Setiap orang yang
menikah pasti menginginkan kehidupan pernikahan yang lancar dan menyenangkan.
Tetapi ternyata tak selalu demikian. Selayaknya pantai, pernikahan itu ada
pasang surutnya. Begitu juga pernikahan yang dialami Manda. Nyonya muda itu
mulai pusing kepala menghadapi kenyataan di depan mata, pernikahan yang telah
berjalan selama lima tahun itu goncang sejak dua tahun silam.
Semua bermula ketika usaha Vino, suami Manda, mengalami kemunduran. Vino, yang ia kenal
sebagai sosok tampan dan penyabar telah berganti dengan sosok yang kasar dan
mengesalkan. Keadaan makin runyam ketika karier Manda di sebuah PMA melesat bak
meteor, sementara usaha Vino gulung tikar. Vino dan Manda yang dulu penuh
cinta, kini kerap terlihat jalan sendiri-sendiri meski masih tinggal bersama.
Sementara Tita, yang menikah setahun silam merasa
getir ketika orang-oang mencemooh pasangan hidup yang dipilihnya. Sudahlah
miskin, tak punya pekerjaan tetap pula. Apa yang bisa diandalkan darinya?
Semula Tita dan Adri tak menggubrisnya. Tetapi lama-kelamaan Adri terpengaruh
juga. Alhasil, Adri jadi tertekan dan itu mempengaruhi hubungannya dengan Tita.
Tita merasa, Adri semakin jauh darinya. Ia kerap diam, seolah tak mendengar
jika diajak bicara. Yang mengesalkan, Adri kerap kali ogah diajak ikut serta
dalam arisan keluarga. Jika mau pun Adri terlihat tak nyaman berada diantara
mereka.
Budhe Tik tersenyum simpul usai mendengar mereka
bercerita. Katanya ,”Pernikahan itu ibarat naik kapal. Ada kalanya kapal
berlayar tanpa hambatan. Ada kalanya sedikit berguncang, ketika riak-riak kecil
datang. Itulah yang sekarang terjadi dengan kalian.”
Budhe berdehem, sementara Manda dan Tita menanti
kelanjutan ucapannya. Sejurus kemudian Budhe Tik berkata bahwa dalam kasus Manda dan Tita setidaknya ada dua hal yang mempengaruhi perubahan sikap
suami mereka. Yaitu :
1.
Tekanan Eksternal
Tekanan eksternal
ini masih dibagi menjadi 2 yaitu :
1.
Dari Luar
(rekan kerja, tetangga)
Orang Indonesia dikenal
sangat ramah dan perhatian pada sekitarnya. Tetapi saking perhatiannya, jadi
kerap kebablasan mana yang patut diperhatikan dan mana yang tidak. Dalam kasus
ini adalah ngomongin suami tetangga yang level kariernya nyungsep di tingkat
ecek-ecek dibanding istrinya.
Nah, ini bisa jadi masalah ketika yang
bersangkutan dengar. Secuek-cueknya orang kalau saban hari mendengar dirinya
dicemooh orang pasti kesal juga.
Manda mengakui itulah yang terjadi pada suaminya.
Vino kerap tak nyaman ketika orang membandingkan ia dengan Manda.
Begitu juga yang dialami Adri, suami Tita. Tak
jarang orang melontarkan candaan yang berujung menyakitkan seperti “Enak ya
kamu jadi suami Tita, tinggal ongkang-ongkang saja”
2.
Keluarga
Keluarga seringkali
diharapkan bisa memberikan dukungan saat kita sedang mengalami kesusahan.
Tetapi bagaimana jika justru mereka tak melakukannya. Alih-alih mendukung,
mereka justru menuduh suami tak kompeten
sebagai kepala rumah tangga gara-gara kariernya tak berkembang.
Suasana semakin
runyam ketika mereka mulai mengompori anda untuk berpisah dari suami dan
mencari sosok yang lebih baik lagi.
Dalam kasus Tita, hal
semacam itulah yang terjadi. Meski tak sampai mengompori untuk berpisah, tetapi
ocehan nyinyir mereka telah membebani Adri. Akibatnya Adri enggan bertemu
keluarga Tita.
Sementara Manda
jauh lebih beruntung karena keluarganya tak senyinyir itu soal Vino dan pekerjaannya.
Tetapi bukan berarti, mudah bagi Vino bertemu mereka. Vino kerap merasa tak
nyaman ketika kakak-kakak Manda yang notabene pengusaha sukses itu saling
bercerita bagaimana perkembangan bisnis mereka.
2.
Tekanan
Internal
Dalam lingkungan
yang menganut sistem patriarki, pria yang tak bekerja atau mempunya karier yang
lebih rendah dari istri kerap dipandang remeh. Akibatnya akan muncul rasa rendah
diri. Alhasil, si pria akan frustasi dan sikapnya cenderung sensi.
Obrolan yang dalam
keadaan biasa tak kan memberi efek apa-apa, bisa saja mengobarkan amarahnya.
Bahkan untuk
menunjukkan eksistensinya sebagai kepala rumah tangga, pria tersebut bisa jadi
mengambil sikap yang tak sepatutnya. Misalnya bertindak semena-mena, kerap
marah tanpa sebab, bahkan cemburu buta.
Seolah dengan
begitu ia ingin orang tahu, meski istriku berkarier tinggi diluar sana, dirumah
ia-lah yang pegang kendali.
Baik Manda atau
Tita mengakui bahwa suami mereka memang cenderung sensi. Bedanya Adri jauh
lebih tenang sedangkan Vino yang meledak-ledak. Rupanya kedekatan Adri terhadap
Tuhan-lah yang membantunya bersikap demikian.
Lantas apa yang harus
dilakukan kedua pasangan agar hubungan tetap baik dalam kondisi demikian?
Budhe Tik berujar, ada
6 tips yang harus dilakukan ketika
pasangan dianggap timpang, yaitu :
1.
Tulikan Telinga
Tulikan telinga agar omongan menyakitkan dari
siapapun juga tidak masuk ke telinga anda berdua. Pakailah saringan khusus,
yang memungkinkan hanya kalimat atau nasehat baik yang bisa masuk ke telinga
anda. Percuma dengerin kata-kata buruk orang. Biasanya mereka hanya pintar
mencemooh tanpa bisa memberikan solusi jitu pada anda.
2.
Pasang Kaca Mata Kuda
Kenapa harus pasang kaca mata kuda? Iya, agar anda
dan suami tak terpengaruh oleh pandangan dari luar yang tujuannya menggoyahkan
hubungan anda dan pasangan. Tetaplah lurus berjalan, sesuatu tujuan anda yaitu
membangun keluarga samara (sakinah, mawaddah, wa rohmah).
3.
Nggak Pakai Hati
Ketika terjadi pertukaran peran dalam rumah
tangga, semisal suami lebih banyak dirumah dan mengurus anak (jika sudah punya) sementara istri bekerja di
luar rumah, biasanya akan memicu orang untuk berkomentar. Kebanyakan
komentarnya tak menyenangkan. Saat inilah, waktu yang tepat untuk tidak
menggunakan hati anda.
Percuma saja pakai hati, toh saat hati anda
tersakiti oleh ulah mereka, mereka takkan berbuat apa-apa kan?
Lagipula itu masalah anda, bukan orang lain. Jika
anda dan pasangan menganggap fine-fine
aja, orang lain bisa apa?
4.
Eratkan Pegangan
Maksudnya pegangan adalah komitmen kuat untuk
menghadapi masalah bersama-sama. Saling mendukung adalah cara tepat untuk
menghadapi serangan yang menggoyahkan
hubungan anda dan pasangan.
Orang yang pandai menyerang belum tentu bisa
melampaui anugerah yang anda terima sekarang (Budhe Tik lebih senang memakai
istilah anugrah ketimbang cobaan).
Yang menikah adalah anda, bukan orang lain. Jadi
kenapa harus pedulikan mereka yang berniat buruk pada anda? Bahkan jika itu
hanya berupa kata-kata semacam ,”Aih, kalau gue punya suami kaya lo gue pecat
deh!”
5.
Jangan Cerita Masalah Anda Pada Orang Lain
Kerap kita berpikir, dengan menceritakan masalah
pada orang lain maka beban kita akan terangkat. Alih-alih meringankan beban,
problem baru malah muncul ketika rahasia anda tersebar. Lebih runyam lagi jika
teman curhat itu adalah pria. Seiring dengan rasa nyaman yang timbul karena
seringnya berinteraksi, bisa-bisa memunculkan perasaan lain yang tak seharusnya
di hati anda.
Lebih baik taruh curhat anda dalam sebuah diary.
Selain rahasia jadi tersimpan rapi, menulis bisa jadi terapi untuk melegakan
perasaan anda.
Hal yang sama berlaku bagi para suami ya.
6.
Dekat Pada Tuhan
Berkomunikasi dengan Tuhan kala dilanda kegundahan
membuat orang jadi tenang. Efeknya, orang pun jadi lebih lapang kala menghadapi
persoalan. Tentu saja bukan bukan sepihak saja yang melalukan, tapi kedua belah
pihak. Dalam hal ini suami dan istri.
Di
akhir obrolan Budhe Tik yang telah menikah selama 40 tahun itu menambahkan ,”Pernikahan
yang bahagia selamanya seperti dalam dongeng itu bukannya tak bisa diwujudkan.
Hanya saja, dalam dongeng tak disebutkan betapa pernikahan bahagia selamanya
itu butuh perjuangan. Akibatnya banyak orang yang salah pikir, kalau pernikahan
bahagia itu berarti mulus tanpa hambatan. Makanya perlu direvolusi itu cerita
dongengnya, biar orang gambaran orang tentang pernikahan itu tepat adanya.”
Budhe
Tik menoleh ke saya, dan berkata ,”Piye? Kamu bisa ndak merevolusi ceritanya.
Kamu kan suka nulis to?”
Twiiing!
Saya merevolusi cerita dongeng? Yang
bener aja Budhe...Siapa saya? Batin saya tepat ketika adzan maghrib terdengar.
Pertanda kami harus segera menghadap Tuhan. Biasa, meeting rutin setelah senja
datang.
Keren tipsnya, tfs mbak. Kita memang harus menulikan telinga. Pusing deh kalo nurutin maunya tetangga.
BalasHapusSaya sendiri digunjingkan karena gak mau kerja dan memilih di rumah. Seolah saya pemalas. Padahal saya di rumah kan nulis. Dan suka dapet duit juga dari nulis itu :D
subhanallah, mbak Frida. Itu juga kali yang dipikirin orang tentang saya. Hahahaha...untungnya saya nggak suka apa ya nonggo alias suka nongkrong di rumah tetangga jadi nggak denger berita gituan
HapusAda seorang temen yang nyampein omongan tetangga ke saya. Kalau dia gak cerita gak ngeuh saya. :)
Hapusiya, tetep aja meski sudah menulikan telinga. Ada aja ya kabar buruk yang nyusup dan bikin gara-gara. Semangat euy!
Hapusaku baca ini jadi inget novel yang kedua, suami jadi minder dan kemudian berbuat aneh2 karena istri kelihatan lebih wow penghasilannya. ya, hidup memang ga selalu di atas ya, mba. harus legowo dengan perubahan
BalasHapusnah itu dia La, tergantung diri masing-masing. emang gak gampang ketika istri punya penghasilan tinggi. Seringnya orang meremehkan jadi beban tersendiri bagi pria. Makanya jadi aneh-aneh.
HapusWaw... TFS, Maaak. :)
BalasHapussama-sama mbak nia, aye cuma bagian nulisnya aja hihi
Hapusterima kasih infonya mbak
BalasHapushihi, aye bagian nulis doang mbak Lidya. Nyang kudunya dikasih terima kasih itu nyang baik hati ngasih nasehat, itu budhe tik
HapusOmongan org tu yg Kyanya bikin stres bgt yq.. Makasih sharing nya Mbak :)
BalasHapusbner banget mbak, itu yang bikin berat
Hapus