TERIMA KASIH SEMUA



Biasanya enam bulan sebelum hari H, tanggal 19 Juli, saya sudah membuat pidato kenegaraan. Tapi kali ini tidak. Saya tak punya waktu *cieeeh gayanya. Secara kerjaan semakin hectic saja tiap harinya dan saya tak punya asisten untuk membantu saya menerjemahkan kata-kata diatas selembar kertas *gyah kumaat si Afin mah.

Tapi dalam kesempatan ini ijinkan saya untuk mengumandangkan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang di sekitar saya, yang telah memberikan inspirasi, cinta, semangat dan juga duitnya (ehehehehehe).

First, tentu saja kepada Babe dan Bunda tercinta. Yang nggak bosan-bosannya mencintai saya yang ajrut-ajrutan. Yang menghancurkan impian kalian untuk punya anak perempuan yang manis dan selalu menuruti apa kata orang tua. Waks, pada saya semua itu lewat (maaf).
Saya selalu tampil ala kadar, tomboy kata orang. Suka ngasal. Udahlah numpang tapi sering “ kulang ajal!”. Coba apa enggak menggemaskan? Untunglah Babe dan Bunda sabaaar, nggak sekalipun punya niatan menjual saya ke pasar seton meski saya Bengal *ihik-ihik, berurai air mata.
Terima kasih karena membiarkan saya gentayangan tengah malam sambil jedang-jedung dengar musik yang-astaganaga-gedumbrangan!
Terima kasih untuk seluruh pengertian kalian.

Kedua, adik-adik tercinta. Wendy dan Si endut Wawan. Tenkiu yah, babe. Karena kalian selalu sayang sama daku *eh sapa bilang?
Untuk si Krucil Wawan, tenkiu karena selalu jadi guru IT yang sadizzz padaku. Yeh, meski ajaranmu banyak yang nyungsep di bantal, tapi seenggaknya udah bikin aku gak gaptek total.

Diana, yang terkena kutukan menjadi sohib saya. Heran dah, kenapa yah kita tuh selalu punya kisah yang sama? Kamu pasti nyontek esay punya saya ya sebelum dikumpulkan pada Allah Ta’ala.
Hidung memang boleh kecil (malu bilang pesek) tapi mbok ya jangan cerita hidup kita. Udah pisah jauuuh, lah kok deritanya sama aja. Judulnya jomblo juga, jomblo juga.
Oh ya besok lagi, kalo ketempatmu jangan kau paksa aku makan. Langsung sodorin aja. Kau tahu kan aku tuuh pemaluuu banget. Salam juga buat ibumu yang udah kayak ibuku sendiri.

Baitul Munir dan seluruh isinya mule dari Ustadz, sampai teman-teman mengaji saya seperti Pipin Suripin, Naam, Shofi, dan buanyak lagi yang udah ngajarin saya tentang kehidupan. Kesederhanaan dan ketulusan kalian tuh membekas di hati euy!

Tectona, Endless, Rina Astari, Maya, Ce Nur, Ade Nena, siapa lagi ya..deuuh banyak dah. Ampe nggak keitung untuk nasehatnya, ceritanya, dan kisah hidup tempat saya berkaca.
Fian digital, teman chat yang udah jawab pertanyaan saya yang mirip hantu-datang nggak diundang dan selalu ujug-ujug datang.
Escoret aka Tribal Man, teman ngeblog saya, karena dengan sinisnya bilang— Lakukan apa yang harus kamu lakukan, jangan ngeluh doang!—pada suatu masa.
Gara-gara itu aku jadi kesal dan terpacu untuk meraih mimpiku (ye meski belum terwujud benar).


Asmuni United yang udah bikin saya menyadari, betapa seharusnya saya mesti bersyukur. Pada kalian saya menemukan bahwa kehidupan harus tetap berjalan walau sakit atau kesusahan itu datang *terharuuu jadinya.
Tenkiu to Yogi Van Blumbangan (inget gak tuh pas nyungsep di kolam TK Bayangkari sampai pulang bugil dulu?), Tyo ‘kencrut’ Ananta yang tegar ngadepin gelombang hidupnya (musuh bebuyutan jaman SD, deuh kamu bikin nangis aja say), Edwin ‘Satoe’ si Bapak Super, Fanani, Mbak Vera yang lembut manis tapi kuat, Prapti aka Ruud Gullit yang ngajarin saya untuk berhenti mengeluhkan keadaan. Terima aja, Allah nggak bakalan nyoba hambanya melebihi kemampuannya, begitu katanya.
GB untuk sharing pemahaman bahwa membantu sesama itu kudu sabar bin ikhlas (deuuuh, sabar itu susah nyaak).

Tapi diatas semua itu tentu saja Allah Ta’ala atas hadiah kehidupannya untuk saya. I’m nothing without Allah. Ia-lah yang menjadikan semuanya mungkin.
Udah ah, saya udah mau nangis niiih…
Barokallah for u all. Barokallah…


note : yang nggak kesebut maaf



Komentar