6 TIPS YANG HARUS DILAKUKAN KETIKA PASANGAN DIANGGAP TIMPANG




                Setiap orang yang menikah pasti menginginkan kehidupan pernikahan yang lancar dan menyenangkan. Tetapi ternyata tak selalu demikian. Selayaknya pantai, pernikahan itu ada pasang surutnya. Begitu juga pernikahan yang dialami Manda. Nyonya muda itu mulai pusing kepala menghadapi kenyataan di depan mata, pernikahan yang telah berjalan selama lima tahun itu goncang sejak dua tahun silam.

Semua bermula ketika usaha Vino, suami Manda,  mengalami kemunduran. Vino, yang ia kenal sebagai sosok tampan dan penyabar telah berganti dengan sosok yang kasar dan mengesalkan. Keadaan makin runyam ketika karier Manda di sebuah PMA melesat bak meteor, sementara usaha Vino gulung tikar. Vino dan Manda yang dulu penuh cinta, kini kerap terlihat jalan sendiri-sendiri meski masih tinggal bersama.

Sementara Tita, yang menikah setahun silam merasa getir ketika orang-oang mencemooh pasangan hidup yang dipilihnya. Sudahlah miskin, tak punya pekerjaan tetap pula. Apa yang bisa diandalkan darinya? Semula Tita dan Adri tak menggubrisnya. Tetapi lama-kelamaan Adri terpengaruh juga. Alhasil, Adri jadi tertekan dan itu mempengaruhi hubungannya dengan Tita. Tita merasa, Adri semakin jauh darinya. Ia kerap diam, seolah tak mendengar jika diajak bicara. Yang mengesalkan, Adri kerap kali ogah diajak ikut serta dalam arisan keluarga. Jika mau pun Adri terlihat tak nyaman berada diantara mereka.


Budhe Tik tersenyum simpul usai mendengar mereka bercerita. Katanya ,”Pernikahan itu ibarat naik kapal. Ada kalanya kapal berlayar tanpa hambatan. Ada kalanya sedikit berguncang, ketika riak-riak kecil datang. Itulah yang sekarang terjadi dengan kalian.”

Budhe berdehem, sementara Manda dan Tita menanti kelanjutan ucapannya. Sejurus kemudian Budhe Tik berkata bahwa  dalam kasus Manda dan Tita setidaknya  ada  dua hal yang mempengaruhi perubahan sikap suami mereka. Yaitu :

1.       Tekanan Eksternal
Tekanan eksternal ini masih dibagi menjadi 2 yaitu :
1.       Dari Luar (rekan kerja, tetangga)
Orang Indonesia dikenal sangat ramah dan perhatian pada sekitarnya. Tetapi saking perhatiannya, jadi kerap kebablasan mana yang patut diperhatikan dan mana yang tidak. Dalam kasus ini adalah ngomongin suami tetangga yang level kariernya nyungsep di tingkat ecek-ecek dibanding istrinya.
Nah, ini bisa jadi masalah ketika yang bersangkutan dengar. Secuek-cueknya orang kalau saban hari mendengar dirinya dicemooh orang pasti kesal juga.
Manda mengakui itulah yang terjadi pada suaminya. Vino kerap tak nyaman ketika orang membandingkan ia dengan Manda.
Begitu juga yang dialami Adri, suami Tita. Tak jarang orang melontarkan candaan yang berujung menyakitkan seperti “Enak ya kamu jadi suami Tita, tinggal ongkang-ongkang saja”

2.       Keluarga
Keluarga seringkali diharapkan bisa memberikan dukungan saat kita sedang mengalami kesusahan. Tetapi bagaimana jika justru mereka tak melakukannya. Alih-alih mendukung, mereka justru menuduh suami tak kompeten sebagai kepala rumah tangga gara-gara kariernya tak berkembang.
Suasana semakin runyam ketika mereka mulai mengompori anda untuk berpisah dari suami dan mencari sosok yang lebih baik lagi.

Dalam kasus Tita, hal semacam itulah yang terjadi. Meski tak sampai mengompori untuk berpisah, tetapi ocehan nyinyir mereka telah membebani Adri. Akibatnya Adri enggan bertemu keluarga Tita.

Sementara Manda jauh lebih beruntung karena keluarganya tak senyinyir itu soal Vino dan pekerjaannya. Tetapi bukan berarti, mudah bagi Vino bertemu mereka. Vino kerap merasa tak nyaman ketika kakak-kakak Manda yang notabene pengusaha sukses itu saling bercerita bagaimana perkembangan bisnis mereka.

2.       Tekanan Internal
Dalam lingkungan yang menganut sistem patriarki, pria yang tak bekerja atau mempunya karier yang lebih rendah dari istri kerap dipandang remeh. Akibatnya akan muncul rasa rendah diri. Alhasil, si pria akan frustasi dan sikapnya cenderung sensi.
Obrolan yang dalam keadaan biasa tak kan memberi efek apa-apa, bisa saja mengobarkan amarahnya.
Bahkan untuk menunjukkan eksistensinya sebagai kepala rumah tangga, pria tersebut bisa jadi mengambil sikap yang tak sepatutnya. Misalnya bertindak semena-mena, kerap marah tanpa sebab, bahkan cemburu buta.
Seolah dengan begitu ia ingin orang tahu, meski istriku berkarier tinggi diluar sana, dirumah ia-lah yang pegang kendali.

Baik Manda atau Tita mengakui bahwa suami mereka memang cenderung sensi. Bedanya Adri jauh lebih tenang sedangkan Vino yang meledak-ledak. Rupanya kedekatan Adri terhadap Tuhan-lah yang membantunya bersikap demikian.

                Lantas apa yang harus dilakukan kedua pasangan agar hubungan tetap baik dalam kondisi demikian?               
                Budhe Tik berujar, ada 6 tips yang harus dilakukan ketika pasangan dianggap timpang,  yaitu :

1.      Tulikan Telinga
Tulikan telinga agar omongan menyakitkan dari siapapun juga tidak masuk ke telinga anda berdua. Pakailah saringan khusus, yang memungkinkan hanya kalimat atau nasehat baik yang bisa masuk ke telinga anda. Percuma dengerin kata-kata buruk orang. Biasanya mereka hanya pintar mencemooh tanpa bisa memberikan solusi jitu pada anda.

2.      Pasang Kaca Mata Kuda
Kenapa harus pasang kaca mata kuda? Iya, agar anda dan suami tak terpengaruh oleh pandangan dari luar yang tujuannya menggoyahkan hubungan anda dan pasangan. Tetaplah lurus berjalan, sesuatu tujuan anda yaitu membangun keluarga samara (sakinah, mawaddah, wa rohmah).

3.      Nggak Pakai Hati
Ketika terjadi pertukaran peran dalam rumah tangga, semisal suami lebih banyak dirumah dan mengurus anak  (jika sudah punya) sementara istri bekerja di luar rumah, biasanya akan memicu orang untuk berkomentar. Kebanyakan komentarnya tak menyenangkan. Saat inilah, waktu yang tepat untuk tidak menggunakan hati anda.
Percuma saja pakai hati, toh saat hati anda tersakiti oleh ulah mereka, mereka takkan berbuat apa-apa kan?
Lagipula itu masalah anda, bukan orang lain. Jika anda dan pasangan menganggap fine-fine aja, orang lain bisa apa?

4.      Eratkan Pegangan
Maksudnya pegangan adalah komitmen kuat untuk menghadapi masalah bersama-sama. Saling mendukung adalah cara tepat untuk menghadapi serangan yang  menggoyahkan hubungan anda dan pasangan.
Orang yang pandai menyerang belum tentu bisa melampaui anugerah yang anda terima sekarang (Budhe Tik lebih senang memakai istilah anugrah ketimbang cobaan).
Yang menikah adalah anda, bukan orang lain. Jadi kenapa harus pedulikan mereka yang berniat buruk pada anda? Bahkan jika itu hanya berupa kata-kata semacam ,”Aih, kalau gue punya suami kaya lo gue pecat deh!”

5.      Jangan Cerita Masalah Anda Pada Orang Lain
Kerap kita berpikir, dengan menceritakan masalah pada orang lain maka beban kita akan terangkat. Alih-alih meringankan beban, problem baru malah muncul ketika rahasia anda tersebar. Lebih runyam lagi jika teman curhat itu adalah pria. Seiring dengan rasa nyaman yang timbul karena seringnya berinteraksi, bisa-bisa memunculkan perasaan lain yang tak seharusnya di hati anda.
Lebih baik taruh curhat anda dalam sebuah diary. Selain rahasia jadi tersimpan rapi, menulis bisa jadi terapi untuk melegakan perasaan anda.
Hal yang sama berlaku bagi para suami ya.

6.      Dekat Pada Tuhan
Berkomunikasi dengan Tuhan kala dilanda kegundahan membuat orang jadi tenang. Efeknya, orang pun jadi lebih lapang kala menghadapi persoalan. Tentu saja bukan bukan sepihak saja yang melalukan, tapi kedua belah pihak. Dalam hal ini suami dan istri.

Di akhir obrolan Budhe Tik yang telah menikah selama 40 tahun itu menambahkan ,”Pernikahan yang bahagia selamanya seperti dalam dongeng itu bukannya tak bisa diwujudkan. Hanya saja, dalam dongeng tak disebutkan betapa pernikahan bahagia selamanya itu butuh perjuangan. Akibatnya banyak orang yang salah pikir, kalau pernikahan bahagia itu berarti mulus tanpa hambatan. Makanya perlu direvolusi itu cerita dongengnya, biar orang gambaran orang tentang pernikahan itu tepat adanya.”
Budhe Tik menoleh ke saya, dan berkata ,”Piye? Kamu bisa ndak merevolusi ceritanya. Kamu kan suka nulis to?”
Twiiing! Saya  merevolusi cerita dongeng? Yang bener aja Budhe...Siapa saya? Batin saya tepat ketika adzan maghrib terdengar. Pertanda kami harus segera menghadap Tuhan. Biasa, meeting rutin setelah senja datang.              





Komentar

  1. Keren tipsnya, tfs mbak. Kita memang harus menulikan telinga. Pusing deh kalo nurutin maunya tetangga.

    Saya sendiri digunjingkan karena gak mau kerja dan memilih di rumah. Seolah saya pemalas. Padahal saya di rumah kan nulis. Dan suka dapet duit juga dari nulis itu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. subhanallah, mbak Frida. Itu juga kali yang dipikirin orang tentang saya. Hahahaha...untungnya saya nggak suka apa ya nonggo alias suka nongkrong di rumah tetangga jadi nggak denger berita gituan

      Hapus
    2. Ada seorang temen yang nyampein omongan tetangga ke saya. Kalau dia gak cerita gak ngeuh saya. :)

      Hapus
    3. iya, tetep aja meski sudah menulikan telinga. Ada aja ya kabar buruk yang nyusup dan bikin gara-gara. Semangat euy!

      Hapus
  2. aku baca ini jadi inget novel yang kedua, suami jadi minder dan kemudian berbuat aneh2 karena istri kelihatan lebih wow penghasilannya. ya, hidup memang ga selalu di atas ya, mba. harus legowo dengan perubahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah itu dia La, tergantung diri masing-masing. emang gak gampang ketika istri punya penghasilan tinggi. Seringnya orang meremehkan jadi beban tersendiri bagi pria. Makanya jadi aneh-aneh.

      Hapus
  3. Balasan
    1. sama-sama mbak nia, aye cuma bagian nulisnya aja hihi

      Hapus
  4. Balasan
    1. hihi, aye bagian nulis doang mbak Lidya. Nyang kudunya dikasih terima kasih itu nyang baik hati ngasih nasehat, itu budhe tik

      Hapus
  5. Omongan org tu yg Kyanya bikin stres bgt yq.. Makasih sharing nya Mbak :)

    BalasHapus

Posting Komentar