baik, bisa jadi juga malah dikira
sok tahu segala.
Yang sedang masam, ada baiknya melongok sekitar. Belum tentu
tingkat kemasaman kita sudah mencapai tingkat maksimal, bisa jadi di luar sana
kita akan disuguhi pemandangan orang-orang yang hidupnya jauh lebih masam.
Saking masamnya sampai anda tidak bisa membayangkan bagaimana jika jadi
dirinya.Setelahnya tulis hal-hal baik dalam hidup kita. Mungkin dengan cara ini
mata kita akan terbuka dan berkata ,”Ealaah...kesusahan hidup saya nggak ada
apa-apanya dibanding dia.”
Hug, hug.
Aku paling suka bagian ini : "ya sudah.. Beri saja es batu dan gula". Intinya, knapa sih kalo lagi dlm keadaan masam slalu dipermasalahkan, giliran lg manis aja gak prnh jdi masalah. Iya gak?
BalasHapusHehehe salam kenal ^^ suka bgt sm postingannya
kalau lagi manis biasanya lupa daratan kak hehehe
Hapus@Mbak Rida, terima kasih. Seringnya emang begitu persis seperti kata Website mini *saya banget itu
Hapustakdir memang sudah digariskan. Tapi Allah juga memberi kebebasan kepada kita untuk merubahnya.
BalasHapusiyap bener banget mas HP Yitno
HapusSaya mau kasih sedotan aja, biar bisa menikmati sesapannya perlahan-lahan sambil lihat wajah saya yang manis (haisss) hehehe.
BalasHapushahahah, iya ya kalo minum es jeruk nggak ada sedotan gak asyik
HapusKita tau rasanya manis, justru karena kita pernah mencicipi rasa asam.
BalasHapusSetuju banget Mbak Niken
Hapusjustru aku suka yang agak asam hehehe. dibuat mudah aja ya kalau asam ditambah gula
BalasHapusAh, itu dia Mbak Lidya bikin mudah aja biar nggak (e)stress heheh
HapusCatatan yg bagus, Mba Afin :-)
BalasHapusTenkyu Bu Kepsek hehehe
Hapusasam manis kehidupan semoga tepat porsinya ya, mba. tepat dala menanggapi juga hehe, jujur aku jg kadang ngerasa hidup asam banget tapi pas udah ngumpul sama temen2 jadi ketawa2 lagi
BalasHapus