gambar diambil dari www.visualphotos.com
Tidak tepat bila ia disebut nakal sebenarnya. Tapi penggoda yang tidak mudah tergoda. Dengan kepiawaiannya perempuan satu ini berhasil membuat pria manapun bertekuk lutut padanya. Tak satupun tak merasa tertarik jika ia sudah menginginkannya. Seperti kerbau dicocok hidungnya, pria itu seolah jadi seorang yang penurut padanya. Bersedia melakukan apa saja, termasuk mengalirkan hadiah-hadiah mahal untuknya.
Ketika saya tanya ,”Apa kau tak takut kekasih-kekasih mereka mencak-mencak bila mengetahuinya?”
Sambil tertawa ia berkata ,”Aku tidak meminta, mereka sendiri yang mengirimkannya. Jadi jangan salahkan saya.”
Saya nyengir mendengarnya. Obrolan berlanjut ke titik selanjutnya. Dimana saya bertanya bagaimana ia bisa membuat para pria itu termehe-mehe padanya. Bahkan meski hanya lewat obrolan saja? Tanpa perlu bertemu fisik dengannya.
Sederhana kuncinya. “Buat mereka nyaman denganmu,” begitu jelasnya.
Hah? Membuat mereka nyaman? Hanya itu saja? Ah, masa? Saya terus mengejarnya dan ia tetap menjawab hal yang sama. Ia berkata itulah yang dilakukannya. Tak ada hal lainnya.
Sampai disini apa yang kau bayangkan tentang dia? Apakah dia secantik dan semolek Tamara Blezynski? Atau justru anggun dan aristokrat seperti Manohara? Tidak kawanku. Ia biasa saja. Tak memacetkan lalu lintas bila bila ia sengaja menyeberang jalan seenaknya.
Jadi apa kuncinya menjadi penggoda sukses sepertinya?
Jauh setelah ngobrol ngalor-ngidul dengannya saya menyadari satu hal. Kunci sukses menjadi penggoda ulung adalah belajar. Ya, B-E-L-A-J-A-R.
Pikirmu bagaimana bisa dia sedemikian piawainya jika tidak mempelajari psikologi manusia? Ia jelas tahu bagaimana cara membuat orang senang bicara dengannya. Ia membiarkan pria-pria itu mengutarakan perasaannya. Menjadi pendengar yang baik, menimpalinya dengan joke atau sedikit flirting (mungkin) untuk menurunkan tensi si dia.
Tetapi tidak hanya enak sebagai pendengar, ia juga seorang yang enak diajak bicara. Topik apapun ia bisa menimpalinya. Membuat orang berbicara betah dengannya. Nah, menurutmu bagaimana ia bisa menguasai medan? Kurasa ia selalu update beragam pengetahuan.
Tak hanya itu, kala-kala ia juga memberikan saran soal bisnis kepada orang-orang itu. Mana yang harusnya dilakukan dan mana yang tidak. Darimana dia tahu? Tentu saja berbekal berbagai pengalamannya bekerja dan bisnis yang pernah ia rintis sebelumnya.
Di titik ini saya garuk-garuk sendiri. Waduh, nggak gampang ya jadi dia, pikir saya.
Yang lebih mencengangkan meski badung ia perhatian pada nasib orang yang kurang beruntung. Ia punya anak asuh saudara. Tidak hanya dua atau tiga, tapi lebih dari itu. Tak hanya anak asuh, dia juga kerap membantu rekan-rekannya yang ditimpa kesusahan.
Maka di akhir pembicaraan saya menggarisbawahi sisi positifnya. Apa itu? Belajar dan peduli pada orang.
Dua hal itu membuat kepala saya dipenuhi pertanyaan :
Jika jadi penggoda saja harus belajar, maka bagaimana jadi baik? Kurasa banyak sekali proses yang harus dilalui manusia untuk mencapainya. Setiap kali selesai mendapatkan pelajaran dan diuji, ia akan naik kelas dan menerima pelajaran lanjutannya. Lalu diuji lagi, dan seterusnya dan seterusnya. Sampai akhirnya ajal menjemput manusia.
Lalu saya dimana? Sudah baikkah saya? Hiks, jauh saudara. Jauuh sekali.
Nah jika itu sudah membuat saya miris, maka bagaimana dengan yang kedua? Bagian peduli dengan orang? Baiklah, saya memang tidak sebadung dia. Hidup saya lurus-lurus saja (menurut saya loh, bukan orang lain). Tetapi sebaliknya sisi peduli pada orang itu rasanya kalah jauh dibandingnya. Jauh banget, bak bumi dan langit. Ibaratnya baru sedekah lima ribu sudah minta surga, itulah saya.
Aih, aih! Saya nyengir kuda. Ck, pelajaran dari Tuhan kali itu muncul dari sisi yang tidak terduga. Dari kawan saya, si penggoda yang tak mudah tergoda.
Hug, hug.
bukan nakal dia, cerdas :D
BalasHapusBelajar adalah kunci segala hal ya mbak, untuk jadi nakal aja mesti belajar, ya minimal belajar jadi pendengar yang baik itu, hehehe
BalasHapusIyee, itu dia tuh yang susah. Kita lebih sering memonopoli bicara ketimbang mendengar, saya ding
Hapushahahaha iya mbak Latree, cerdas dan pintar sekali
BalasHapusMenjadi pendengar yang baik itulah yang kadang tidak semua orang bisa. Seringkali orang tidak sabar menunggu lawan bicaranya selesai ngomong. Maunya nyahut saja :D
BalasHapuscocok banget itu jeng fitri, mendengar orang lain itu nggak semudah makan es krim. Seringnya malah kita kebanyakan nyahut duluan
HapusMunurut saya dia bukan wanita nakal, tapi wanita cerdas bisa menggunakan kelebihannya dengan benar, hehe. Ada sesuatu yang bisa di tempuh dengan belajar dan ada sesuatu yang memang ada sejak lahir tanpa harus belajar atau disebut bakat. Mungkin dia mempunya bakat tersebut, hehehe
BalasHapusSalam kenal, mbak
xixixi, dia emang pintar. Dan semua tau itu, hanya part flirting-nya yg ndak nguwati. Xixixi
HapusTulisan mba Afin selalu menginspirasi.
BalasHapuswekeke, inspirasi apa isi trasi mbak ley? Jangan2 yg terakhir
HapusAfin hebat...apik...sebenarnya kita perlu melihat segala sesuatu dari sisi positifnya ya ?
BalasHapuskita emang harus belajar mbak nungki, berpikir positif lebih menentramkan timbang negatif *nyengir
Hapusdari sisi positifnya ada yg dia tanggung makanya dia rela berbuat itu. sisi negatifnya dia rela berbuat apa saja demi kehidupan keluarganya. semoga temanmu mendapatkan pasangan yang layak baginya yah. amin.
BalasHapusterima kasih doa untuknya mbak rani, dia orang baik cuma kadang hmm
Hapushhmm..nakal tp pintar..pintar tp nakal :D
BalasHapussaya mah cuma bisa ketawa dengar ceritanya. Dalam catatan saya berat euy jadi dia
Hapuspengen deh punya kemampuan ky tmn mba.. utk kebaikan tapi :p
BalasHapusNah itu mbak nathalia, untuk kebaikan mah silakan aja. Xixixi
Hapuswkwkwk.. menarik mba tulisannya :D
BalasHapussalam kenal ya mba Afin ;)
salam kenal juga mbak Monika, hehehehe
Hapusnice to meet...eh see you