KETIKA HIDUP TERASA ASAM






Kita memang tak bisa seenaknya memilih hidup macam apa yang kita inginkan seperti ketika kita makan di warung tegal. Tinggal tunjuk mana saja yang diinginkan asal ada uang pasti didapatkan. Ya, hidup memang sudah ada ketentuannya, sudah ada takdirnya. Meski begitu takdir tak selalu menjadi harga mati. Tuhan memberi kita kesempatan untuk berusaha dan merubah nasib kita.

Masalahnya tak semua orang punya ketahanan yang kuat. Banyak diantara kita yang merasa semangatnya “bubar jalan balik kanan, grak!” begitu lemon kehidupan kita telan. Mau bergerak tapi rasanya berat, sudah itu mata juga berkunang-kunang. Dan penderitaan semakin lengkap saat pening menyerang dan kaki terantuk oleh batu di jalan. Sial!


Meski begitu selalu ada yang mengatakan dengan bijak ,”Ya, sudah...beri saja es batu dan gula. Maka perasan lemon masam yang melumuri hidup itu akan menjadi kesegaran buat kita.”

Tetapi namanya manusia, kita selalu bisa menemukan kalimat negatif untuk menyangkalnya. Misalnya dengan kalimat ,”Heuuh, nggak punya gula!”

Jika kemudian dijawab ,”Ya, sudah es batu saja. Tetap segar kok rasanya.”

Maka kita pasti akan menjawab dengan kalimat negatif lainnya ,”Ck, nggak ada es batu. Kulkasnya rusak. Kalau mau ngambil es ke kutub juga susah bin kejauhan. Nggak sepadan-lah effort-nya sama hasilnya.”

Lha terus gimana? Sudah nggak ada gula, es batu nihil juga. Terus masamnya kehidupan ini diapakan? *Krik, krik, krik...sunyi

Kalau begitu kenapa kita tidak bekerja sama saja membuatnya keasaman hidup jadi es yang segar. Yang punya gula berilah sedikit gulanya, yang hanya punya es mari menyumbangnya pula. Ketika disatukan maka akan jadi es lemon kehidupan yang  segar bukan?

Maksudnya dengan memberi gula dan es batu adalah memberi sedikit uluran tangan kepada yang hidupnya masam. Tidak harus berupa materi, tapi pengalaman hidup bagaimana mengatasi rasa masam hidup hingga bisa survive seperti sekarang. Bagaimana membuat kemasaman tadi menjadi bahan bakar yang mendorong kita melesat mencapai tujuan. Atau berikan motivasi yang mendinginkan hati biar serasa diguyur es di tengah kesempitan hidupnya. Tak ada jaminan kita akan mendapatkan balasan atau bahkan feedback baik, bisa jadi juga malah dikira sok tahu segala. 

Yang sedang masam, ada baiknya melongok sekitar. Belum tentu tingkat kemasaman kita sudah mencapai tingkat maksimal, bisa jadi di luar sana kita akan disuguhi pemandangan orang-orang yang hidupnya jauh lebih masam. Saking masamnya sampai anda tidak bisa membayangkan bagaimana jika jadi dirinya.Setelahnya tulis hal-hal baik dalam hidup kita. Mungkin dengan cara ini mata kita akan terbuka dan berkata ,”Ealaah...kesusahan hidup saya nggak ada apa-apanya dibanding dia.”


Hug, hug.


Komentar

  1. Aku paling suka bagian ini : "ya sudah.. Beri saja es batu dan gula". Intinya, knapa sih kalo lagi dlm keadaan masam slalu dipermasalahkan, giliran lg manis aja gak prnh jdi masalah. Iya gak?
    Hehehe salam kenal ^^ suka bgt sm postingannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau lagi manis biasanya lupa daratan kak hehehe

      Hapus
    2. @Mbak Rida, terima kasih. Seringnya emang begitu persis seperti kata Website mini *saya banget itu

      Hapus
  2. takdir memang sudah digariskan. Tapi Allah juga memberi kebebasan kepada kita untuk merubahnya.

    BalasHapus
  3. Saya mau kasih sedotan aja, biar bisa menikmati sesapannya perlahan-lahan sambil lihat wajah saya yang manis (haisss) hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahah, iya ya kalo minum es jeruk nggak ada sedotan gak asyik

      Hapus
  4. Kita tau rasanya manis, justru karena kita pernah mencicipi rasa asam.

    BalasHapus
  5. justru aku suka yang agak asam hehehe. dibuat mudah aja ya kalau asam ditambah gula

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ah, itu dia Mbak Lidya bikin mudah aja biar nggak (e)stress heheh

      Hapus
  6. asam manis kehidupan semoga tepat porsinya ya, mba. tepat dala menanggapi juga hehe, jujur aku jg kadang ngerasa hidup asam banget tapi pas udah ngumpul sama temen2 jadi ketawa2 lagi

    BalasHapus

Posting Komentar