“DEAR HUSBAND”, KUMPULAN SURAT CINTA YANG MENUNJUKKAN KETULUSAN DAN KETERIKATAN PENULIS PADA PASANGAN





 Judul buku                    :    Dear Husband
Penulis                          :    Afifah Afra, Sinta Yudisia, Laila, dkk.
Tahun terbit                  :    November 2016
ISBN                            :    978-602-6344-07-7
Ketebalan                      :    128 halaman
Cover                            :    Soft Cover
Penerbit                         :    Indiva Media Kreasi
Harga buku                   :    -

            Melihat  cover dan membaca judul buku ini  tak urung mengingatkan saya pada tahun-tahun 90-an ke belakang di mana orang-orang masih menggunakan surat untuk berkomunikasi dengan lainnya. Termasuk didalamnya urusan cinta. Pada masa itu jamak bagi pasangan untuk mengungkapkan isi hatinya lewat selembar surat berisi kalimat puitis dan romantis.
            Sekarang situasi sudah berbeda. Pola komunikasi berubah masa kini telah berubah. Kecepatan komunikasi di era digital membuat acara mengirim dan menerima pesan terjadi secara instan. Anda bisa dengan mudah menerima pesan singkat yang terdiri dari beberapa kalimat, lalu membalasnya dengan cepat dengan emosi yang sama pula. Saat Anda tengah tenang mungkin tak apa-apa, tetapi emosional melanda  perbedaan penafsiran bisa jadi pangkal permasalahan.

            Di laman Wired Margie Morris, seorang psikologi klinis sekaligus peneliti senior di Intel, menyatakan apabila dua orang benar-benar sinkron mereka akan saling meniru perilaku masing-masing. Sayangnya secara digital sulit bagi kita untuk tahu apa yang sedang dilakukan oleh seseorang. Sehingga proses peniruan gerak pun sulit dilakukan. Hal ini tak urung membuat orang jadi kurang terhubung satu sama lain. Berbeda dengan surat yang terasa lebih romantis, lebih dalam, dan lebih tulus.
            Hal ini pula yang tergambar dalam buku “Dear Husband” ini. Berisi 16 surat cinta yang ditulis dengan gaya khas masing-masing, kita bisa membaca adanya ketulusan dan keterikatan si penulis dengan pasangan. Uniknya meski berjudul “Dear Husband” tetapi dalam buku ini juga terselip surat cinta dari kaum Adam untuk istrinya.

            Isinya sendiri mengesankan. Diawali dengan surat berjudul “Mas, Izinkan Dinda Nonton Bola” pembaca diajak tersenyum-senyum geli membaca rentetan kata yang ditulis oleh Mbak Laila. Ditulis dengan gaya serius tapi jenaka, Mbak Laila mengungkapkan keinginannya agar sang calon suami agar tak usah khawatir ia akan terobsesi pada hobinya. Lewat beberapa istilah bola, ia meyakinkan sang  calon, bahwa ia mampu mengerem kegamarannya itu bukan semata karena dia, tetapi karena Allah.


            Jika kau dibuat tertawa di awal oleh Mbak Laila, maka berikutnya kau akan dibuat merenung oleh apa yang diungkap oleh Mbak Sinta Yudisia. Penulis lima puluh buku lebih ini memberikan gambaran bahwa dalam rumah tangga itu diperlukan pengertian dan rasa saling memahami. Ada 4 hal penting yang bisa saya tangkap dalam tulisannya.
1.      Jangan menuntut sempurna, memaksa pasangan memiliki selera dan kehendak yang sama dengan dirinya
2.      Perselisihan bukan ajang untuk menjauhkan
3.      Terkadang pasangan berbohong karena rasa kasihnya.
Contohnya mengantarkan anak dan istri kesana kemari meski sebenarnya kelelahan. Hal ini dilakukan pasangan karena mengutamakan orang-orang yang disayanginya ketimbang diri sendiri.
4.      Saling mengoreksi satu sama lain untuk kebaikan
            Lewat “Semua Karena Cinta” Anisa Kuffa mengisahkan perjuangan sang suami mendukung dirinya dari mulai hamil hingga kehilangan janin yang dikandungnya. Segala kelelahan seolah tak dirasa oleh sang suami demi menemani Mbak Anisa. Tidak beranjak dari sisi sang istri di saat-saat terberatnya, hingga kondisi fisik dan mentalnya baik seperti sedia kala.
            Tulisan berjudul “Kado Pernikahan Sweet Seventeen” merupakan curahan hati seorang istri  pada pahlawannya,  pria yang jujur dan enggan memanfaatkan jabatan untuk menumpuk harta. Pilihan sang suami untuk tetap lurus dijalan-Nya rupanya membawa akibat tersendiri—ia harus meninggalkan perusahaan bergengsi tempatnya bekerja, kehidupan yang mendadak sulit hingga anak-anak nyaris tidak ikut ujian umum karena belum membayar SPP—tidak membuat istri berhenti mengaguminya. Baginya sang suami adalah kado terindah dari Allah untuk dia dan anak-anaknya.
            Pada tulisan berjudul “Selamat Jalan Nini” kita justru mendapati rangkaian kalimat yang mengujarkan rasa cinta seorang Kakek bernama Joenoes Joesoef pada istrinya yang disebutnya Nini. Nini yang telah pergi mendahuluinya adalah sosok yang selama ini melengkapinya. Menjadi teman hingga maut memisahkan.


            Lalu apalagi kisah menarik lainnya? Ah, kurasa aku tidak akan menceritakannya. Kau harus membaca sendiri agar bisa menikmati setiap surat yang ditulis dengan kehangatan oleh tiap-tiap penulis. Kalimat-kalimat yang dipilih seksama bisa mengantarmu tertawa, terharu, atau berduka. Jadi, jangan tunggu lama-lama. Jika kau menemukan buku dengan ciri-ciri seperti di bawah ini :
1.      Memiliki desain sampul yang manis dengan amplop warna merah muda berbubuh tanda cinta di atas warna turquoise bergaris-garis.
2.      Tutup amplop yang sengaja bisa dibuka seperti amplop pada umumnya
3.      Judul buku ditulis dalam speech balloon warna putih berlatar merah muda
Hanya satu yang harus kau lakukan yaitu membelinya. Titik!
















Komentar

  1. Wah penasaran sama bukunya. Sudah ada di Gramedia kah? Periodenya masih lama ya? Saya tandain dulu deh TFS infonya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waduh, maaf Mbak Apri. Saya baru baca komennya sekarang. Sudah ada kok Mbak bukunya.

      Hapus

Posting Komentar