Sebagai pekerja kantoran yang gajinya
kurang dari 1,5 juta, praktis saya tidak memiliki anggaran lega untuk bela beli belu ponsel baru. Kalaupun
iya, saya harus menunggu THR dulu. Saat
THR datang ternyata masih banyak hal lain yang lebih penting ketimbang membeli
ponsel baru. Sementara membeli dengan
cara berhutang bagi saya memberatkan. Saya tak sanggup membayangkan saban bulan
harus dikejar-kejar hutang, sedangkan gaji saya tidak terlampau besar.
Oleh karena itu saya manfaatkan saja gadget yang ada, yang sejak 2009 bersama saya.
Peduli amat jadul dan tidak kekinian. Asal masih bisa digunakan berkirim pesan,
telepon, dan bermain internet sudah cukup bagi saya. Fitur-fitur lain yang
katanya dahsyat, tak saya pedulikan. Bahkan setiap kali muncul peer pressure dari teman-teman atau
lingkungan agar membeli ponsel baru saya cuek saja. Racun mereka tidak mempan
bagi saya. Alasannya ya itu tadi, anggaran yang tidak mencukupi. Kalau nekat
mengikuti kompor semacam ini, waduh bisa-bisa dompet saya gantungisasi (baca :
gantung diri). Ujung-ujungnya yang mumet saya juga nanti.
Tapi, keputusan macam ini bukan tidak
mengandung resiko. Kerap orang menertawakan ponsel jadul saya. Malah ada yang
menjadikannya guyonan segala. Mereka bilang ,”Hari gini kok ya masih pakai
ponsel jaman baheula? Nggak bisa buat
BBM-an, WA-an...hadeuuh.”
Saya jarang menanggapi candaan semacam
itu. Paling-paling hanya tertawa. Meski kadang ingin garuk tembok juga kalau
sudah keterlaluan (hahai!).
Diam-Diam
Tidak Puas dengan Ponsel Jadul Saya
hasil foto menggunakan ponsel jadul di luar ruangan |
Meski menerima keadaan, ada sesuatu yang
bikin saya tidak puas dengan ponsel jadul saya. Itu terkait dengan kegemaran jeprat-jepret
dan nulis blog. Artikel di blog akan
lebih kece kalau disertai foto yang keren. Disiang hari dengan cahaya yang cukup hasil jepretan si
kamera 2 MP tadi boleh juga. Begitu pindah ke lingkungan yang redup hasilnya
kurang mulus, banyak noise.
di dalam ruangan, dimana cahaya kurang, hasil gambar cenderung noise |
Masalahnya
menggunakan blitz juga berefek buruk pada hasil fotonya. Selalu terdapat
pantulan cahaya, yang membuat performa foto jadi tidak maksimal. Tidak ada
autofokus pula, sehingga untuk memotret jarak dekat akan buram.
Mau selfie dengan hasil yang caem? Wah
biasanya saya selalu mencari kaca, sehingga bisa melihat bagus tidaknya pose
saya. Kalau tidak ada kaca besar ya pakai saja kaca mungil yang biasa terdapat
dalam compact powder. Tangan kanan pegang tombol shooter kamera ponsel, tangan
kiri pegang compact powder, lalu...jepret! Karena itulah saya tidak terlampau
suka selfie. Kadang-kadang saja jika kepingin. Sebabnya ya itu tadi, suka ribet
sendiri.
Ponsel
Warisan Ibu
Sepeninggal Ibu, ponsel yang biasa
digunakannya Bapak percayakan untuk saya jaga. Keadaan sedikit berubah dengan
ponsel baru itu. Dengannya saya tak hanya eksis di twitter atau facebook saja,
tapi juga BBM dan WA. Ini membantu saya untuk terhubung dengan siapa saja.
Terutama dengan rekan-rekan sekantor saya yang baru. Maklum semua hal mengenai
pekerjaan dilakukan lewat ponsel itu. Dari sekedar laporan sampai rapat dengan
pimpinan saya juga dilakukan lewat aplikasi BBM yang tertanam di ponsel. Begitu
juga dengan teman-teman nulis. Dengan ponsel milik almarhum ibu itu saya
terhubung dengan mereka. Ikutan arisan blogger, sampai silaturahmi dengan grup kepenulisan.
Ah, tidak lupa teman-teman SMA. Dari mulai buka mata sampai terpejam, ada saja
yang mereka bicarakan di grup WA (meski kadang isinya bikin males juga).
Tapi soal kamera memang masih kurang
mumpuni menurut saya. Kualitas gambarnya tidak seperti yang saya inginkan.
Terlebih jika itu digunakan untuk mendukung tulisan kegemaran saya menulis atau
blogging. Untuk mendukung artikel yang saya kirimkan di media online atau
majalah, saya tidak mengandalkan ponsel ini untuk memotret. Lebih suka kamera
digital yang dibeli dari hasil patungan saya dan adik. Hanya memang merepotkan,
agar tidak kehilangan moment saya selalu membawanya kemana-mana. Padahal tas
jalan saya itu ukurannya kecil. Otomatis dijejali kamera digital, ponsel,
dompet, notes, dan dompet sudah berdesak-desakan.
Itu masih belum apa-apa. Pernah saya saat
mendaki ke Ijen, baterai kamera digital saya drop, dan saya hanya kelimpungan. Masalahnya saya
mengandalkan kamera ini untuk menangkap gambar. Sementara menggunakan kamera
ponsel saya hasilnya tidak maksimal. Saya sempat iri melihat orang-orang lain
bisa memotret dengan bagus menggunakan kamera ponsel mereka masing-masing. Sama-sama
digunakan pada pukul 5 pagi, hasil jepretan kamera saya cenderung buram
sementara punya mereka jauh lebih bening. Mau pinjam punya teman? Ah, kok nggak
enak ya. Masa merepotkan orang? Aduh, mau gimana lagi? Bisanya gigit jari!
hasil jepretan menggunakan ponsel pinjaman (ponsel kantor) |
Sebelum itu ada even tour
de Ijen di Banyuwangi. Kebetulan Genteng, kota tempat saya tinggal ini,
digunakan untuk start lomba etape dua. Tak mau ketinggalan saya pun pergi untuk mengabadikan momen keren
itu. Tetapi, situasinya bikin nyesek euy! Ketika hendak memotret saya langsung tepuk
jidat, ingat kapasitas kamera ponsel
saya. Untuk menangkap gambar bergerak hasilnya tidak bagus. Saya pernah
mencobanya beberapa kali, gambar yang didapat blur dan sulit dikenali.
Sementara saya juga tidak membawa kamera digital. Waduh, pusing juga tuh!
Beruntung ada ponsel kantor. Dengan kualitas kamera yang lebih baik, saya bisa
mendapatkan gambar para pembalap sepeda beraksi di jalanan.
Mimpi
Memiliki Ponsel yang Mendukung Kegiatan Saya Menulis
Belakangan, demi mengakomodasi kegiatan
nulis sekaligus jeprat-jepret terpikir
oleh saya membeli ponsel baru yang kameranya lebih oke. Tujuannya sih
sederhana, supaya saya tidak repot membawa ponsel dan kamera sekaligus tiap
kali bepergian.
Ponsel yang saya inginkan kurang lebih
menggunakan dual kamera, dengan kamera belakang kurang lebih 13 MP dengan fitur
auto focus, mampu memotret baik dalam kondisi cahaya rendah ataupun malam hari.
Bahkan kalau bisa yang sanggup memotret di bawah terik matahari. Hweleeh
muluk-muluk banget ya?
Kebetulan pas searching nemu review ponsel yang pas, Zenfone 2 Laser ZE550KL.
Dengan harga dua jutaan ponsel ini masih masuk dalam jangkauan keuangan saya.
Tentu saja setelah nabung beberapa bulan. Desain yang ergonomik membuat ponsel ini enak
untuk digenggam. Layar depan yang menggunakan Corning Gorilla Glass 4 membuat
ponsel ini lebih kuat dan tahan banting.
Pas banget untuk saya yang ceroboh dan suka menjatuhkan barang. Nah, yang
paling penting tentu saja kameranya, euy! Pas banget dengan kebutuhan saya.
gambar diambil dari : https://www.youtube.com/watch?v=zSWES5qtht8 |
Kamera Zenfone 2 Laser ZE550KL memiliki
kamera depan 5 mega pixel dan kamera belakang sampai 13 Mega pixel dengan
aperture lensa f/20. Dengan begini ponsel mampu mengambil gambar dengan
resolusi tinggi tanpa khawatir shutter-lag.
Fitur laser auto focus berfungsi
untuk menstabilkan gambar dan mengurangi buram. Kemampuannya memotret di cahaya
suram mencapai 400%, sehingga bisa memotret di kegelapan malam atau lingkungan
bercahaya minim tanpa perlu mengaktifkan
flash! Di bawah terik sinar matahari
pun tak perlu khawatir lagi. Kamera mampu menangkap obyek dengan jelas dan
berdetil tinggi berkat mode super resolution. Dengan fitur realtone flash, foto
akan terlihat alami, tidak over exposure
(terlampau terang).
Soal daya simpan tak perlu khawatir. Zenfone
2 Laser ZE550KL sudah dibekali oleh
memori internal sebesar 16 GB yang masih bisa diperluas lagi dengan memori
eksternal microSd berkapasitas max 128 GB. Sehingga mampu menyimpan banyak
hasil jepretan kita di lapangan. Baterainya yang berkapasitas besar bikin kita
nggak khawatir ponsel kehabisan tenaga pas lagi asyik jepret sambil
nungging. Nggak hanya itu, dukungan sistem android Lollipop yang
kinerjanya dioptimalkan lewat penggunaan prosesor Qualcomm Snapdragon 410,
serta RAM sebesar 2 GB menjadikan Zenfone 2 Laser ZE550KL bekerja responsif dan maksimal.
Aduh, bener deh jadi mupeng setelah
membaca keunggulan ponsel satu itu!
Ndilalah, pas lagi mupeng gitu eh ada yang
share link lomba ini di timeline. Tak buang waktu saya cepat ikut saja. Saya tidak tahu apakah saya
kelak jadi pemenangnya atau tidak. Yang saya tahu ini adalah salah satu jalan (selain
menabung lebih dulu sampai uangnya cukup) untuk mendapatkan Zenfone 2 Laser
ZE550KL. Jadi kenapa tidak saya ikutkan saja kisah saya ke lomba itu?
So siapapun yang juga berminat pada Zenfone 2 Laser ZE550KL, ikutkan saja
kisahmu dalam :
“Giveaway
Aku dan Kamera Ponsel by uniekkaswarganti.com”
Semoga berhasil dapat bekal ngeblog nya ya, mba Afin, alias kamera ponsel :-)
BalasHapusterima kasih Mbak Ley,heheheh
HapusY allah Mba..smngt ya semoga menang, benar2 butuh nih=)
BalasHapusHihi, iya mbak Dian Farida. Terima kasih banget udah mampir
HapusSemoga dapat ganti HP dengan kamera yg TOP ya, Mbak.
BalasHapusalhamdulillah ats doanya Mbak Ika
HapusPonsel mewah tak harus mahal kan? Smg gadgetnya berguna.
BalasHapusIya, saya malah nggak kepikiran beli ponsel super mahal. Takutnya banyak aplikasi yang gak paham, yah malah nggak dipakai Mas. Mubazir jadinya kan?
HapusWaah aku pun bertahun2 bertahan dengan kamera ponsel yang gitu deh haha.. Jadi terinspirasi buat bikin tulisan juga.. Sukses ya mba GAnya :)
BalasHapusHahaha, sama nih Bunda...terima kasih, terima kasih
HapusZenfone 2 Laser ZE550KL memang cocok ya, Mbak :)
BalasHapusSemoga berhasil. Aamiin...
Matur nuwun sanget pendonganipun, amiin
HapusOh Banyuwangi toh. Saya juga tinggal di Banyuwangi, kecamatan Songgon :)
BalasHapusOalah kita sama mbak Wenny, tos dulu
HapusHasil foto pke flash kadang-kadang gak sesuai harapan ya Mbak. Alih-alih pengen dapat hasil terang, gambarnya malah kepantul cahaya hehe.. Sukses dengan GAnya Mbak :)
BalasHapusIya Mbak, suka kecewa lihat hasilnya. Sama-sama, sukses juga mbak
Hapussaya suka nih prinsipnya mbak, nggak kegoda buat beli sesuatu yang nggak sesuai isi dompet. walaupun memang hape dengan kamera yang bagus akan mendukung untuk kegiatan blogging. semoga menang ya mbak :)
BalasHapusiya mbak, takutnya dipaksain beli malah nggak sanggup bayar. Kan repot jadinya. Terima kasih ucapannya
HapusSemoga jadi rejekinya Mbak di GA kali ini dapetin smartphone ASUS, Amin... Salam dari Pontianak... :-)
BalasHapussama-sama Mas, terima kasih ucapannya ;)
HapusDulu sih, ketika emang udah punya smarthphone dan kamera jadul, sempet ga mau make smartphonenya. Begitu tertarik sama kamera ponsel di smartphone, ketagihan banget buat jeprat jepret poto, hhee...
BalasHapusSemoga berhasil dapetin ASUS Zenfone 2 Lasernya ya mbak ^_^
terima kasih Mbak Rohmah, aih... sama soal kesenangan jeprat-jepret itu. Hanya saya pakai camera digital kecil itu
HapusKamera ponsel sekarang bisa untuk ambil gambar makro dengan jelas. Asus zenfone misalnya.
BalasHapusbenar mbak Arin, sekarang smartphone kameranya udah keren banget
Hapusgood luck lombanya
BalasHapusterima kasih Mbak Linda
HapusTerima kasih sudah ikutan GA Aku dan #KameraPonsel. Good luck.
BalasHapus