JANGAN JADI JOMBLO MENYEDIHKAN



Anda jomblo? Baru putus atau sudah tahunan sendirian? Sering banget apdet status tentang kesendirian, butuh teman, terus tersinggung kalau ada orang yang nge-tag undangan kawinan? Saat orang pamer suami atau istri kamu juga kesal? Apalagi kalo udah ditanyain kapan kawin sama orang? Wuuh rasanya pengen aja ngebejek-bejek itu orang.
Plis kawan, berhentilah nyusahin orang. Memang dinding itu dindingmu, tetapi pernah nggak sih mikir kalau kamu bikin polusi dunia maya? Mungkin kamu akan berkata padaku ,”Ih, hakku dong, Fin. Terserah gue mau ngapain. Kalo nggak suka ya udah, lo bisa unfriend gue. Unfollow gue. Terserah!”
Huwaa jangan marah dong kawan. Justru itu betapa tidak nyamannya di unfriend orang atau di unfollow orang gara-gara kamu kerap menuliskan status negatif. Apa enaknya digituin orang?

Nah sekarang mari kita berpikir, setelah memasang status negatif apakah perasaanmu tenang. Sesaat kurasa ya. Lega sekali setelah melampiaskannya. Tapi justru itu tanpa kau sadari kau telah menyatakan dengan gamblang pada dunia betapa lemahnya dirimu. Betapa mudahnya kau mengeluh atas hal-hal yang seharusnya bisa kau atasi sendiri.
Ibarat seseorang yang sedang melakukan personal branding maka dari awal kamu telah gagal. Sebab yang kau kedepankan adalah sisi burukmu.
Sadarilah di dunia maya apa yang sudah kau tulis takkan mudah dihapus begitu saja. Sekali seseorang membacanya, lalu men-save-nya, maka kisahmu akan tersebar begitu saja. Dan penilaian orang padamu pun jadi cenderung negatif, padahal belum tentu itu adalah dirimu.

Lha emang Afin nggak pernah ngeluh? Wuuh, aku ini paling pinter ngeluh. Saking pinternya sampai seorang teman menegurku ,”Emang kalo ngeluh bakalan kelar gitu semua masalahnya?”
Hak preeet! Aku langsung kesal. Kayak situ nggak punya keluhan aja, batinku sambil balik kanan. Kembali ke mejaku dengan wajah seperti baru diguyur cuka seton. Asem banget.
Tapi diam-diam aku juga mikir kalau temanku itu benar. Emang enak banget ngeluh itu. Tapi buat yang dengar ya sebaliknya. Enak enggak, empet iya.

Terus harusnya gimana? Kan apa yang tersemat di perasaan butuh pelampiasan (ecieee bahasanya). Silakan tulis keluhanmu, tetapi ada baiknya dibaca dulu sebelum di posting. Apakah status itu akan berdampak negatif dalam jangka panjang atau tidak. Merugikan atau tidak.
Susah? Oh, tentu saja. Apalagi buat yang udah biasa ngeluarin status setiap kali tidak enak hatinya. Tahan, kawan. Tahan dulu, seperti bila kau latihan pernapasan. Tahan sampai pada hitungan ke sepuluh dan pikirkan.
Saat itu kamu akan tahu betapa buruknya kalimat yang keluar saat emosi sedang tinggi. Kok tahu, Fin? Hehe, aku punya sifat buruk yang sampai saat ini masih sulit kuperangi. Yaitu emosi tinggi. Gampang tersulut dan kerap mengeluarkan kata-kata yang memancing amarah. Kalau sudah begitu yang sakit ya diriku sendiri.

Terus baiknya bikin status gimana?

Status yang Menghijaukan Dunia Maya.


Maksudnya?

Statusmu itu menyejukkan.

Kayak ustadz-ustazd atau malah Mario Teguh?

Nggak juga, jadilah dirimu sendiri. Tulis pengalamanmu, kisah sedihmu, keluhanmu, tapi barengi dengan sesuatu yang bisa direnungkan orang-orang. Atau justru malah membuat kesedihanmu jadi lucu, sehingga ketika orang membaca jadi tertawa sekaligus merasa ‘Yaelah itu gue banget ya?’. Dan efeknya tentu saja berbeda. Dengan hal semacam ini tanpa sadar kau membuat orang-orang berbahagia, dan dirimu sendiri juga bahagia.

Kok bisa?

Iya sebab kau tidak lagi merasa sesak dihimpit beragam keluhan. Hatimu lapang, dan itu pasti berpengaruh dengan caramu bersikap kemudian. Dalam sebuah artikel kesehatan (lupa aku bacanya dimana), keresahan atau kegalauan yang terus menerus dipelihara akan bikin stress. Nah, saat stress ini kekebalan tubuh bisa menurun, dan beragam penyakit dengan senang hati berdatangan. Krawk, krawk...kau pun dimakan olehnya. Maka sakitlah yang kau derita. Mau?
Jika status yang hanya cukup sekian karakter dirasa tak mencukupi, bolehlah kau tulis dalam blog. Orang akan senang sekali membaca tulisan seseorang yang menulisnya dengan hati, berdasarkan pengalaman sendiri, apalagi jika tulisan itu dikemas dengan apik. Lengkap dengan hikmah apa yang kau dapati. Tips cara mengatasi kalau perlu.

Atau kau justru ingin menghasilkan uang darinya dengan mengirimkan kisahmu menjadi sebuah renungan atau semacamnya. Atau malah cerpen dan novel? Wah, boleh banget kawan.

Nah sekarang ya pertanyaan paling krusial, emang Afin nggak marah apa kalo ditanyain kapan kawin sama orang? Terus di-tag foto atau undangan kawinan? Atau dipamerin pacar atau suami teman yang keren-keren itu? Kok bisa-bisanya (dan berani-beraninya) nulis begini.

Hihi, saya manusia biasa. Namanya kesal dan sedih itu pasti ada. Masa saban kali ditanya hal sama, kapan kawin? Apalagi kalo ada yang ngasih undangan kawinan, kesannya seolah diingatkan kalau aku selalu disalip orang lain perkara pernikahan. Belum lagi kalo ada yang ngeselin suka mamerin pacar atau suaminya yang heibat-heibat dengan cara berlebihan. Aih, pengen nonjok aja kadang-kadang.

Masalahnya kesal itu bikin rugi diri sendiri. Saat aku masih kepikiran dan kesal tingkat dewa. Lha ternyata yang dikeselin juga nggak ngerasa. Dan semakin dipelihara, rasa kesal itu justru menumbuhsuburkan bibit Dendam Nyi Pelet di dada? Mending kalau Dendam Nyi Pelet-nya jadi duit, lha ini jadi penyakit. So let it go aja deh.

Mari jadi Jomblo Bahagia saja, yang bisa bikin cerah dunia
Semangat!
Hug, hug.

Komentar

  1. Bener, orang juga nggak akan simpati kalo kita galau. Justru kita bakal kelihatan menyedihkan. Menurutku orang yang bisa tegar walaupun baru putus, dan orang yang tetep pede walaupun jomblo itu kelihatan lebih menarik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. haha, dng ngeluh bukannya dapat simpati malah banyak yg pengen nimpuk

      Hapus
  2. Kalo saya punya temen FB tukang ngeluh bakalan saya hidden statusnya dari timeline. Biar ga keliatan. Kejem banget ya... hahaha...

    BalasHapus
  3. semangat... yuk belajar meredam keluhan :) saya juga malu kalo banyak berkeluh kesah. soalnya kejelekan2 saya jd keliatan orang hehehe....

    BalasHapus
  4. Kalau saya sudah cukup mengeluh mulu melalui media social, cukup saya yang tahu saja. Oleh karena itu saya sekarang jarang aktf lagi di fb atau twitter.

    Ya, suatu saat kita akan merasa bahagia seperti merka yang sudah resmi menikah..ya suatu saat nanti, percaya dengan rencana indahNYA :)

    BalasHapus
  5. jomblo bahagia..??
    lebih bahagia kalo gak jomblo...
    hhahaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. thank you for coming boys,xexexe. The point is manage you emotion. Moan isn't the answer to make you heart better. Gain the good thing in life be4 you find somebody to care *owh

      Hapus

Posting Komentar